4

6K 336 3
                                    

Gaun putih tulang tanpa lengan,baju nya yang telah kering akhirnya dia pakai.Bibi Lia menyampaikan mantel berbulu pada bahu nya.

"Hati-hati, perjalanan cukup jauh.Ashley juga akan ikut."

Alea menunduk, mengangguk dan memberikan senyuman terimakasih.

Mereka akhirnya pergi .Jaden Alea dan Ashley berangkat menuju desa sebrang.Perjalanan mereka kali ini menempuh ribuan mil.Melewati hutan,sungai dan pegunungan.

Berbekal keranjang yang di bawa Ashley dan juga Jaden mereka beristirahat di salah satu pohon besar dan memakan bekal mereka.

"Baru satu hari,tapi malam akan terlihat menyeramkan.Mungkin akan turun hujan, sebaiknya kita mencari tempat berteduh." Jaden menatap langit orange yang mulai menggelap.

Di seberang nya Alea tampak menunduk sambil mengeratkan tangan pada gelas bambu.
"Maaf, merepotkan kalian."

Jaden tersenyum.
"Bukan masalah.Kami juga suka jalan-jalan,benarkan Ashley?".

"Hm."

"Ayo,kita cari sebuah gua.Biasa nya di sekitar sini ada beberapa gua.Besok baru kita lanjutkan." Jaden berdiri.

Di balik rimbun nya pohon,mereka menemukan gua.Menyalakan api unggun dan memanggang kelinci yang mereka dapat di perjalanan.

Tak lama terdengar suara gemuruh.Dan tetesan hujan mulai membasahi bumi.
"Untung kita sudah berteduh." Jaden tersenyum menatap rintikan hujan di luar gua yang gelap.

Hari sudah malam dan suhu udara mulai terasa dingin.
"Alea,pakai ini..."

"Tidak,aku ada." Alea menolak saat Jaden memberikan mantel berbulu nya.

"Tidak papa."

Alea tetap menolak,dia mengeratkan mantel nya sendiri.
"Ini sudah cukup hangat.Lagi pula jika aku memakai mantel mu,kamu akan telanjang Jaden..."

Jaden terkekeh.
"Baiklah baiklah..."

Ashley menunduk menatap tangan nya yang menggenggam ranting.

Melirik dua orang di depannya yang mengobrol dengan ringan.Ashley memilih beranjak menuju mulut gua.

"Kemana?". Suara Jaden.

Tanpa berbalik Ashley menjawab.
"Memastikan air tidak naik."
Lalu kembali melangkah,berdiri di mulut gua menatap rintik hujan.Tangan nya terulur hingga air membasahi tangan nya.

Dingin,tapi cukup sejuk dan memberikan kedamaian bagi orang yang menikmati nya.

Langit terlihat sangat gelap,tidak ada bintang atau pun bulan.Mereka tertutup awan karena hujan turun.Sepertinya,hujan malam ini akan berakhir panjang.

"Sangat gelap." Alea berdiri di samping nya mengeratkan mantel dan menyentuh air hujan yang menetes.

"Kembali, disini dingin." Ashley melirik nya.

"Tidak masalah,aku cukup suka hujan." Tersenyum kecil menatap rintik hujan yang deras.

"Kenapa...suka hujan?".

Alea melirik nya sekilas.
"Dulu ayah ku meninggal saat hujan deras.Ibu ku pergi entah kemana saat usia ku 7 tahun,dan saat itu hujan deras."

Ashley menatap nya rumit.
"Harusnya itu menyakitkan."

Alea menatapnya,lalu tersenyum hingga matanya menyipit.
"Awal nya,tapi setelah itu paman ku datang di saat hujan deras.Di saat aku sendirian di rumah,ketakutan di balik selimut."

Alea menatap langit gelap.
"Paman bibi... kehadiran mereka sudah menjadi pelengkap.Aku menemukan kehadiran orang tua pada mereka."

Ashley menatap ke depan.

Big Man!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang