Setelah seluruh acara selesai dan para ballerina dipinta untuk beristirahat, Madelyn yang memang dibelakang panggung masih setia bergelut dengan pikirannya. Apa para keluarga nya datang? Sayang sekali ia tidak berkesempatan melihat para penonton.
Namun insting nya berkata, ada. Madelyn percaya perkataan hati nya.
"Madelyn." Panggil Qia.
"Yes, Miss?" Madelyn melihat Qia yang berlari kecil ke arah nya.
"Keluarga mu menunggu di bawah, lagi pula acara sudah selesai, sana pergi temui keluarga mu. And last.. selamat atas juara kedua mu. Kamu hebat." Puji Qia sebelum Madelyn meneteskan air matanya.
"Keluarga ku benar ada Miss?" Qia mengangguk. "Terimakasih—ibu pelatih." Qia dan Madelyn tertawa bersama, tak ayal ballerina lain yang melihatnya pun ikut tertawa kecil.
"Sama sama gadis cantik." Madelyn tersenyum seraya mengangguk senang.
Madelyn segera berpamitan dengan teman teman nya yang lain juga kepada ballerina lain, tak lupa Miss Qia pun yang telah menemaninya sampai bisa sesukses ini.
Madelyn berlari ke bawah mencari keluarga nya, untung saja kostum ballet nya telah ia ganti menjadi baju biasa. Di pandangan Madelyn segerombolan manusia manusia berharga nya itu terlihat walaupun sedikit buram karena mata nya yang minus.
Disisi lain, keluarga Madelyn melihat gadis yang mereka banggakan ada di depan mereka. "MADELYNNN!!" Teriak Anna dan Iki.
"ALOOOO!" Teriak balik Madelyn kesenangan.
Dirasa rasa sudah dekat, Anna menarik sepupu nya ke pelukan hangat. Menyalurkan sebuah kerinduan yang selama ini tidak dipertemukan dengannya.
Sedangkan yang lain melihat mereka berdua pun tertawa kecil, sudah berumur kepala dua namun tingkah masih saja bak anak kecil baru bisa bicara.
"Huhuuu gue bangga banget sama lo." Tangis Anna pecah di pelukan Madelyn.
Madelyn yang mendengar tangisan sepupunya, refleks mengusap air mata yang terjatuh. "Cup cup cup jangan nangis lagi yaa mbak ku sayang, makasih loh udah bangga sama aku, hati ku seseneng ini, mbak." Kata nya menenangkan sang sepupu.
Setelah Anna cukup tenang ia melepasnya perlahan, dan menatap bapak yang menjadi saksi betapa sulit dan sakitnya proses yang ia kerjakan ini.
Bapak tersenyum seraya merentangkan kedua tangannya berharap cucu nya itu memeluknya. Tak pikir lama Madelyn masuk ke pelukan kakeknya.
Tangis nya pecah di pelukan hangat yang senantiasa ia dapatkan. Bapak mengelus punggungnya. "Selamat atas kemenangan nya, cucu ku sayang." Madelyn mengangguk angguk dalam pelukan.
"Terimakasih kakek ku yang paling Elyn sayangi." Pelukannya terurai, bapak menatap Madelyn yang menangis. "Cup cup cup jangan nangis, kakek ga tega kamu nangis kayak gini." Bapak mengusap lembut air mata cucunya yang berderai di pipi.
KAMU SEDANG MEMBACA
From One To Infinity
FanfictionJudul ini menceritakan sebuah cinta yang mula nya kosong menjadi tak terbatas. Sebuah hati yang berusaha melupakan dan sebuah hati yang berusaha mencinta. "Est-ce que je t'aime?" -Sadewa "Je ne sais pas." -Madelyn