"Ah! Mami kapan pulangnya sih! Aku capek harus tinggal sama dia terus, Mi." Keluh Amanda kepada Rosa ketika dirinya baru saja diomeli oleh Arthur karena tidak mengerjakan tugas kuliah nya.
Sudah dua minggu tepatnya setelah Amanda ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya ke luar negeri karena harus mengurus pekerjaan mereka. Dan sudah dua minggu juga Amanda tinggal bersama dengan Arthur dan Rosa di rumah Arthur tentu saja.
Saat makan malam bersama dua minggu yang lalu Arthur setuju untuk tinggal bersama dengan Amanda namun dengan syarat bahwa Amanda harus tinggal di rumahnya. Dan hal itu pun disetujui oleh kedua orang tua Arthur walaupun ada penolakan dari sisi Amanda.
"Dia itu nyebelin banget, gue kan baru sekali ini kelupaan ngerjain tugas kuliah yang dia kasih, tapi bisa-bisanya dia ngomelin gue di depan teman-teman sekelas gue! Gue malu tahu enggak! Malu!" Ucap Amanda dengan dramatis.
"Diomelin bagaimana?" Tanya Rosa.
"Dia bilang aku ini teledor, enggak bisa bertanggung jawab, enggak berguna!" Ucap Amanda penuh emosi.
Mata Rosa terbelalak. "Arthur bilang seperti itu?" Tanyanya terkejut.
"Secara harfiah yang bilang kayak gitu gue, dan gue itu tadi ngomong dengan cara mengartikan perkataannya si baj*ngan itu menurut dengan pemahaman gue!" Seru Amanda.
"Oh, begitu." Ucap Rosa yang merasa sedikit lega.
"Iya! Begitu! Gue kesal banget sama itu orang!" Pekik Amanda. "Lo bantuin gue napa, Sa! Omelin tu orang, please! Gue mohon! Ya! Dan minta juga agar hukuman yang dia kasih ke gue itu dicabut! Gue enggak mau ngerjain tugas hukumannya yang banyak itu!" Pinta Amanda.
Rosa sedikit terkejut mendengar perkataan Amanda. "Omelin?!~"
"Iya! Marahin tuh cowok! Bilangin ke dia, harus memperlakukan adik satu-satunya ini dengan baik dan benar! Jangan di omelin terus!" Pinta Amanda.
Rosa berpikir sejenak. "Umm, gimana ya, Man? Aku—"
"Rosa! Kamu itu istri nya! Kamu itu harus tegas! Buat dia jadi suami yang takut istri! Eh! Maksudnya itu, buat dia jadi suami yang menghormati, menghargai, menyayangi, mencintai dan mendengarkan istri nya!" Ucap Amanda dengan berapi-api.
Rosa berucap dengan ragu. "Tapi kan—"
"Enggak ada tapi-tapi an! Pokoknya harus! Lo harus tolongin gue!" Ucap Amanda memelas.
"Iya deh, nanti ya. Nanti aku omongin sama Arthur." Ucap Rosa pasrah.
Amanda tersenyum lebar. "Yes! Gitu dong! Terima kasih, kakak ipar~"
Rosa pun hanya bisa tersenyum kecil, sekarang dia sedang berpikir apa yang harus dia kata kan nanti pada Arthur. Tidak mungkin dia harus marah-marah sungguhan kan? Pikirnya.
Waktu pun berlalu, saat ini, Rosa yang sedang menyiapkan makan malam di dapur didatangi oleh Amanda. Rosa yang melihat ekspresi wajah Amanda pun memiliki perasaan yang kurang baik.
"Rosa, kapan kamu mau memarahi Arthur?" Tanya Amanda dengan wajah kesalnya.
"Mungkin besok aku akan berbicara dengannya, saat ini ada Lisa yang sedang datang bertamu, tidak mungkin aku memarahinya saat ada tamu kan?" Ucap Rosa beralasan.
"Biarkan saja kau memarahinya di depan Lisa! Biarkan dia tahu bagaimana rasanya aku di omeli di depan teman-temanku!" Ucap Amanda dengan berapi-api.
Rossa merasa tak enak dan mencoba untuk membujuk Amanda dengan berucap. "Amanda—"
"Sudah tidak usah berbicara lagi! Kalau kau memang tidak mau memarahinya tidak apa-apa kok! Kalau kau memang tidak mau membantuku juga tidak apa-apa! Itu tidak masalah untukku! Aku tahu, kau memang tidak pernah berada di pihakku!" Ucap Amanda kesal dan pergi meninggalkan Rosa menuju ke kamarnya.
Rosa merasa gelisah sekarang, apa yang harus dilakukan olehnya sekarang? Pikirnya. Ia tidak ingin Amanda marah kepadanya namun ia juga tidak mungkin marah-marah kepada Arthur yang di mana merupakan suaminya karena dia juga tidak begitu dekat dengan Arthur selayaknya suami istri yang mungkin bisa saling marah-marahan satu sama lain.
Rosa pun memilih untuk melupakannya sejenak dan kembali menyiapkan makan malam, saat makan malam Amanda tidak ikut makan bersama dia mengurung dirinya di dalam kamar.
"Apa terjadi sesuatu diantara kalian dengan Amanda?" Tanya Lisa.
"Tadi saya sempat menegurnya di kelas karena dia tidak mengerjakan tugas yang telah saya berikan kepadanya." Tutur Arthur.
"Ohh, pantas saja dari tadi dia ekspresinya seperti ingin membunuhmu." Ucap Lisa bergurau dengan kekehan kecilnya.
Sedangkan Rosa masih bergulat dengan perasaannya mengenai apa yang harus dia lakukan agar Amanda tidak terus marah kepadanya.
"Rosa, apa ada masalah?" Tanya Lisa yang menyadari kesunyian Rosa.
"Ti—tidak! Tidak apa-apa kok! Aku akan membereskan makan malamnya!" Ucap Rosa terburu-buru dan kemudian pergi ke dapur dengan membawa piring kotor sisa makan malam.
"Biar aku bantu juga." Ucap Lisa sembari membantu Rosa merapikan bekas makan malam mereka.
Tanpa banyak berbicara Arthur juga ikut membantu membereskan bekas makan malam mereka, dalam benaknya, Arthur yang sedari tadi memperhatikan istrinya tersebut juga merasa ada sesuatu yang sedang terjadi dengan Rosa yang dia duga menyangkut dengan Amanda.
×××××
To be continued 🌬️
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kecil Sang Dosen Tampan
Novela Juvenil"Kamu enggak minta saya jadi dospem kamu?" "Enggak, Pak. Saya sudah minta Bu Maya buat jadi dospem saya." "Kenapa?" "Saya sudah cukup di bimbing sama Bapak di rumah setiap hari. Sekaligus, biar kita sama-sama lebih profesional saja sih, Pak."