TANGGAL BULAN LAHIRMU

16 7 1
                                    

Bukan hanya Surya saja yang merasa aneh karena dalam satu hari rumah kekasihnya didatangi oleh orang asing, namun Willy juga merasa tak enak karena harus datang kembali di rumah ini. Meskipun kedatangan dia dengan maksud baik.

“Oooh, mas yang namanya Willy ya? Yang katanya bisa lihat setan?”

Posisi Surya sama seperti Stefani pagi tadi, di belakang pagar dan tak ada niatan untuk membukakan si pintu pagar untuk membiarkan Willy mampir ke dalam.

“Eh? Kok tau ya?” Basa-basi Willy, jelas dia tahu kalau kedatangan dia pagi tadi akan diceritakan Stefani pada kekasihnya.

“Iya, soalnya pacar saya cerita katanya tadi pagi ada orang aneh ke rumah.”

“Orang aneh...” Willy tersenyum kecut, sudah biasa sih disebut aneh oleh orang-orang karena kelebihannya.

“Sekarang masnya mau ngapain?” Surya sebisa mungkin membuat dirinya terlihat dan terdengar ramah, meskipun pikirannya masih kalut akan masalah penyiraman siang tadi, dan juga Stefani yang masih setia dengan muka tertekuk sedihnya.

“Mbanya habis kena siram marjan kan ya?”

Wajah yang sudah dia perjuangkan agar terlihat ramah itu kini berubah heran begitu mendengar ucapan Willy, tatapannya jadi menajam yang cukup menyeramkan.

“Tapi yang nyiram bukan temennya kok, mas. Tapi si Doni.” Lanjut Willy.

“Doni siapa? Kita gak punya temen yang namanya Doni.”

“Doni Utomo, yang dibunuh perampok di sini.”

“Oh, setannya beneran cowok??”

“Bukan setan sih mas... Arwah gentayangan aja.”

“Dia kan mati dibunuh, kok gentayangan? Kan bukan bunuh diri?”

“Kalo soal itu saya gak tau sih ya, mas, gak tanya-tanya ke Doni juga dia ada dosa apa sampe gak diterima di alam baka, tapi yang jelas yang nyiram sirup ke pacarnya mas ya si Doni, bukan temennya. Jadi tolong mas kasih tau ya ke mba pacarnya, takutnya makin mikir yang enggak-enggak, si Doni emang tipikal arwah caper, jadi suka gangguin yang tinggal di sini.”

“Ada emang arwah caper?”

“Efek pas masih hidup jomblo, mas, belum pernah disayang perempuan selain ibunya.”

Ya elah, ngomong apaan sih, kudanil?! Gue yang mau minta maaf sampein juga dong! Kan itu tujuan utamanya, bukan malah menggunjing kehidupan masa lalu gue!

Willy melirik Doni yang mengumpat di sebelah Surya, marah karena Willy malah membahas hal yang menurut Doni tak begitu perlu untuk diangkat.

“Oh iya mas, si Doni juga katanya mau minta maaf karena tadi udah lancang dan bikin mbanya mikir yang enggak-enggak.”

“Jujur ya, Will, gue sama pacar gue sih percaya-percaya aja sama makhluk gaib, tapi, ini soal yang minta maaf minta maaf gini gue gak tau si Stefani bakalan terima atau enggak. Soalnya dia sekarang juga masih pundung.”

“Kalo faktor sedihnya sih ada campur tangan mas Surya juga.”

Surya mendelik kaget, dia ingat kalau sejak awal dia belum pernah memperkenalkan namanya pada Willy, tapi kenapa Willy bisa tahu namanya?!

“Mas Surya gak usah khawatir soal mantan si mbanya, pacar mas Surya udah beneran move on kok, apalagi dia sama mas Brian juga putusnya baik-baik, jadi beneran dua-duanya legowo. Terus mas Brian juga udah bahagia sama anak istrinya, serius deh, mas gak perlu cemburu kalo semisal si mbanya ketemu sama mantan dia yang satu itu, dia cuma sayang sama mas Surya.”

Bukannya terkesan, Surya malah jadi takut pada Willy. Semua nama dengan jelas keluar dari mulut Willy tanpa diberitahu, Surya jadi curiga kalau Willy ini juga hantu, dia bahkan sampai mendekat ke arah pagar, mengintip apakah kaki Willy menapak tanah atau tidak, ternyata dua sendal jepit yang dipakai Willy masih menapak jalanan cor di bawah sana.

“Untuk sekarang mas Surya gak perlu ngambek dulu ke Stefani, takutnya pikiran dia malah makin jelek.” Imbuh Willy.

Surya menelan ludah, dia memandang Willy dalam diam cukup lama, Surya terlihat begitu ragu dan skeptis akan sosok Willy.

“Mending lo masuk deh, ngomong sendiri sama si Fani, gue bingung mau jelasin soal si Doni kaya gimana.”

Padahal niat Surya memberikan kejutan seperti tadi hanya untuk membuat Stefani suka lagi dengan hari ulang tahunnya, namun siapa sangka kalau niat baiknya itu malah berakhir buruk hanya karena tingkah usil sesosok makhluk halus?

Kalau Surya bisa lihat wujud Doni, mungkin Doni sudah dihadiahi bogeman mentah oleh Surya. Namun bogeman Surya juga pasti tak akan ada artinya kalau sosok Doni saja tak bisa dipegang oleh manusia.

Dulu, semasa awal-awal mereka berpacaran, Surya sempat bertanya kapan ulang tahun Stefani, namun perempuan itu selalu membalas dengan kalimat tanya yang ujungnya tak pernah membuahkan jawaban yang Surya mau.

Bahkan Surya pun baru tahu tanggal lahir Stefani ketika perempuan itu harus dirawat inap di rumah sakit, karena Surya yang mengurus semua administrasinya, otomatis Surya juga harus meminjam kartu identitas milik Stefani. Untuk umur Stefani, Surya jelas tahu Stefani umur berapa, namun yang Surya ingin tahu pacarnya itu lahir di bulan dan tanggal berapa.

Begitu tahu kalau pacarnya itu lahir di bulan dan tanggal sekian, Surya pun berencana untuk menyiapkan kejutan kecil untuk Stefani. Sekitar 5 bulan pasca dirawat di rumah sakit, Surya tiba-tiba memberikan kejutan ulang tahun untuk Stefani, dia membawa kue dan kado untuk kekasihnya itu.

Di awal Stefani tampak senang dan terharu, namun ketika mereka berdua mulai menikmati kue ulang tahunnya, Stefani malah melontarkan kalimat yang buat Surya sukses bertanya-tanya.

“Aku seneng sih dikasih kejutan kaya gini.. Tapi kalau bisa ini yang terakhir ya? Aku bukannya gak bersyukur, tapi aku emang gak begitu suka sama hari ulang tahunku.”

“Emang kenapa? Banyak lho yang nantiin hari lahir kaya gini.”

“Aku aja aslinya gak pengin dilahirin. Kalo bisa balik ke masa lalu aku mau jadi sperma yang paling lambat biar mati pas di saat itu juga.”

“Heh?? Kok gitu ngomongnya?!”

“Sorryy..”

“Gak gak gak, aku yang minta maaf, aku yang salah, harusnya aku nanya dulu ke kamu dan gak asal bikin surprise kaya gini.”

“Enggaaak.. Harusnya aku yang terus terang dari awal, hehe. Tapi ini kuenya enak, kamu beli di mana?” Mata sedih Stefani berubah cerah.

“Ini aku sendiri yang bikin..”

“EEhh? Serius?? Kalo gitu boleh minta resepnya gak? Biar aku bawa ke bakery langgananku.”

rumah ft. yoon dowoon, park sungjin (au)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang