Acara akad pernikahan mas Emier diadakan di area outdoor sebuah restoran mewah bernama Serenity Cove. Acara akad nikah akan digelar pada pukul delapan pagi nanti waktu setempat dengan tamu undangan yang terbatas, karena mas Emier mengaku bahwa dia tidak ingin ada orang yang bukan keluarga atau kerabat dekatnya di momen sakralnya. Sedangkan untuk acara resepsi pernikahannya sendiri akan diadakan pada hari Minggu pagi.
Liliana sempat heran, mengapa harus dipisah harinya? Mengurusi hal yang sama di hari yang berbeda itu melelahkan. Tapi, dia langsung diam ketika Belvira menunjukkan daftar tamu undangan di acara resepsi mas Emier yang sudah dibagi-bagi ke dalam tiga sesi; sesi pagi ke siang, sore ke malam, dan juga after party khusus untuk sahabat dekat mas Emier dan istrinya.
Uh, hanya melihat total tamu undangannya saja Liliana sudah mual. Membayangkan akan berdiri-duduk-berdiri-duduk dari pagi hingga sore di pelaminan, sepertinya sangat melelahkan. Intimate wedding sudah paling benar, terlebih dilaksanakan dari siang hingga sore, karena Liliana bukanlah tipe morning peson. Dia tidak mau bangun sebelum matahari terbit dengan kepala berat dan mata yang masih mengantuk hanya untuk make up. Jika nanti acara pernikahannya di siang hari, Liliana masih bisa bangun di jam normal seperti biasa.
"Mas Emier, selamat menjalani kehidupan baru dengan rintangan ... ekhemm. Ekhemmm ...." Liliana berdehem dua kali sambil memukul pelan dadanya untuk meredakan gugup.
Liliana heran. Dari Belvira, Yesha, dan juga dirinya, mengapa dirinya yang terpilih untuk memberikan ucapan selamat kepada mas Emier di atas panggung nanti? Harusnya iu kerjaa Belvira sebagai kakak agar kesannya sangat menyayangi sang adik laki-laki.
"Kamu berani nyuruh aku? Generasi jaman sekarang itu semakin berani ya? Nyuruh orang yang lebih tua nggak ada segannya sama sekali." Begiulah kata Belvira ketika Liliana menyarankan agar perempuan itu saja yang mewakili dari sisi saudara kandung. Liliana tekankan sekali lagi, dia menyarankan. Namun, Belvira terus menuduhnya bahwa Liliana tidak sopan karena bernani menyuruh yang lebih tua.
Ah, terserah Belvira saja. Sejak kapan Liliana benar di mata perempuan judes itu? Mana pernah dia benar.
"Na, belum selesai juga?"
Liliana berhenti melafalkan surat—yang dia tulis semalam suntuk dan belum sempat dibacanya ulang lantaran suah terlalu ngantuk— ketika pintu kamarnya terbuka dan kepala Josh menyembul di antara celah pintu. "Tinggal hair do," katanya kemudian kembali sibuk membaca ulang surat di tangan dan mencoret beberapa kata yang terdengar menggelikan untuk diucapkan.
Joshua Lim berdecak ketika melihat rambut Liliana masih dibiarkan tergerai berantakan. Dibukanya pintu kamar perempuan itu dengan lebar, lalu menghampiri Liliana yang sudah sibuk dengan isi suratnya. Josh mengambil sisir di atas meja kemudian mulai menyisir dan merapikan rambut Liliana yang berantakan. Mendapati Josh dengan senang hati merapikan rambutnya, Liliana pun tersenyum dan semakin melama-lamakan mengoreksi isi suratnya.
Selama di London, Josh selalu bisa diandalkan untuk menata rambut Liliana setiap kali mereka akan berpergian ke acara formal. Sebab, Liliana tidak suka ribet hanya untuk mengurusi rambut. Dia hanya akan menyisirnya rapih dan memberikan beberapa eksesoris pendukung agar tidak kosong. Namun, Josh berbeda. Pria itu bahkan sampai menonton tutorial di Youtube hanya untuk mempraktekannya kepada Liliana.
"Rambutmu masih berantakan," ujarnya, seolah itu sebuah pelanggaran besar. Liliana hanya bisa tersenyum, merasakan kehangatan saat Josh mulai merapikan rambutnya. Keahlian Josh dalam menata rambutnya sudah menjadi rahasia umum di kalangan teman-teman mereka, dan saat ini, dia merasa bersyukur punya sahabat yang peduli.
"Hairstyle di dunia ini banyak, Na. Tidak hanya digerai dan diikat asal-asalan saja," kata Josh, mencurahkan perhatian penuh pada rambut Liliana yang liar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Lupa Pulang
FanfictionSelama 8 tahun, London tidak membantu Liliana untuk melupakan semuanya. Bukan karena tidak bisa, melainkan karena tidak diizinkan.