PANGGIL AKU 'MAS'

17 8 1
                                    

“Jadi barang-barang gerak sama ilang, terus teve mati sendiri itu beneran ya?” Stefani menatap Willy dengan mata sembabnya, setelah sebelumnya Willy menjelaskan maksud kedatangannya yang diminta secara langsung oleh Doni untuk menyampaikan maafnya.

Willy menganggukkan kepala, “Iya, itu juga kerjaan Doni.”

“Kasian ya, gak bisa interaksi sama siapa-siapa. Tapi masa dia gak bisa interaksi sama hantu lain? Kan lumayan bisa diajak main.” Ah ya, pikiran pacar Surya ini memang agak eksentrik.

“Harusnya sih gitu ya, mba.. Tapi.. Kayanya si Doni gak bisa lihat hantu lain deh.”

“Ha? Kok bisa??”

Willy menggendikkan bahu, tanda kalau dia pun tak tahu. “Kalau kata saya sih Doni ini harmless, gak bahaya, cuma ya itu, jahil aja dia, kalau caper pasti bakalan isengin orang di rumah ini.”

“Terus harus diapain?” Tanya Surya yang berdiri bersendekap di depan televisi.

“Apanya? Si Doni?” Tanya Willy, tak paham dengan maksud pertanyaan Surya.

Surya menganggukkan kepala, membenarkan pertanyaan Willy. “Saran saya sih gak perlu diapa-apain, kan beneran gak merugikan.”

“Tapi yang tinggal di sini perempuan, nah si Doni Doni itu kan laki-laki.” Surya terlihat dan terdengar begitu serius, buat Doni yang juga ada di ruang tamu memberikan tatapan mencibir.

Kalo khawatir banget mah nikahin aja kali, tinggal deh lo berdua di sini.

Sayangnya hanya Willy yang bisa mendengar semua dumalan Doni, Willy juga tak bisa asal tertawa karena merasa ucapan Doni lucu, karena pasti Surya ataupun Stefani akan merasa kalau Willy menganggap enteng soal permasalahan ini.

“Karena dia dulu pernah jadi manusia, dia paham kok mas yang namanya batasan. Dia juga seringnya cuma di ruangan ini, jarang dia pergi ke kamar atau kamar mandi.”

“Jarang bukan berarti gak pernah sama sekali, kan? Lagian dia ngapain ke kamar mandi? Kencing juga gak bisa.”

Doni kalau bisa berkomunikasi secara lisan dengan manusia, saat ini dia pasti sudah siap berhadap-hadapan, saling adu mulut dengan Surya soal cara dia hidup sebagai arwah tanpa raga. Cerewet banget, Ya Tuhaaan!

“Pernah ke kamar mandi pun juga pas gak ada orang, mas, serius deh, dia gak bakalan macem-macem.”

“Terus bisa tanyain gak dia ngumpetin charger pacar saya di mana?”

“Oh, itu,” Willy menoleh ke arah Doni, menatap Doni menunggu jawaban.

Di kamar belakang noh, heran banget gak pernah meriksa ke sana. Gue males jadi gak gue balikin, yang punya aja gak ada niatan buat nyari.

“disimpen di kamar belakang katanya.”

Surya dengan sigap berjalan cepat menuju kamar belakang, begitu masuk, dia langsung melihat charger putih milik Stefani yang tergeletak manis di atas rangka kasur.

“Gila, beneran di sini..” Gumam Surya seraya mengambil charger milik Stefani. Lalu dia tanpa sengaja menghirup aroma kamar yang dijadikan tempat penyimpanan barang itu, agak risih sendiri dengan aroma debu yang masuk ke dua lubang hidungnya.

Dia menghela napas pelan, lalu pergi keluar dan menutup kembali pintu kamar tersebut rapat. Dia kembali ke ruang tamu, menaruh charger milik Stefani di atas meja. “Besok aku panggilin jasa bersih-bersih ya? Kamar belakang debunya banyak banget.”

Ini pasangan laki sama perempuan emang gak bisa gitu ya serius berkelanjutan, ada aja bahasan menyimpang dari topik utama. Ini juga dia maafin gue apa enggak? Gue masih gak enak banget ini.

rumah ft. yoon dowoon, park sungjin (au)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang