Setelah hari yang heboh itu, tidak ada lagi hal aneh apapun yang terjadi. Masalah pencurian itu sudah selesai dan keadaan di SMP 7 kembali tenang. Seven Wonder dan juga Levitator memilih untuk diam, karena itulah hal terbaik yang bisa mereka lakukan untuk sementara ini.
Tiga informan kecil ini harus menahan diri agar tidak melakukan hal - hal yang berbahaya selama masa tenang ini. Mereka sudah terlibat dalam permainan yang cukup berbahaya, dan mereka sudah berjalan cukup jauh ke dalamnya. Karena itulah, mereka bertekad akan membantu menyelesaikan masalah ini. Tapi, tentunya mereka harus berhati - hati.
Levitator tentunya akan menjalankan rencana yang sudah mereka bicarakan sebelumnya. Ketiganya memilih hari Jum'at sebagai hari untuk menanyai Marcell. Selain karena tidak akan ada siswa yang mau berlama - lama di dalam kelas pada hari Jum'at, di saat yang bersamaan Marcell juga akan pulang lebih telat untuk merapikan kelas sedikit, karena dia ada tugas piket di hari Sabtu.
Mereka sengaja bertahan di kelas dan membahas beberapa tugas lebih lama di meja Rista. Marcell tidak curiga, dan melanjutkan tugasnya. Dari sudut mata ketiga anak itu, mereka memadang iba ke arah Marcell. Dia adalah orang yang baik, sayangnya lingkungan pergaulannya jahat padanya. Marcell pasti tidak akan tertekan kalau tidak berada di dekat orang seperti Jamie.
Setelah Marcell selesai dengan tugasnya, Sherlina melangkah ke arah pintu. Azka mengobrol dengan Marcell sebentar, dan Rista menyiapkan ponselnya untuk merekam suara mereka.
Marcell dengan tampang lugunya, dia tidak mencurigai apapun yang terjadi di antara ketiganya. Dia tetap mengobrol dengan Azka, tanpa mengetahui kalau Sherlina dan Rista sudah melakukan pencegahan agar Marcell tidak bisa kabur. Rencana ini sudah dibicarakan dengan baik, tentunya. Kini sampailah saatnya untuk melaksanakannya
"Marcell?" ujar Azka.
"Iya Ka? Ada apa?" tanya Marcell, lalu tersenyum, yang membuat mata sipitnya tenggelam.
Rista memperhatikan Marcell ketika si laki - laki sedang fokus pada Azka. Memang, dari wajahnya saja, Marcell terlihat sangat polos. Saat masih kelas VII, keduanya sempat dekat selama beberapa saat, sebelum akhirnya hubungan keduanya jadi agak renggang karena Marcell memilih untuk dekat dengan Jamie. Rista menghela napas, berharap kalau Marcell akan bisa tertolong dengan rencana mereka ini.
"Boleh aku tanya?"
"Boleh~ kamu mau tanya apa?"
"Bisa kamu jelaskan ... apa yang sebenarnya mau dilakukan Jamie dengan foto - foto yang dia punya? Apa kamu tahu sesuatu akan apa yang Jamie rencanakan?" tanya Azka, langsung ke intinya.
Marcell melirik ke sekitarnya, mengira kalau hanya ada dia dan Azka. Tapi dia bisa melihat kalau Sherlina kini bersandar di ambang pintu kelas, dan Rista yang berada di dekatnya. Marcell merasa kalau ini bukan tempat yang tepat untuk membicarakan hal itu.
"Eh, tapi jangan di sini ...." ujar Marcell.
Rista tersenyum, "Jangan takut, Mar. Kamu bisa katakan semuanya di hadapan kami. Kami akan jaga rahasia kok!" kata Rista.
Marcell menoleh ke arah Rista, "Tapi kalian kan ...."
"Marcell, coba dengarkan aku. Kamu bisa percaya dengan Sherlina dan Rista. Kami berusaha menolongmu sekarang ini. Kalau kamu mau bekerja sama dengan kami dan tidak bilang soal kejadian ini pada siapapun, maka kamu akan bisa selamat dari Jamie dan menebus dosamu," ujar Azka.
"A - apa maksud kalian?"
"Kami hanya butuh sedikit informasi, Mar. Hanya itu. Kalau kamu mau membantu kami dalam mengetahui apa yang Jamie rencanakan, maka kami akan membantumu agar bisa lepas dari jeratan Jamie," kata Rista.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Detective 4 : A Scandal In Bahrelway
Детектив / ТриллерFormasi baru EG Group kini sudah lengkap, dan inilah saatnya bagi satu kelompok penyidik ini untuk memperlihatkan kemampuan menyidik mereka yang dinaungi legenda dari pendahulunya. Di siang hari yang senggang, Hendra datang ke ruangan EG Group denga...