16. Pesan

13 0 0
                                    

Saat ini Rosa sedang dalam perjalanan pulang, namun ia tidak pulang dengan Yolanda melainkan bersama dengan Edwin.

Rosa tidak pulang bersama dengan Yolanda karena Yolanda masih ingin menetap di tempat Veronica terlebih dahulu sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 sore.

"Kamu sudah berapa lama tinggal di sana?" Tanya Edwin.

"Sudah sekitar 6 bulan, Bang." Jawab Rosa.

Edwin tampak terkejut. "Lama juga, ya?"

"Iya, aku nyaman di sana teman aku juga baik kok." Ucap Rosa yang tidak semuanya adalah kebohongan.

Sebelum, saat Rosa mengatakan alamat tempat tinggalnya kepada Edwin, Edwin nampak terkejut setelah mendengar jawaban dari Rosa bahwa Rosa tinggal di Green Village Amor, Rosa akhirnya memilih untuk berbohong bahwa itu adalah rumah temannya.

Temannya tinggal di sana seorang diri karena keluarga nya tinggal di Amsterdam dan hanya menyisakan temannya itu seorang diri, karena kesepian teman Rosa meminta Rosa untuk tinggal bersama dengannya dan akhirnya pun Rosa tinggal bersama dengan temannya itu.

"Apa menurutmu aku kenal dengan temanmu?" Tanya Edwin.

"Aku rasa Abang tidak mengenal nya."

"Apakah teman mu itu juga seorang mahasiswa?" Tanya Edwin.

Rosa menggeleng pelan. "Tidak, dia sudah bekerja."

"Ohh, lalu, bagaimana caranya kalian berteman?" Tanya Edwin.

"Dia adalah teman kerja part time ku yang sebelumnya." Jawab Rosa.

Lagi, Edwin dibuat terkejut oleh jawaban dari Rosa. "Kau kerja part time?!"

"Iya, beberapa bulan yang lalu untuk menambah uang jajan dan mengisi waktu luang. Tapi, aku sudah berhenti sekarang, agar aku bisa fokus dengan kelulusan ku." Jelas Rosa.

"Walaupun begitu, itu juga tetap sangat luar biasa, kuliah mu kan pasti sangat sibuk, tapi kau tetap bisa mengatur waktu dan malah dapat bekerja part time." Ucap Edwin kagum.

Tak lama kemudian, mereka sampai di depan gerbang masuk ke Green Village Amor. "Kau sungguh tidak ingin ku antar sampai ke dalam?" Tanya Edwin.

Rosa mengangguk. "Ya, cukup sampai disini saja. Rumahnya tak terlalu jauh dari sini kok."

"Baiklah, hati-hati." Ucap Edwin.

Rosa kembali menganggukkan kepalanya, ia melepaskan sabuk pengaman yang melekat di tubuhnya. "Terima kasih banyak ya, Bang Edwin." Ucap Rosa.

"Sama-sama. Dan, kalau kau punya waktu datanglah lagi, ya. Aku dan Edward akan tetap disini untuk satu bulan kedepan." Jelas Edwin.

"Insyaallah ya, aku akan berusaha untuk menyempatkan waktu ku." Ucap Rosa.

"Baiklah, aku percaya itu." Balas Edwin.

Rosa pun turun dari mobil Edwin, dia melambaikan tangannya ketika mobil Edwin mulai berjalan menjauh dari dirinya.

Setelah mobil Edwin pergi, Rosa mulai masuk ke dalam perumahannya, ia dengan sopan memberi salam kepada sekuriti yang menjaga pintu gerbang untuk masuk ke dalam perumahannya itu.

"Kakak!" Panggil seseorang.

Rosa menoleh dan mendapati seorang anak laki-laki yang tak asing lagi baginya, anak laki-laki itu tampak berlari ke arahnya sembari membawa sebuah bola sepak. "Bagas?"

"Kakak! Kakak baru pulang kuliah?" Tanya Bagas, seorang anak laki-laki yang baru berada di bangku kelas 3 SD tersebut.

"Iya." Jawab Rosa sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Bagas sudah pulang dari Malang?" Lanjutnya bertanya.

"Iya, Kak. Aku sudah pulang dari kemarin, ini aku habis selesai main bola sama teman-teman." Jawab bocah tersebut. "Kakak mau pulang ke rumah Kakak, kan? Kita jalan bareng yuk, Kak! Aku juga mau pulang nih. Tadi kata pak sekuriti Mami sudah nyariin aku." Lanjutnya.

"Boleh." Jawab Rosa.

Mereka berdua pun akhirnya berjalan bersama. "Kakak kangen sama aku enggak?" Tanya Bagas tiba-tiba. "Aku kangennnnnnnn bangettttt sama Kakak." Modusnya.

Rosa terkekeh. "Iya, kakak kangen, kok. Kangen sama Nadia~"

Bagas cemberut. "Ihh! Kakak! Kakak jahat deh!"

Rosa kembali terkekeh. "Habisnya kamu ini ada-ada aja deh. Tiba-tiba ngomong kayak gitu. Pasti ada maunya, ya?"

"Enggak kok! Aku cuma mau bilang kalau aku kangen sama kakak aja! Aku enggak ada modus apa-apa." Bantah Bagas dengan tegas.

"Serius?~" Tanya Rosa menggoda Bagas.

"Seriburius!!~~~" Ucap Bagas masih dengan keyakinannya.

"Oke-oke, Kakak percaya." Ucap Rosa sambil terkekeh. "Kakak juga kangen sama Bagas. Waktu Bagas pergi, kakak kesepian, enggak ada yang nyamperin kakak buat minta di masakin nasi goreng kalau malam." Lanjut Rosa.

Kening Bagas mengkerut. "Loh, memangnya Om Arthur kemana, Kak? Kenapa enggak buatin nasi goreng buat Om Arthur saja?"

"Om Arthur ada di rumah, kok. Om Arthur enggak suka kakak bikinin nasi goreng setiap hari." Ucap Rosa.

Just information, ucapan Rosa itu merupakan sebuah kesalahan, Arthur pasti akan memakan apapun yang di sediakan oleh istrinya itu, bahkan walaupun dia harus makan nasi dan telur dadar setiap hari.

Arthur itu tipe orang yang tidak memilih-milih makanan dan dia juga orang yang mencintai istrinya, ia tidak mungkin membiarkan istrinya sedih dengan tidak memakan makanan yang telah disediakan oleh istri itu.

Tak terasa, mereka berdua pun sudah sampai di depan rumah Bagas, Rosa dan Bagas adalah tetangga, atau tepatnya rumah Rosa ada di depan rumah Bagas.

"Sampai jumpa, Kak." Ucap Bagas.

Rosa tersenyum dan melambaikan tangannya. "Da-dah!"

×××××

To be continued 🌬️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Istri Kecil Sang Dosen Tampan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang