☺︎☺︎☺︎happy reading☺︎☺︎☺︎
Kalau aku bisa menulis sebuah skenario, pasti aku akan menjadikan kita pemeran utamanya, dimana dalam skenario itu, kamu mencintai aku.
~dari Jihan Kaluna untuk Aryanka Virendra~◦•●◉✿✿◉●•◦
Semua orang berhak menaruh hatinya untuk siapa saja, tapi, ketika dia merasa terluka, dia tidak bisa berbagi masalah itu ke siapa saja, hanya diri sendiri lah yang merasakannya. Jatuh cinta, ada dua kata di dalamnya, jika merasakan cinta, pasti akan merasakan Jatuh, hubungan erat antara jatuh cinta tidak bisa dipisahkan.
Apapun keputusan yang sudah di buat , pasti disitu terselip resiko yang begitu berat, sama seperti halnya memutuskan untuk jatuh cinta pada orang yang tidak tepat, itu bagaikan menusuk belati ke diri sendiri, sakit dan sangat menyiksa.
Meskipun semua itu pasti akan terjadi, Jihan tidak peduli, dia selalu tutup mata dan telinga, karena ini adalah kehidupannya, mungkin keputusannya itu akan dia sesali dikemudian hari, tapi, Jihan akan lebih menyesal jika tidak melakukan ini. Jika waktu bisa diputar kembali, Jihan pasti akan membuat keputusan yang sama.
"Jangan terlalu jauh untuk mengejar saya, Jihan. Nanti kamu akan jatuh, dan saya tidak akan mengulurkan tangan saya untuk membantu kamu, kamu paham kan artinya apa?" Jelas Aryan sambil melepaskan cekalan tangan Jihan di lengannya.
"Tapi tadi Om Aryan bantuin saya." Ucap Jihan, kemudian menunjuk lututnya. "Nih, buktinya." Lanjutnya.
"Bukan itu yang saya maksud, Jihan."
"Terus apa?"
Aryan terdiam sebentar, laki-laki itu menghela nafasnya, sebenarnya dia tidak mau mengatakan ini pada Jihan, tapi Aryan tidak mau kalau Jihan terus mendekatinya, karena sampai kapanpun, Aryan tidak akan bisa membalas perasannya.
"Terus apa, Om?" Lanjut Jihan kembali bertanya, karena belum mendapat jawaban pasti dari Aryan.
"Saya tidak bisa membalas perasaan kamu, karna ada wanita lain yang sudah lebih dulu menetap dihati saya, dan saya sangat mencintainya." Jelas Aryan yang mampu membuat ekspresi wajah Jihan berubah.
Mungkin ini resiko dari mencintai orang yang jauh lebih dewasa, mendengar itu langsung dari mulut Aryan, membuat mata Jihan berkaca-kaca, dia menggigit bibirnya untuk menahan air matanya, lantai yang dia injak, seperti akan menjatuhkannya saat ini juga, waktu juga seakan berhenti, hanya menyisakan Jihan yang tengah terluka.
Jihan sudah kalah telak dengan wanita yang Aryan cintai, Jihan bisa saja melawan semua wanita yang mencintai Aryan, tapi tidak dengan wanita yang dicintai laki-laki itu, kalau Jihan tetap melawannya, Aryan pasti akan membencinya seumur hidup.
Nyatanya, Aryan hanyalah ilusi yang tidak pernah menjadi kenyataan, angan-angan untuk memiliki laki-laki itu sudah hancur berkeping-keping, menjadi puing-puing yang berterbangan.
"Kenapa jujurnya harus sekarang sih, Om? Kan saya belum siap." Ucap Jihan dengan senyuman yang dipaksa.
"Saya cuman gak mau, kamu terlalu berharap sama saya."
Jihan menghela nafasnya, melihat keatas supaya air matanya kembali masuk, Jihan tidak mau menangis di depan Aryan, jadi sebisa mungkin, Jihan akan terus menahannya.
"Yaudah, Om. Saya pergi dulu, bentar lagi bel soalnya." Pamit Jihan, gadis itu tersenyum pada Aryan, lalu berbalik badan, melangkahkan kakinya untuk menjauh dari Aryan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om, Ayo Nikah!
Novela Juvenil---- "Om, ayo nikah!" Laura reflek menggeplak kepala jihan, namun gadis itu biasa saja, dia tidak peduli dengan sahabatnya dan orang-orang yang berlalu lalang di koridor sekolahnya. Wajah cantik Jihan sangat berseri saat menatap laki-laki tinggi dan...