Jaket bikin gereget

45 18 4
                                    

Cinta beda usia itu lebih menantang ~ Jihan Kaluna

◦•●◉✿✿◉●•◦

Pelajaran terakhir hari ini telah selesai, tetapi para murid menghela nafasnya tidak semangat dikarenakan hujan mengguyur bumi dengan derasnya.

"Jangan langsung pulang dulu, tunggu hujannya reda." Pinta Pak Ammar sebagai guru terakhir pelajaran hari ini.

"Iya, Pak." Jawab semua murid. Kemudian Pak Ammar langsung keluar kelas.

Jihan sedari tadi bolak-balik membuka Whatsapp, berharap ada satu notifikasi dari Aryan, padahal pesan yang Jihan kirimkan tadi, sudah di baca oleh Aryan, namun laki-laki itu tidak membalasnya sampai sekarang.

"Udah tau kan, Han. Jawaban dari Pak Aryan apa, dia tuh udah nolak lo, sadar dikit napa." Pungkas Laura, berharap sahabatnya itu sudah mulai sadar. "Tuh liat Vano, dia cinta mati sama lo." Lanjut Laura sambil menunjuk Vano yang mengintip dari balik pintu, hanya ingin melihat Jihan.

Cowok berkacamata itu pun masuk ke kelas Jihan, mereka berbeda kelas, Vano merupakan ketua kelas di 12 MIPA 2, murid terpintar di kelas itu. Sudah lima kali Vano menyatakan perasaannya pada Jihan, tetapi gadis itu selalu menolaknya, entah karena alasan apa.

Vano juga memiliki wajah yang tampan, meski memakai kacamata, cukup terkenal dan menjadi idola adik kelas juga, tetapi itu semua tidak memiliki arti apapun di mata Jihan. Setelah di samping Jihan, Vano memberikan payung lipat pada Jihan, membuat teman-teman Jihan langsung mencie-ciekannya.

"Makasih, yah." Jihan menerima payung pemberian Vano, membuat laki-laki itu senangnya bukan main.

"Sama-sama, Jihan." Jawab Vano sambil membenarkan kacamatanya.

"Eh, Vano, kok lo mau sapa tuh marmut?" Ceplos Daniel tanpa rasa bersalah, sambil merangkul Vano, dan menjulurkan lidah pada Jihan.

Jihan langsung berdiri, menatap Daniel dengan penuh dendam, kemudian menendang barang berharga Daniel begitu saja. Laura yang melihat itu ikut kaget dan ikut merasakan sakitnya jadi Daniel, kejadiannya begitu cepat, tidak dapat dihindari.

"Masa depan gue." Ucap Daniel sambil memegangi barang miliknya. "Sakit banget anying. Awas lo Jihan." Lanjut Daniel dengan merintih kesakitan.

Vano menelan ludahnya dengan susah payah, tidak menyangka dengan kejadian yang ada di depannya, laki-laki itu menatap Jihan yang tengah berkacak pinggang di depan Daniel, bukannya merasa bersalah, Jihan malah menantang Daniel.

"Awas apa? Gue gak lagi nyabrang."

"Sakit anjir."

"Lebay, lo. Orang gue nendangnya pelan."

Terjadilah adu mulut antara Jihan dan Daniel, membuat teman-temannya memutar bola jengah, sudah terbiasa dengan tingkah mereka selama hampir tiga tahun.

"Kalian ngapain? Hujan udah reda." Ucap Desi saat akan pergi dari kelas.

Jihan melihat sekitar, semua teman sekelasnya sudah pergi, dan juga hujan sudah reda, selama apa mereka berantem sampai tidak menyadari bahwa hujan sudah berhenti sejak tadi.

"Laura tega banget ninggalin gue sendiri." Gerutu Jihan sambil memasukkan buku ke dalam tasnya. Jihan menatap Vano yang masih setia menemaninya disini. "Nih payungnya, gue balikin." Lanjut Jihan sambil memeberikan payung lipat kepada Vano.

"Daniel awas yah lo." Jihan mengejar Daniel keluar kelas, tidak ada hentinya mereka membuat keributan.

Jihan menghentikan langkahnya saat Daniel bersembunyi dibelakang Aryan, dalam hati Jihan tidak pernah berhenti mengumpat Daniel, dari sekian banyaknya guru, kenapa Daniel harus bersembunyi dibelakang Aryan.

Om, Ayo Nikah! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang