Marcell sendiri langsung berlari ke arah pintu gerbang sekolah. Dia harus menghindari kerumunan anak - anak yang berada di sepanjang jalannya. Dia tahu kemana untuk mencari ketiga anak yang diminta oleh Hendra. Beruntung sekali, dia bertemu dengan Azka dan Sherlina yang masih mengobrol di dekat pojok mading sekolah. Keduanya berjalan santai ke arah gerbang sekolah.
"Sherlina! Azka! Tunggu!" seru Marcell.
Dua anggota Levitator itu sama - sama menoleh ketika mendengar nama mereka dipanggil. Keduanya bisa melihat Marcell yang kini berhenti di dekat mereka dengan napasnya yang terengah. Marcell mendekati keduanya, dan terlihat sebuah ekspresi kepanikan yang teramat sangat di wajahnya. Sherlina mengerutkan alisnya, dan Azka memandang kedua temannya secara bergantian.
"Ada apa sih Mar? Kamu nggak perlu pakai teriak segala kan?" ujar Sherlina.
"Kenapa Mar? Ada info penting ya?" tanya Azka.
Marcell mengatur napasnya sejenak. Setelah dia merasa lebih baik, kini dia kembali menatap temannya dengan ekspresi panik yang luar biasa.
"Ini … bukan info penting lagi … tapi sangat … mengejutkan .…" kata Marcell, yang masih agak terengah.
"Hei, ceritakannya pelan - pelan saja. Tarik napas dulu coba, baru kamu cerita."
"Enggak bisa! Ini sangat mendesak. Pak Hendra minta kita untuk segera berkumpul di parkiran guru. Cepat, di mana Rista?!"
"Dia pasti di depan gerbang sekolah, menunggu jemputannya. Sebentar, aku akan coba seret dia. Kalian ke parkiran saja duluan, aku dan Rista akan menyusul," ujar Sherlina, lalu dia bergegas menuju ke gerbang sekolah.
Keduanya mengangguk, dan mereka berpisah arah. Marcell dan Azka langsung berbelok menuju ke area parkiran khusus guru. Marcell dan Azka berusaha menormalkan napas mereka sambil menuggu kedua teman mereka. Tak lama setelah dua anak laki - laki ini menarik napas, Sherlina dan Rista muncul sambil berlari.
"Akhirnya kalian datang juga! Aku tidak tahu kalau keadaannya bisa berubah jadi gawat dengan sangat cepat seperti ini!" kata Marcell
"Ada apa sih Mar? Kok kelihatannya gawat banget?" tanya Rista.
Marcell menoleh ke sekelilingnya. Parkiran guru memang masih sepi, karena para guru akan pulang lebih lambat daripada murid mereka. Tapi Marcell memutuskan untuk mengecek keadaannya. Setelah dirasanya aman, barulah Marcell mulai menceritakan apa yang sudah terjadi.
Sesuai yang diminta oleh Rista tadi pagi, Marcell mencoba untuk menghubungi Jamie untuk mencari tahu di mana keberadaannya. Sejak tadi pagi, pesan Marcell belum dibalasnya. Tapi, beberapa menit sebelum lonceng berbunyi, saat Hendra sudah meninggalkan kelas, Jamie membalas pesannya. Saat itulah Marcell mengetahui apa yang sebenarnya direncanakan oleh Jamie.
"Lalu, apa yang dia katakan?" tanya Rista.
"Intinya ... kalian benar soal tidak adanya Jamie di sekolah berhubungan dengan foto - foto yang dia kirimkan. Lebih baik, kalian lihat sendiri apa yang dia katakan," ujar Marcell, lalu merogoh sakunya
Marcell mengeluarkan ponselnya, dan dia membuk aplikasi BlackBerry Messenger yang ada di ponselnya. Dia memperlihatkan riwayat percakapan terakhirnya dengan Jamie. Marcell menyerahkan ponselnya pada Azka, dan Levitator membaca pesan akan apa yang keduanya bicarakan.
Marcell Juliano : Jamie, kenapa kamu nggak masuk hari ini? 😕
Jamie Arsena : Bukannya aku ada ngirim surat ya ke sekolah? Rei nggak ngasih tahu kamu kalau aku izin hari ini?
Marcell Juliano : Iya, aku tahu soal surat itu. Tapi kenapa kamu izin? Nggak biasanya kamu izin begitu
Jamie Arsena : Yah, nggak apa Mar. Sekekali lah aku meliburkan diri~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Detective 4 : A Scandal In Bahrelway
Mystery / ThrillerFormasi baru EG Group kini sudah lengkap, dan inilah saatnya bagi satu kelompok penyidik ini untuk memperlihatkan kemampuan menyidik mereka yang dinaungi legenda dari pendahulunya. Di siang hari yang senggang, Hendra datang ke ruangan EG Group denga...