2

9.7K 540 0
                                    

"Baiklah..kita berangkat." Jenda siap dengan dua ekor rusa hidup di kiri dan kanan nya dengan dua ikat tali di leher mereka,mau tidak mau sang rusa hanya bisa mengikuti.

Alea menatap mantel berbulu serigala yang masih menghangatkan tubuhnya.Lalu tatapannya beralih pada Ashley yang juga tengah menatap nya.
"Itu...anu,kamu pakai saja ini ..." Alea melepaskan mantel serigala tapi sebuah tangan menghentikan nya.

"Pakai."

"Yo...pakai saja Lea, Ashley punya tubuh yang kuat.Tidak semudah itu Ashley mati hanya karena hawa dingin." Jaden tersenyum jenaka.Meninggal kan mereka di belakang dan menggiring rusa hasil buruan mereka.

Alea yang masih ragu terdiam.Dia merasa tidak enak.Ashley segera mengambil alih mantel dan memakai kan kembali pada tubuh Alea.
"Ayo..."

Alea menunduk,mengikuti Ashley dari belakang.
"Ssshh..."

Namun baru berapa langkah keluar dari gua,kakinya terasa ngilu dan kebas.Itu karena dia tidak memakai alas kaki.Alea hanya bisa mendesah pasrah.

Tanpa kata Ashley berjongkok di depan Alea.Lama terdiam Ashley membuka suara.
"Naik."

"Tapi..."

"Cepat." Nada suara nya terdengar tak terbantahkan.

Di atas gendongan Ashley Alea termenung.

"Sekarang...tahun berapa?".

"Tahun 1445." Sahut Jaden saat itu.

Tahun dan waktu di tempat nya sangat teramat jauh.Apakah ini kehidupan masalalu?

Tanpa sadar Alea menghela nafas berat.Ashley sempat melirik ke arah nya.

Alea menyandarkan kepala nya pada bahu Ashley.
"Bagaimana jika...aku bukan berasal dari sini?".

"Lalu,dari mana?".Suara berat Ashley menyapa.Alea tanpa sadar memperhatikan fitur wajah Ashley.

Rahang tegas dan mata yang selalu menatap datar.Tipe pria dingin.
Rambut sebahu Ashley agak bergelombang.Tapi dia terlihat lebih gagah dengan setiap hal yang ada pada tubuhnya.

Tubuh tinggi,badan kekar dan besar.Alea melihat lengannya dan membandingkannya dengan lengan Ashley.Tiga kali lipat atau mungkin empat kali lipat lebih besar.Telapak tangan nya saja terlihat sangat kecil jika di bandingkan dengan Ashley.

Tinggi badannya hanya 170.Jika Ashley...mungkin 200 atau  lebih.
"Mungkin...tempat jauh,sangat jauh dari sini?".

"Lalu, bagaimana kamu bisa sampai sini?".

"Aku...mungkin sesuatu yang tidak masuk di akal yang telah membawaku."Alea langsung menegakkan tubuhnya dan melihat ke arah leher nya.

Kalung itu,apa karna kalung ini...

Alea menggenggam erat kalung berliontin ungu di lehernya.

"Oh ya,kita akan kemana?".

"Desa!" Jaden berseru.

"Desa?".

"Ya,desa kami."

"Akan menghabiskan waktu dalam 2 jam jika kita terus berjalan tanpa istirahat." Sambung Jaden.

Beberapa saat berlalu,Alea merasakan kulit Ashley terasa dingin.
"Bisakah kita buat api unggun dulu? Emm...dia kulitnya dingin."

Jaden berhenti dan menatap mereka.
"Oh ya,kita belum memperkenalkan diri.Aku Jaden,yang menggendong mu Ashley."

Alea mengangguk.
"Itu...Ashley..."

"Di sekitar sini tidak ada gua,semua daratan membeku.Lebih baik terus berjalan,tenang saja Ashley pria yang kuat." Jaden tersenyum dan kembali melanjutkan langkah nya.

Alea melirik Ashley dari samping.Ingin berbagi mantel,tapi itu akan terasa canggung.Mungkin yang di katakan Jaden benar,apalagi tubuh Ashley juga kekar.Mungkin saja daya tahan tubuhnya juga bagus kan?

Saat hawa dingin menjadi hangat,Alea menoleh k belakang.Dan sadar hutan bersalju telah tertinggal di belakang mereka.Dan mereka telah berpijak di hutan dengan cahaya matahari yang hangat.

Alea meminta untuk di turunkan dan berjalan di tanah tanpa alas kaki.

"Seperti nya kita harus membuat sepatu".Jaden yang peka menghampiri salah satu pohon berukuran sedang.Mengeluarkan sebuah belati dan memangkas salah satu dahan pohon.

"Duduk,minum." Ashley memberi nya air minum.

"Sshh...Air nya dingin." Mungkin efek terlalu lama di tempat bersalju,Alea memberikan wadah minum yang terbuat dari batang bambu.

Menit berlalu,Alea memperhatikan Jaden yang terlihat tengah membuat sesuatu.Sementara Ashley tampak duduk bersandar di pohon besar sambil memejam kan mata nya.

Alea melepaskan mantel yang mulai terasa panas.Berdiri mendekati Ashley dan menyimpannya dia pangkuan Ashley yang langsung membuka mata.

"Sudah hangat, terimakasih." Alea tersenyum namun Ashley hanya mengangguk singkat tanpa kata dan kembali memejamkan mata.

'Apa dia kelelahan?'.

"Jadi!". Tiba-tiba Jaden berseru, mendekati nya dan memberikan sepasang sendal berbahan kayu dengan tali terbuat dari sebuah kulit yang di ikat.
"Pakai,kalau tidak kaki mu akan terluka."
Alea menerima nya.Seketika pandangan menatap kagum Jaden.

"Kamu... bagaimana bisa?". Alea tersenyum tertahan.Meski sepasang sendal ini tidak mewah tapi dengan berat yang cukup ringan terasa nyaman saat Alea pakai.

"Tentu,hal seperti ini sudah biasa.Kami membuat sendal sendiri."

"Terimakasih..."

"Sama-sama.Ayo kita lanjutkan perjalanan." Jaden mengambil tali yang terikat di dahan pohon dan menarik pelan dua rusa yang kembali harus mengikuti tarikan nya.

Ashley juga berdiri dan berjalan di belakang Alea .

"Tidak lama lagi kita akan sampai di desa." Beritahu Jaden di depan.

Tiba di pemukiman,banyak rumah berbahan kayu dan beratap jerami berjejer sepanjang jalan.Alis Alea mengerut melihat bagaiman model pakaian orang-orang disini.

Pakaian mereka cukup terbuka,sebuah bra dari kain dengan rok pendek ataupun panjang melekat pada tubuh mereka.Sementara para pria kebanyakan dari mereka bertelanjang dada dengan celana berbahan kulit rusa seperti yang dikenakan Ashley dan Jaden.

Apa di sini bukan negara maju?Barang-barang mereka terbatas dan kebanyakan terbuat dari kayu atau pun besi.

"Untuk sementara kamu akan tinggal di rumah bibi Lia.Tenang saja,dia wanita tua yang baik hati ." Jaden buka suara.

Mereka tiba di sebuah rumah yang cukup jauh dari rumah lainnya.
"Bibi! Kami pulang!" Jaden berteriak sambil mengikat tali rusa di pohon.

Seorang wanita berumur keluar dari rumah, tersenyum senang mendapati dua rusa utuh yang cukup besar.
"Baik baik.Kalian sudah bekerja keras eh..." Tatapannya jatuh pada Alea yang berdiri di samping Ashley.

"Dia gadis yang kami selamatkan di hutan salju.Nama nya Alea,dan ini bibi Lia yang tadi aku cerita kan."

"Alea...kalau begitu,aku akan membuat makan siang yang banyak untuk tamu kita.Ayo masuk masuk..." Bibi Lia bahkan menuntun Alea degan senyum hangat di wajah nya.

"Makasih bi..."

.....

Alea berdiri di ambang pintu dapur melihat Ashley,Jenda dan Bibi Lia sibuk membuat makanan.Bahkan tidak membiarkan nya ikut membantu.

Tapi bagus juga,Alea adalah seorang nona muda konglomerat.Terbiasa hidup mewah membuat nya lebih sering di layani dari pada membantu.

Apalagi dengan peralatan dapur yang serba terbatas sangat berbeda jauh dengan dunia modern nya.

Alea tersenyum,berbalik dan duduk di kursi yang terbuat dari kayu di ruang tamu.

Tidak ada ponsel,tidak ada Tv,radio pun tidak ada.Tidak ada hiburan untuk waktu senggang nya.

Yah...mau bagaimana lagi,Alea tidak bisa mengeluh di tempat yang bahkan orang-orang pun tidak tau dari mana dirinya berasal.

Yang Alea lakukan hanya harus menerima,menjalani dan mencari tau kapan dirinya bisa kembali ke dunia asal nya.

.....

Big Man!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang