“Kan, kelihatan kan siapa yang suka pakai celana sependek itu?” Cibir Stefani begitu Surya keluar dari kamar sebelah kamar yang ditempatinya, dengan kaos longgar dan celana pendek kuning pastel, rambut tebalnya yang sepundak itu juga diikat.
“Aku kaya gini tuh sadar diri, lihat nih.” Surya mengangkat kaki kanannya, memamerkan paha atasnya yang mulus itu. “Mubazir banget kan paha semulus ini gak dipamerin?”
Stefani menggelengkan kepala, Doni juga, melihat tingkah si galak ini yang kalau ditunjukkan di depan para anak buahnya pasti akan buat image galaknya jadi hilang tergantikan dengan image aneh.
Surya masuk ke kamar Stefani yang pintunya terbuka, lalu keluar sambil membawa sebuah boneka kucing yang panjangnya sekitar 50cm milik Stefani, kata Surya, lumayan bisa dia pakai peluk-peluk waktu nonton teve.
“Yang,” Surya duduk di ujung sofa panjang yang diduduki oleh Stefani, lalu menaikkan kedua kakinya ke atas pangkuan kaki Stefani yang sedang bersila. “saranku lagi ya, ini teve mending kamu nyalain aja gak sih pas kamu lagi sendiri? Biar gak sepi?”
Stefani menoleh, dari wajahnya yang datar itu tampak tak begitu masalah dengan kedua kaki mulus Surya yang kini bertengger di atas pangkuannya. “Lucu pasti kalau tiba-tiba tevenya mati pas aku tinggal ke dapur.”
Padahal ucapan Stefani malam itu hanya sarkas belaka, namun seolah Doni ingin menuruti ucapan Stefani, keesokan harinya, padahal hari baru saja berubah sore, posisi Stefani baru pulang kerja, namun Doni sudah bertingkah dengan mematikan teve yang sengaja ditinggal menyala saat Stefani sedang mandi.
Keadaan perumahaan yang memang sepi buat Stefani sadar kalau bunyi televisi sudah tak terdengar lagi. Karena tak mau berpikiran yang aneh-aneh, Stefani yang memang setiap ke kamar mandi selalu membawa ponsel itu pun memutar musik secara acak dari ponselnya, dengan harapan bisa membuang segala pikiran negatif yang dia punya.
Takut? Kalau Stefani mau jujur, dia lumayan takut. Terganggu lebih tepatnya, karena dia benar-benar merasa tidak melakukan hal buruk apapun di rumah ini yang bisa saja memancing emosi si penghuni sebelumnya.
Usai mandi dan sekaligus berganti pakaian di kamar mandi, Stefani pun keluar kamar mandi dengan handuk yang tersampir di pundak kanannya, ponselnya yang masih memutarkan musik dengan volume tinggi itu pun dia genggam dalam tangannya.
Posisi kamar mandi yang ada di bagian paling belakang rumah itu buat dia harus berjalan melalui dapur dan ruang makan sebelum akhirnya sampai ke ruang tamu. Benar saja, posisi televisinya kini sudah mati, dan kalau dilihat dari lampu sensornya, jelas teve tersebut dimatikan dari tombol on-off yang ada di badan tevenya.
“Kalo dilihat pakai ultra violet bakalan ada sidik jarinya gak ya?” Batin Stefani yang lumayan kesal dengan kejahilan si tak kasat mata. Dia mengehela napas sebal, lalu masuk ke dalam kamar untuk menyimpan handuknya.
Stefani pergi ke meja riasnya, hendak mengisi ulang daya ponselnya, namun sial, entah bagaimana, charger yang biasanya menempel di stopkontak yang ada di samping meja riasnya hilang entah ke mana.
Stefani hanya bisa mengulum senyum, dia bahkan sampai melirik sedih baterai ponselnya yang sudah ada di posisi 35%.
Doni, yang berdiri di ambang pintu kamar itu tampak kecewa, reaksi Stefani tidak seperti reaksi yang dia bayangkan. Doni pikir Stefani akan panik begitu sadar kalau charger ponselnya sudah tak ada, dan bukannya malah sesantai dan selegowo ini.
Stefani tampak memutar badan, dengan wajah datarnya perempuan itu berjalan menembus Doni yang masih berdiri di ambang pintu. Doni jujur merasa terkejut karena saat ditembus seperti tadi terasa seperti ada kontak fisik yang terjadi, rasanya seperti ada yang bersentuhan dengan dirinya.
Doni menggelengkan kepala, dia memutar badan dan memperhatikan Stefani yang kini menyalakan televisi dari tombol on/off-nya sambil memegang ponsel di telinga kanannya.
“Yang, kamu pulang bisa mampir ke sini dulu gak bentar? Chargerku ilang.”
Kini giliran Doni yang mengulum senyum, kejahilan dia hari ini kembali berbuah adegan romantis lainnya dari dua pasangan manusia tak dikenalinya ini.
“Kok bisa? Kamu bawa kerja kah?”
“Enggaaak, ada yang jahil aja di rumah.”
“Ooh, oke-okee, nanti aku bawain.”
Malas karena hanya keberadaan dia saja yang diakui namun tak membuahkan reaksi menarik apapun dari Stefani, Doni pun keluar dari rumah, duduk di tangga teras sambil menunggu Surya yang katanya akan kemari.
Lucunya, beberapa menit setelah Doni duduk diam di teras, ada sosok laki-laki dengan jaket denim berdiri di depan pagar rumah, memandang lurus ke arah Doni. Doni bahkan sampai mengerutkan dahi saking herannya dengan sosok laki-laki di luar sana, aneh pikir Doni.
I can see you..
Kedua mata Doni membulat terkejut, dia bahkan sampai melompat berdiri karena gerakan mulut dari laki-laki di luar sana itu. Baru kali ini dia dibuat manusia bergidik ngeri, Doni bahkan sampai kabur masuk ke dalam rumah karena laki-laki tadi.
Tadi hantu juga apa ya?! Tanya Doni pada dirinya sendiri.
Eh?? Doni melihat ada gelas berisi es kopi di atas meja kaca depan Stefani yang duduk di sofa, melihat ada sedotan juga di dalam gelas, pikiran jahil Doni pun muncul menggantikan rasa ngerinya pada laki-laki tadi.
Dengan senyum jahilnya Doni berjalan mendekat ke arah meja, lalu dengan posisi badan yang agak membungkuk dia menyentil pelan sedotan stainless steel di dalam gelas kaca itu hingga bergerak kecil dan membuat suara yang mampu mencuri perhatian Stefani.
Stefani yang tadinya menonton acara gosip sore pun langsung melirikkan matanya ke gelas di atas meja, kedua alisnya menukik setajam tatapannya. Doni tertawa pelan melihat reaksi Stefani, namun tak lama dilanda kecewa karena Stefani dengan wajah sebalnya langsung mengambil beberapa lembar tissue dari kotak tissue yang ada di tengah-tengah meja, yang kemudian dia gunakan untuk membungkus sedotan minumnya.
Buat Stefani yang benci dengan kontak terlarang apapun dari siapapun terhadap benda-benda miliknya, kontak dari sosok tak kasat mata terhadap sedotan minumnya seperti ini pun cukup buat dia risih dan ogah untuk menggunakan kembali benda miliknya sebelum dicuci.
Gue semenjijikkan itu kah???
🐾
kim wonpil
as
willy
KAMU SEDANG MEMBACA
rumah ft. yoon dowoon, park sungjin (au)
Fanficsetiap rumah pasti punya ragam cerita, termasuk rumah murah yang dibeli oleh stefani dengan uang warisannya. 27 OKTOBER 2024