Rosa hanya bisa terdiam patuh ketika ternyata dia harus ikut dengan Yolanda pergi kerumah Veronica.
"Hehehe, jangan diam-diam gitu napa. Enggak ikhlas banget ya nemenin aku ke rumah Vera?" Tanya Yolanda bercanda.
"Enggak gitu kok, Yola." Jawab Rosa. "Aku cuma enggak enak karena jadi malah ngerepotin kamu. Kamu jadi harus bolak-balik nanti, padahal kalau enggak nganterin aku kamu bisa langsung pulang ke rumah kamu." Lanjutnya.
"Enggak apa-apa lah, kan aku yang pengen nganterin kamu, aku lagi pengen jalan-jalan aja sih, soalnya Papa dan Mama i lagi pergi ke luar kota, jadi i sendirian di rumah deh." Jelas Yolanda.
Rosa mengangguk mengerti. "Ohh, jadi itu alasannya."
"Yupz, hehe, maaf ya, Sa. Kamu jadi nemenin ke gabut an aku deh." Ucap Yolanda.
"Enggak apa-apa kok, tapi nanti sebelum jam 4 sore aku udah harus pulang, ya." Jelas Rosa.
"Siap, mam!" Ucap Yolanda dengan senyuman di wajahnya.
Tak lama kemudian, mobil milik Yolanda berhenti di halaman rumah seseorang yang tidak lain adalah rumah Veronica. Mereka turun dari mobil dan berjalan menuju pintu rumah Veronica, Yolanda memencet bel rumah Veronica beberapa kali dan menunggu agar pintu rumah milik Veronica terbuka.
Tak lama menunggu, pintu terbuka dan menampilkan sosok yang tak mereka sangka. "Kak Edward?" Ucap Yolanda kaget.
"Gue Edwin, bukan Edward." Ucap Edwin sambil menunjuk ke kepalanya. "Rambut gue coklat, rambut dia hitam. Di ingat dong." Lanjut pria tersebut yang merasa bad mood karena orang-orang selalu saja menyangka dia sebagai saudara kembarnya.
Yolanda tersenyum. "Maaf, hehehe, lupa. Jangan marah ya, Bang Edwin~" Ucap Yolanda membujuk Edwin. "Nih, aku bawa seseorang juga loh." Ucap Yolanda sembari menunjuk Rosa.
Perhatikan Edwin teralihkan ke soso Rosa yang sedang berdiri di hadapannya sembari memberikan sebuah senyuman kepadanya. "Halo, Bang Edwin, Abang kapan pulang dari Austria?" Tanya Rosa.
"Hai, Sa." Ucap Edwin. "Aku baru pulang dari Austria tiga hari yang lalu. Kamu apa kabar?" Tanya Edwin.
"Baik, Bang." Ucap Rosa.
Yolanda menatap sinis pada Edwin. "Kalau ngobrol sama aku sikapnya cuek banget, giliran ngomong sama Rosa sikapnya sehangat Kak Edward." Ucapnya.
"Sewot banget sih Lo." Ucap Edwin sinis.
Yolanda memanyunkan bibirnya dan berdecak kesal. "Tahu ah, malas aku ngomong sama Abang!" Ucap Yolanda kesal. "Veronica nya ada enggak di dalam?" Lanjutnya.
"Ada tuh di kamarnya." Jawab Edwin.
Setelah mendengar jawaban dari Edwin, Yolanda meraih tangan Rosa dan menariknya ikut masuk ke dalam rumah Veronica, mereka atau tepatnya Yolanda melewati Edwin dan meninggalkannya begitu saja.
Dengan kesal Yolanda pergi menuju kamar Veronica untuk menemuinya. Saat sudah sampai di depan kamar Veronica, Yolanda mengetuk pintu tersebut dan tak lama pintu tersebut terbuka menampilkan sosok Veronica.
"Loh, Rosa juga ikut?" Tanya Veronica kaget.
"Iya, tadi dia gue culik." Jawab Yolanda.
Veronica tersenyum paham. "Iyalah, kalau enggak diculik enggak mungkin dia bisa ada di sini."
Rosa hanya bisa memberikan senyumannya. "Maaf ya."
"Ayo sini, masuk dulu." Ucap Veronica sembari membukakan pintu kamarnya lebar dan menampilkan sosok Edward yang sedang mengerjakan sesuatu.
Mata Yolanda terbuka lebar. "Loh, Kak Edward? Kakak lagi ngapain tugas proyek aku?" Ucap Yolanda sembari menghampiri Edward.
"Maaf ya, tadi tugas Lo enggak sengaja gue jatuhin, jadi ada beberapa bagian yang rusak dan itu lagi di benerin lagi sama Kak Edward." Ucap Veronica merasa menyesal.
"Ohh, tapi kalau dilihat-lihat kayak enggak kenapa-napa kok." Ucap Yolanda sembari memperhatikan tugas proyek miliknya.
"Iya dong, kan sudah selesai saya perbaiki." Ucap Edward dengan percaya diri.
"Terima kasih, Kakak." Ucap Veronica sembari memeluk tubuh Edward.
"Sama-sama, lain kali lebih berhati-hati ya." Ucap Edward sembari mengelus kepala Veronica.
"Baik!" Jawab Veronica.
Pandangan Edward teralihkan kepada Rosa. "Halo, Rosa. Sudah lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu? Apa kuliah mu berjalan dengan lancar?" Tanya Edward dengan senyuman di wajahnya.
"Halo, Kak. Kabar aku baik. Kuliah aku juga lancar." Jawab Rosa.
"Syukurlah kalau begitu. Kata Veronica, karena jurusan kuliah kalian berbeda, kalian jadi jarang bermain lagi. Dia kangen loh main-main sama kamu." Ucap Edward yang langsung dipelototi oleh Veronica.
"Iya, Kak. Sekarang aku lagi sibuk untuk nyiapin kelulusan aku." Jelas Rosa.
Dahi Edward mengerut. "Loh, kamu baru semester 6 kan?"
"Iya, Kak. Aku ngambil program fast track." Jelas Rosa.
Edward terkejut. "Wow, hebat. Kamu jurusan kedokteran kan?" Tanya Edward.
Rosa mengangguk. "Alhamdulillah, Kak."
"Yang satu ini bisa kali ngikutin." Ucap Edward sambil mencuri pandang ke Veronica.
Veronica cemberut. "Aku mau menikmati masa-masa kuliah aja, enggak mau cepat-cepat lulus. Nanti aku jarang ketemu sama teman-teman aku lagi." Ucapnya.
Edward pun terkekeh kecil mendengar perkataan adiknya. Tak lama, Edwin datang dan ikut mengobrol bersama dengan mereka. Sebenarnya, Veronica sih yang memanggil Edwin untuk bergabung dengan mereka.
×××××
To be continued 🌬️
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kecil Sang Dosen Tampan
Ficção Adolescente"Kamu enggak minta saya jadi dospem kamu?" "Enggak, Pak. Saya sudah minta Bu Maya buat jadi dospem saya." "Kenapa?" "Saya sudah cukup di bimbing sama Bapak di rumah setiap hari. Sekaligus, biar kita sama-sama lebih profesional saja sih, Pak."