Problem? yes I know him

21 9 5
                                    

☺︎☺︎☺︎happy reading☺︎☺︎☺︎

Aku memberikan hatiku sepenuhnya untukmu, tapi kamu malah memberiku luka yang dalam sampai aku tak bisa menemukan ujungnya.

◦•●◉✿✿◉●•◦

Jakarta malam ini mulai menunjukan ingar-bingarnya, dimana setiap manusia mulai menunjukan sikap aslinya yang selama ini dibungkus dengan rapi oleh sebuah topeng, menghela nafas pelan setiap melihat gedung pencakar langit dengan hiasan lampu kerlap-kerlip disetiap sudut kota Jakarta, menemani bintang untuk menyinari gelapnya malam.

Semilir angin mulai menggelitik disetiap kulit manusia, membuat tangannya terangsang mengusap setiap kulit yang telah disapa oleh angin dan tercipta kedinginan. Jihan menutup jendela kaca mobil, gadis itu bersandar menatap kedepan dengan pandangan kosong, kedua matanya terpejam dan pada saat itu juga satu bulir air mata terjatuh.

Setelah dia dan Aryan berselisih, Jihan memutuskan untuk pulang lebih dulu menggunakan taksi, gadis itu hanya mengirim pesan pada Ayahnya dengan alasan tiba-tiba tidak enak badan, Jihan tidak punya nyali untuk berhadapan dengan Ayahnya. Mata bengkak karena menangis, tidak dapat dia sembunyikan.

Jihan turun dari taksi setelah membayar, lalu segera masuk ke rumahnya, menaiki anak tangga untuk pergi ke kamar. Di dalam kamar, Jihan langsung melempar tubuhnya di kasur, menutup rapat tubuhnya dengan selimut tebal, dan kembali menangis disana. Tidak lama dari itu, Jihan membuka selimutnya, kemudian mengambil ponselnya untuk membuka salah satu aplikasi, Jihan kembali unfollow akun instagram milik Aryan, baginya semua ini sudah tidak ada gunanya lagi.

Tangannya terulur untuk mematikan lampu kamar tidur, Jihan manaruh ponselnya di nakas, lalu kembali membaringkan tubuhnya, menyapa alam mimpi, berharap malam ini dia bisa menggapai mimpi yang indah.

◦•●◉✿✿◉●•◦

Aryan melewati tamu orang tuanya begitu saja, laki-laki itu menaiki anak tangga untuk pergi ke kamarnya. Danu yang menyadari perubahan sikap Putranya, langsung izin kepada para tamunya untuk menghampiri Aryan.

Danu membuka pintu kamar Aryan, mendapati putra semata wayangnya itu tengah berdiri di balkon kamarnya. Danu mendekat pada Aryan, menyentuh pundak Aryan, dan ikut berdiri disampingnya.

"Lupakan dia, Yan."

Sontak Aryan langsung menatap Ayahnya, guratan amarah terlihat dalam wajahnya, "gimana aku bisa lupain orang yang aku bunuh, Yah."

"Aryan, kamu tau apa yang sebenarnya terjadi, jangan terus menyalahkan diri kamu atas apa yang tidak pernah kamu lakukan. Kamu pikir, salma senang kamu seperti ini?"

Aryan kembali menatap kedepan, menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya, "apa aku harus bahagia? Sedangkan kebahagiaan aku telah hilang bersamaan sejak kepergian Salma."

"Salma meninggal, murni karena kecelakaan, Aryan. Kamu juga salah satu korban dari kecelakaan itu."

"Kalau saat itu aku tidak mengajak Salma pergi, apa sekarang dia masih hidup, Yah?" Tanya Aryan dengan putus asa, seperti tidak punya semangat untuk hidup. Dunianya berubah gelap, sejak kepergian wanita yang sangat dia cintai.

Danu menepuk punggung Aryan dengan pelan, berusaha menenangkan dan memberi kekuatan untuknya, "Ayah sama Mamah kamu, selalu ada untuk kamu, Aryan, kita sangat mencintaimu, jangan pernah berpikir kalau dunia itu tidak adil, semua manusia diberi masalah oleh Tuhan, Ayah tidak pernah melihat orang yang tidak punya masalah di dunia yang fana ini."

"Kamu hebat bisa melawan rasa trauma kamu sampai sekarang, kamu sudah bisa mengendarai mobil sendiri, kamu sudah tidak minum obat yang dokter resep kan. Sejauh ini, kamu sudah berhasil, Aryan." Jelas Danu merasa bangga pada Putranya yang telah berhasil melawati trauma pasca kecelakaan itu.

Om, Ayo Nikah! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang