Kayra menuruni anak tangga rumahnya dengan sedikit tergesa. Ia berlari kecil menuju dapur untuk mengambil mangkuk. Suara sendok yang beradu dengan mangkuk kaca masih terdengar. Dengan gerakan cepat Kayra berlari menuju ruang depan. Tidak memperdulikan keberadaan Reihan yang tengah berkutat dengan laptopnya di depan tv. Tujuannya hanya satu, Bakso mang udin.
"Eh eh raa mau juga," teriakan Reihan terdengar keras namun, Kayra tidak ada waktu untuk menghentikan langkahnya. Ia bodoamat dengan Reihan yang pasti akan bersungut kesal di sana.
Krekk, bunyi gerbang rumah membuat mang udin-penjual bakso keliling langganan Kayra berhenti. Bapak 60 tahun itu nampak menyeka keringat yang membasahi dahi dan lehernya menggunakan handuk kecil. Ia menyangga gerobaknya agar tidak jatuh.
"Nggausah buru-buru neng, bapak pasti tahu neng Kay pasti keluar," ujar Mang udin yang diberi cengiran oleh Kayra.
Kayra segera menyodorkan mangkuk kosongnya lalu mang udin dengan gesit meracikan bakso kesukaan Kayra.
Kayra berjongkok di samping gerobak milik mang udin. Sebenarnya sampai saat ini suasana hatinya masih belum menentu. Ia belum bertemu dengan Gavin dan tidak bertukar kabar seperti biasa. Laki-laki itu menghilang bak di telan bumi.
Fokusnya teralih pada suara mesin motor yang berhenti tepat di depan rumahnya. Ia melongokkan kepalanya sedikit dan terkejut bukan main. Itu Gavin, pacarnya. Gavin nampak menoleh juga ke arah Kayra yang masih dengan posisi jongkoknya. Dengan segera lelaki yang memenuhi pikiran Kayra itu turun dari motor dan melepas helm nya.
Aroma parfum Gavin menyapa indera penciumannya. Kayra agak mendongak untuk bisa melihat Gavin yang sudah berdiri di hadapannya dengan tatapan datarnya.
"Ngapain?" Tanya Gavin akhirnya mengeluarkan suara
Kayra mengendikkan bahunya acuh seraya menunjuk gerobak mang udin.
"Udah siap neng," ujar mang udin seraya menyerahkan mangkuk berisi bakso panas favorite Kayra, belum sempat Kayra menerima mangkuk itu Gavin sudah lebih dulu menerimanya.
Kayra mendengus sebal seraya mengeluarkan uang sepuluh ribu dari dalam saku baju tidurnya.
"Makasih mang," ujar Kayra tersenyum
"Abangnya ngga beli?" Tanya mang udin seraya sudah siap akan mendorong gerobak lagi. Kayra menggeleng lalu diberi anggukan oleh mang udin.
Suara sendok yang berdenting dengan mangkuk kaca kembali terdengar sambil sesekali mang udin meneriakkan bakso berharap penghuni perumahan ini akan keluar seperti Kayra untuk membeli baksonya.
Kayra menatap Gavin yang masih diam.
"Duduk sini aja sambil makan bakso nya," pinta Gavin mendudukkan dirinya di trotoar persis seperti yang dilakukan Kayra tadi. Kayra hanya diam dengan tetap mengikuti pergerakan Gavin.
Gavin mengaduk bakso yang masih mengepul itu, ia membelah 1 bakso lalu meniupnya pelan, setelah dirasa agak dingin ia menyodorkan ke depan mulut Kayra.
"Apa?" Tanya Kayra bingung. Sendok itu masih menggantung di udara
"Gue suapin,"
Kayra menahan kedutan di bibirnya, dengan terpaksa ia membuka mulutnya lalu menerima suapan dari Gavin. Ini bakso rasanya tidak seperti biasa. Ada sensasi lebih dari enak apa karena di suapin Gavin?, batinnya.
"Aku minta maaf," 3 kata itu lolos keluar dari mulut Gavin.
Masih dengan kegiatannya menyuapi Kayra ia menunggu respon gadis di sampingnya ini. Kayra terlihat santai dan tidak terlalu menanggapi ucapan Gavin barusan. Gavin jadi berfikir Kayra sudah menerima foto itu atau belum?

KAMU SEDANG MEMBACA
KAYVIN
Fiksi RemajaCerita ini mungkin membosankan Cerita ini mungkin monoton Cerita ini mungkin sudah banyak dijumpai Tapi, alangkah baiknya jika kalian mengetahui isi dari cerita ini. Tentang seorang Gavin Adhiaz Aditama yang memacari gadis satu sekolahnya, Kayra Sha...