MENGHILANG

11 6 3
                                    

PO album gitu nyampenya sekitar 10-14 hari dari tanggal rilis gitu kan udah wajar yaa, aku tuh udah ancang² biar gak buka X duluuuu, biar gak kepincut sama versi lain soalnya aku kemarin PO yang photobook, terus aku kemarin lihat ini DOOONG

wajar kan ya kalo AKU TIBA-TIBA PENGIN YANG POSTCARD JUGAAA, eh terus nemu ada yg post kalo yang NEMO ada message card sungjin yang KEREN BETULLLL, kan aku jadi pengin beli 3 versinya 🥲

Gapapa, bakalan aku cicil, gini nih efek sejatuh cinta itu sama suara ni orang, terus merambat suka sama orangnya juga, terus merambat jatuh cinta sama the ideas of him in my head, baru kali ini aku ngebelain PO album kaya gini, padahal biasanya ya beli kalo emang udah ready aja wkwk

🐾

Beberapa hari setelah momen haru peluapan isi hati dan keluh kesah Stefani, Stefani jadi semakin jarang terlihat berdiam diri di rumah, Surya pun juga terlihat jarang mampir ke rumah Stefani. Bahkan saat akhir pekan begini pun dua orang itu bisa terlihat di rumah hanya sekitar 30 menit saja.

Padahal sebelum rumah ini dibeli Doni sudah terbiasa sendiri, namun dengan jarangannya dua manusia itu terlihat di rumah, Doni jadi merasa sangat amat kekurangan, kekurangan sumber untuk dikerjai.

Dia menghela, dari ruang tamu dia pergi ke teras depan dan bertemu dengan Willy yang entah sejak kapan berdiri di depan pagar sana.

Doni yang bosan karena sudah berhari-hari tak berinteraksi dengan siapapun akhirnya pergi menghampiri Willy. “Mau ngapain lo?” Tanya Doni dengan muka songongnya.

“Ini rumah mau dijual sama Mas Surya.” Balas Willy.

Doni kontan menunjukkan wajah tak percaya, kedua alisnya menukik seolah bilang kalau Willy manusia yang tidak jelas.

“Mas Surya mau nikah sama Stefani bulan depan, jadi rumah ini mau dijual aja.” Lanjut Willy.

“Ngapain coba dijual kalo cuma mau nikah? Toh habis nikah tinggal di sini juga bisa, emang gue semengganggu apa sih? Paling cuma mati nyalain teve doang, gak lebih.”

“Mungkin mereka risih? Orang yang suka hidup tenang biasanya males kalau tiba-tiba diribetin kaya gitu.”

“Ya elah, cemen banget.”

Padahal Doni sangat amat tidak percaya dengan ucapan Willy, namun melihat Stefani yang hanya pulang untuk mampir mengambil barang hingga berbulan-bulan pun cukup buat Doni merasa takut kalau rumahnya akan dijual kembali.

Willy yang sejak beberapa bulan lalu sudah bekerja di perusahaan yang sama dengan Surya pun hanya lewat di depan rumah Stefani saat akhir pekan saja. Dan hanya Willy lah satu-satunya narasumber yang bisa Doni hujani pertanyaan.

“Weh!” Doni memanggil Willy yang terlihat begitu santai dengan kaos dan celana pendek hitamnya, malam-malam begini sepertinya laki-laki berponi itu hendak mencari makan.

Willy menoleh, memandang Doni yang berdiri di belakang pintu gerbang. Willy berjalan mendekat, bertanya ada apa.

“Itu bos lo gimana? Beneran nikah?” Tanya Doni, wajahnya tampak cemas.

“Ini aja udah lewat 7 bulan mereka nikah, kamu gak ikut mereka emang?”

“Gimana mau ikut?! Yang ke sini aja cuma si Stefani, itu juga dia cuma ngambil barang doang!”

“Ya kan udah dibilang, rumah ini mau dijual.”

“Buat apaaa?! Kan—”

Mata Willy terbelalak, kepalanya menoleh ke segala arah, mencari sosok Doni yang tiba-tiba hilang seperti tertiup angin. Baru kali ini Willy mengalami hal seperti ini, benar-benar hal yang di luar bayangan dan pikirannya.

“Diambil Tuhan, kah?” Herannya sebelum memutuskan untuk pergi melanjutkan niatnya untuk membeli mie goreng di jalan luar perum.

🐾

Dingin, hanya itu yang bisa Doni rasakan begitu cahaya mulai mendominasi pandangannya, ketika hidungnya mulai bisa menghirup udara lebih lega, dan lucunya, dia pun terkejut begitu mendengar suara tangisannya sendiri yang terdengar begitu tinggi.

“Perempuan, selamat ya ibuu.. bapak..”

“Makasih ya dokter..”

Ha??? Meskipun dalam hati Doni merasa begitu bingung, namun kedua mulutnya masih saja terus menangis.

Dari gendongan satu orang, dia dipindah ke gendongan orang lain, sepertinya seorang wanita, dengan masker dan penutup kepala.

“Anak cantiiik~” Puji perempuan itu sambil entah melakukan apapun itu yang saat ini belum bisa Doni pahami.

Tapi, jelas sekali tadi Doni seperti mendengar suara Surya. Ya, Doni yakin sekali kalau orang yang berterima kasih pada Dokter itu adalah Surya.

Dan, semuanya semakin terasa nyata begitu Doni merasakan tubuhnya diangkat kembali setelah dibalut dengan selimut, dengan pelan diletakkan dalam pelukan seseorang yang tidak lain dan tidak bukan ialah... Stefani.

“Yaang..” Suara Stefani terdengar bergetar, rasa takutnya bisa Doni rasakan. “perempuan..”

“Iyaa.. Kita jaga sama-sama yaa?”

Jadi... Inikah alasan kenapa gue masih seliweran di rumah? Gue direinkarnasi jadi anak mereka?? Ya gapapa sih... Tapi.. KENAPA HARUS CEWEK YAAAA????

rumah ft. yoon dowoon, park sungjin (au)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang