Kepingan yang hilang

28 10 5
                                    

☺︎☺︎☺︎happy reading☺︎☺︎☺︎


Nyatanya, aku hanya pemeran pengganti, di saat pemeran utama pergi.

◦•●◉✿✿◉●•◦

Andra sudah sampai didepan gerbang untuk menjemput Putrinya, tidak lama dari itu, Jihan keluar dari sekolah bersama Laura, gadis cantik itu melambaikan tangan pada Ayahnya.

"Lau, gue duluan, yah."

"Iya, Han. Hati-hati." Jawab Laura.

"Laura mau ikut sama Jihan sekalian?" Tawar Andra kepada Laura yang belum dijemput oleh orang tuanya.

"Enggak usah, Om. Ayah saya udah dijalan." Tolak Laura dengan sopan.

"Yaudah kalau gitu." Balas Andra, kemudian menyuruh Jihan supaya masuk ke mobil.

Andra sesekali melirik Jihan yang tengah sibuk dengan ponselnya, sebenarnya Jihan tengah membuka akun instagram milik Aryan. Jihan emang orangnya suka nyari penyakit hati, sudah tau di instagram Aryan ada foto wanita lain, tetap saja Jihan melihatnya.

"Yah, Ayah kenal ini gak?" Jihan memperlihatkan layar ponselnya pada Andra.

"Aryan kan itu." Jawab Andra setelah melirik foto itu sebentar.

"Yang ceweknya, sih?" Tanya Jihan lagi.

"Pacarnya lah, siapa lagi emang?"

"Aku juga udah tau kali, maksudnya tuh Ayah kenal sama nih cewek apa gak? Om Danu pernah cerita tentang calon menantunya, gak?" Jelas Jihan supaya Ayahnya lebih paham dengan pertanyaannya.

Andra diam sejenak, sepertinya tengah berpikir, Jihan dengan sabar menunggunya, akhirnya Andra teringat sesuatu, membuat Jihan tidak sabar mendengarnya.

"Temen Ayah cuman cerita, kalau Aryan pernah jadi dosen di bandung." Jelas Andra.

Kebenaran yang baru saja Jihan tau, Jihan mengira Aryan hanyalah seorang guru biasa, nyatanya Aryan seorang dosen. Kepingan demi kepingan tentang Aryan, satu persatu sudah terjawab.

"Terus, Ayah tau gak kenapa alasan Om Aryan pindah ke jakarta?"

"Kamu ini, masa dipanggil Om semua, Aryan guru kamu, panggil dia dengan sebutan Pak. Jangan bilang kamu disekolah panggil dia Om?" Tanya Andra dengan penuh selidik. Alih-alih menjawab pertanyaan Jihan, Ayahnya itu malah mengomelinya, orang tua manapun juga akan marah jika anaknya tidak sopan pada orang yang lebih tua darinya.

Jihan tersenyum dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "udah kebiasaan, Yah."

"Kebiasaan buruk jangan dibiasakan. Emangnya Aryan gak negur kamu?"

"Negur sih, mungkin emang dasarnya aku yang susah dibilangin."

"Jangan sampai Ayah dapat surat dari sekolah, gara-gara kamu gak sopan sama guru." Peringat Andra dengan serius.

Jihan hanya mangut-mangut saja, "palingan Ayah dipanggil, sebagai orang tua dari murid yang paling berprestasi."

"Nah, itu baru Ayah setuju." Andra mengangkat jempolnya pada Jihan.

Antara anak dan Ayah saling melempar candaan, bagi Jihan, Ayahnya itu segalanya, cinta pertama untuk Jihan, seseorang yang sangat Jihan idolakan. Jihan sangat berharap bisa mempunyai suami seperti Ayahnya.

Yang rasa cintanya tidak pernah pudar, melainkan selalu bertambah, namun di antara banyaknya laki-laki, Jihan sedikit berharap pada Aryan, terkadang Jihan meminta pada Tuhan, kalau dia ingin Aryan yang menjadi jodohnya, meskipun Aryan tidak pernah mengharapkan itu.

Om, Ayo Nikah! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang