Arlian mungkin tidak bergabung dalam kepengurusan Persaya sejak dulu. Akan tetapi, tidak jarang Jusuf Manggala mengundangnya ke DPP saat sedang ada tamu penting. Tujuannya adalah untuk mengenalkannya dengan relasi ketua Persay tersebut. Di antara anak-anak Jusuf yang lain, mungkin bisa dikatakan Arlian-lah yang paling sering dicari oleh publik, terlepas dari Barir yang terkenal karena kedudukannya di DPR.
Seperti hari ini misalnya. Jusuf mengundangnya untuk hadir di rapat strategi di kantor DPP, di saat Arlian tidak mengikutsertakan secara penuh di pemilu kali ini selain jadi peserta pemilihan. Sebab, dia juga sedang disibukkan untuk rapat evaluasi dan RUPS di Januari mendatang. Jika saat ini papa yang sedang sibuk dan stresnya mengurusi pemilu mendatang, Arlian mungkin baru akan benar-benar stres di Februari nanti dan dia berharap di bulan itu, Barir tidak menambah beban masalah di hidupnya. Sebab, Arlian tidak punya waktu luang untuk membersihkan kotoran yang dibuat oleh Barir.
"Jadwal saya hari ini bagimana, Wi? Rencana ke proyek maksud saya." Begitu Arlian turun dari mobil yang berhenti di depan lobi kantor DPP, dia langsung menanyakan perihal jadwalnya kepada sang sekretaris sebelum lupa. "kalau acara ini selesai sebelum pukul 3, saya akan tetap ke proyek. Kalau lewat, reschedule ke besok siang saja setelah rapat dengan divisi keuangan," tambahnya cepat dibarengi dengan langkah kakinya yang menjejak tanpa ragu di lobi kantor DPP Persaya yang siang ini lebih ramai dari biasanya.
"Baik, Pak. Saya akan sampaikan ke Pak Fahmi." Wiwi menanggapi dengan cepat dan membuat catatan pada Ipad yang dipegangnya. "kemudian, asisten pribadi Bapak Gumelar konfirmasi bahwasannya besok beliau bisa untuk makan siang bersama, Pak," tambah wanita itu sambil menekan tombol navigasi lift di depannya.
"Jadwalkan."
"Baik, Pak."
"Tidak lebih dari pukul 1," kata Arlian menambahkan tegas. Gumelar Sasena adalah orang yang sangat Arlian hindari untuk pertemuan berlama-lama. Mereka mungkin awalnya akan membahas mengenai bisnis dan rencana kerjasama, tetapi itu tidak akan lama. Karena selanjutny, pria yang seumuran dengan papanya itu akan mulai menyodorkan anak perempuannya kepada Arlian.
Memuakkan.
Pinu lift baru akan tertutup ketika tiba-tiba saja kembali terbuka dan sosok perempuan dengan tampilan kasual masuk ke dalam kotak besi yang awalnya hanya diisi oleh Arlian dan juga Wiwi, sang sekretaris. Arlian menatap terkejut pada perempuan tersebut yang dibalas dengan senyum penuh keramahan.
"Hai, Ar. Lama tidak ketemu kamu," sapa perempuan itu santai.
Arlian dengan tenang menyalam singkat sebagai bentuk kesopanannya. "Tante Are kapan sampai di Jakarta?"
"Oh, baru tadi pagi. Om Syahdan ada di DPP kan, hari ini?"
Sejujurnya Arlian tidak tahu. Tapi, mengingat hari ini merupakan rapat penting, kemungkinan sekjen Persaya itu pasti ada di tempat. "Mungkin ada, Tante. Arlian juga belum lihat Om Syahdan."
"Tante mau jemput Lili di rumahnya. Tapi, saat Tante ke sana, asisten rumah tangga bilang Lili udah pulang. Pulang ke mana coba? Ke London? Apa dia nggak tahu kalau Tante setengah mati bujuk Lili pulang untuk acara pernikahan Emier ...." Dan banyak lagi.
Selama perjalanan menuju lantai 7, tempat di mana rapat diadakan, tante Are terus mengeluh betapa jahatnya Syahdan Ardhitomo karena membuat sang putri kembali pulang ke London.
"Harusnya, dia itu marah sama dirinya sendiri. Bukan malah menyalahkan kamu delapan tahun yang lalu, Ar."
Lalu, tiba-tiba saja tante Are menyinggung permasalahan delapan tahun yang lalu yang sudah tidak ingin diingat-ingat lagi oleh Arlian.
"Tetap salah saya, Tante. Lili pergi sejauh itu, karena saya." Dan tidak bosan Arlian katakan, dia yang salah dalam hal itu dengan harapan, mereka semua berhenti menyinggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Lupa Pulang
FanficSelama 8 tahun, London tidak membantu Liliana untuk melupakan semuanya. Bukan karena tidak bisa, melainkan karena tidak diizinkan.