☺︎☺︎☺︎ℎ𝑎𝑝𝑝𝑦 𝑟𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔☺︎☺︎☺︎
Kamu telah menghancurkan ku, tapi anehnya, aku tetap memilih untuk bersamamu, karena cintaku telah berhenti dan menetap di sudut hatimu, tanpa kamu sadari.
◦•●◉✿✿◉●•◦
Aryan memainkan rubik ditangannya, hanya butuh sepuluh detik saja, dia sudah mampu menyelesaikannya. Laki-laki itu langsung beranjak dari tempat kerjanya, untuk keluar dari ruang guru menuju kelas, karena bel pergantian pelajaran sudah berbunyi. Pandangan matanya menatap lurus kedepan, memikirkan perkataan yang diucapkan oleh Laura kemarin.Kalau Jihan berulang tahun tanggal dua belas, sama seperti Aryan dan juga Salma, hanya saja bulan kelahiran mereka berbeda, bahkan tanggal saat kecelakaan itu terjadi, juga dua belas, semua itu pasti hanyalah sebuah kebetulan, namun itu mampu membuat Aryan berpikir sejenak.
Aryan masuk ke kelas 12 mipa 4, dimana ada seseorang yang tengah Aryan pikirkan. Guru muda itu berjalan menuju meja untuk menaruh buku tebal miliknya, lalu berdiri di depan siswanya. Aryan menyapu pandangannya, dan mendapati ada bangku kosong tepat dibelakang Jihan.
"Karina gak masuk kenapa?" Tanya Aryan pada semua muridnya.
"Sakit, Pak." Jawab Tiara yang merupakan ketua kelas. "Semalam udah whatsapp Pak Aryan, tapi katanya Bapak gak aktif, jadi, dia izin ke saya." Lanjutnya menjelaskan.
Aryan memeriksa pesan di ponselnya, dia menyalakan data selulernya, "oh iya ini baru masuk."
"Kalian semua harus lebih dijaga lagi kesehatannya, yah. Bulan depan udah mulai pts, selalu ingat kalau kalian sudah kelas dua belas." Peringat Aryan pada semua muridnya.
"Iya, Pak." Jawab semuanya serentak.
"Sebelum pelajaran dimulai, saya mau tanya, disini ada yang punya niat lanjutin kuliah di luar negeri, gak?"
Jihan yang sedari tadi mencoret-coret lembar kertas dibuku belakangnya, langsung menatap kedepan saat Aryan menanyakan itu, tanpa ragu, Jihan langsung mengangkat tangannya, Laura yang ada di sampingnya, sudah tidak kaget lagi, pasalnya sahabatnya itu sudah tau dari dulu.
Aryan menyadari Jihan yang mengangkat tangannya, dia menatap Jihan yang tengah tersenyum dengan ceria, "tepatnya dimana, Han?" Tanya Aryan, masih menatap wajahnya yang ceria.
"Stanford University." Jawab Jihan dengan lantang, membuat teman sekelasnya bertepuk tangan, karena hanya Jihan yang memiliki niat kuliah di luar negeri.
"Wah, Stanford University salah satu universitas terbaik di dunia, pilihan yang bagus, Jihan. Saya selalu dukung kamu." Ucap Aryan memberi dukungan penuh untuk Jihan.
Jihan tersenyum miris saat melihat Aryan tampak senang dengan pilihannya, apa yang Jihan harapkan pada orang yang tidak mencintainya, kepergiannya mungkin membuat Aryan jauh lebih senang, dan merasa sudah tidak ada yang mengganggunya lagi.
Gadis itu kembali mencoret-coret lembar kertas dibelakang bukunya, tidak berniat membalas ucapan Aryan. Tidak lama dari itu, Aryan mulai mengajar, menjelaskan materi dan tidak lupa memberikan contoh soal berserta cara mengerjakannya.
◦•●◉✿✿◉●•◦
"Lo beneran berhenti, Han?" Laura bertanya pada Jihan yang tengah membaca sebuah buku yang dia pinjam di perpustakaan.
Mereka berdua tengah duduk di kursi taman yang berada di sekolahnya, Jihan melirik Laura sebentar, lalu kembali fokus pada buku yang ada di pangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om, Ayo Nikah!
Jugendliteratur---- "Om, ayo nikah!" Laura reflek menggeplak kepala jihan, namun gadis itu biasa saja, dia tidak peduli dengan sahabatnya dan orang-orang yang berlalu lalang di koridor sekolahnya. Wajah cantik Jihan sangat berseri saat menatap laki-laki tinggi dan...