Melihatmu dari kejauhan

18 10 5
                                    

☺︎☺︎☺︎happy reading☺︎☺︎☺︎

◦•●◉✿✿◉●•◦

"Woy tip ex! Eh, Jihan tip ex dong, bang Daniel pinjem." Cerocos Daniel saat Jihan baru saja masuk kelas.

Jihan langsung menghampiri Daniel, menoyor kepala temannya itu, masih pagi sudah membuat suasana hati Jihan berantakan.

"Bang, bang, apaan, najis!" Gerutu Jihan sambil menatap Daniel dengan penuh dendam. "Beli lah anjir, buat top up ada, buat beli tip ex aja gak ada lo, kudaniel." Omel Jihan dengan keras, lalu menggeplak bahu Daniel sebelum pergi dari hadapan cowok gila itu.

"KDRT lo Jihan, gue aduin ke Pak Aryan nanti." Tukas Daniel, namun tidak dipedulikan oleh Jihan, gadis itu hanya menjulurkan lidahnya, meledak Daniel dengan puas.

Lalu, gadis berkuncir satu itu duduk disamping Laura, mengganggu Laura yang tengah sibuk dengan ponselnya. Mata Jihan membulat sempurna saat mengetahui siapa yang mengirim pesan pada Laura.

"Lau, selama ini lo chatan sama Vano?" Tanya Jihan yang membuat Laura mematikan ponselnya. "Gue dukung sih kalo Vano sama lo, dia baik banget orangnya." Lanjut Jihan dengan antusiasme yang tinggi, mendukung sahabatnya bersama cowok yang suka dengannya.

Laura membekap mulut Jihan, menghentikan sahabatnya, sebelum berbicara terlalu jauh, nanti bisa jadi salah paham teman sekelasnya. Jihan melepaskan tangan Laura dari mulutnya, dan berjanji pada Laura tidak akan berteriak lagi.

"Vano minta nomer gue, tapi tiap hari dia nanyain lo terus." Jelas Laura. "Emang, lo gak ada perasaan sedikit pun sama Vano?" Lanjut Laura bertanya pada Jihan.

"Engga, gue gak pernah suka sama dia, Lau. Gue juga gak tau kenapa, padahal Vano baik orangnya." Jawab Jihan dengan sejujur-jujurnya. "Buat lo aja, Lau. Gue liat-liat, kalian serasi juga." Lanjutnya.

"Emang lo pikir Vano itu barang apa, yang bisa lo lempar gitu aja." Omel Laura.

"Bukan gitu juga maksud gue, Laura Valencia yang paling cantik." Ucap Jihan dengan penekanan di setiap katanya.

"Gimana hubungan lo sama Pak Aryan? Ada kemajuan?"

"Baru aja maju, udah disuruh mundur aja gue." Jelas Jihan, ekspresi nya langsung berubah saat membahas Aryan.

Satu minggu setelah diantar pulang oleh Aryan. Jihan sedikit berpikir tentang perasaannya pada Aryan, melupakan orang yang setiap hari bertemu itu sangat sulit, apalagi Jihan tidak bisa mengatur perasaannya saat berada di dekat laki-laki itu.

Rasa cinta pada Aryan yang tidak seharusnya ada dalam hati Jihan, kini telah terlanjur menguasai hatinya, lebih sialnya lagi, perasaannya kian bertambah, hanya karena melihatnya saja, meskipun itu dari kejauhan. Ada getaran yang berbeda dalam hatinya, bagi Jihan, Aryan sangat merepotkan, sudah tidak bisa dimiliki, namun selalu menetap di hatinya.

Seperti sekarang, Aryan masuk ke kelas Jihan dengan senyumnya yang merekah, Jihan pun tidak bisa mengontrol matanya untuk tidak menatap Aryan, seperti kata Aryan saat itu, kalau Jihan tidak boleh keluar dari batasan, namun bagaimana caranya, kalau cinta Jihan untuk Aryan saja tidak terbatas.

◦•●◉✿✿◉●•◦

Baru saja bel istirahat, para siswa-siswi sudah keluar kelas, padahal gurunya saja belum keluar, wajar saja, mereka sudah kelaparan, karena belajar juga termasuk menguras energi.

Pada saat Jihan dan Laura akan keluar kelas, seseorang datang dari balik pintu, Vano kembali mendekati Jihan untuk kesekian kalinya, membuat Jihan yang melihatnya ikut capek sendiri. Kalau dipikir-pikir, Jihan sama Vano mempunyai persamaan, yaitu mengejar orang yang tidak menyukainya.

Om, Ayo Nikah! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang