Maaf baru di update:( harap di mengerti ya 🌻
°°°°°
Gavin menempelkan punggung tangan kanannya di dahi seorang gadis yang saat ini tengah bersamanya. Gavin mengernyit heran menatap gadis itu yang saat ini tersenyum manja ke arahnya. Gadis itu lalu terkikik geli seraya menurunkan tangan Gavin dari dahinya.
Dengan gerakan pelan ia memeluk pinggang Gavin erat lalu menenggelamkan kepalanya di dada bidang milik Gavin."Iya deh aku bohong, aku cuma pengen kamu kesini Gavin," ujar gadis itu pelan.
Gavin membuang nafasnya kasar lalu menggeleng tak percaya. Lagi-lagi ia telah berbuat salah.
"Aku baru nganterin Kay tadi dan harus ninggalin dia cuma karena aku khawatir waktu kamu bilang kalau badan kamu demam," jelas Gavin melepaskan pelukan mereka.
"Jelas kan? Kamu lebih mentingin aku daripada Kay? Berarti rasa cinta kamu lebih besar buat aku kan Gavin, aku udah yakin itu kalau kamu nggak bener-bener cinta sama Kay," gadis itu terlihat senang
"Je, kamu nggak mikirin gimana Kay sekarang? Kalau dia kenapa-napa gimana tadi aku nggak nganterin dia sampai rumah,"
"Jadi kamu khawatir sama Kay?," Pertanyaan gadis di depannya membuat Gavin mengernyitkan dahinya.
"Ya jelas aku khawatir sama Kay, Kay masih tanggung jawab aku. Aku nggak akan biarin dia kenapa-kenapa,"
"Aku juga tanggung jawab kamu Vin. Bahkan, harusnya kamu lebih mentingin aku daripada Kay dia yang udah seenaknya masuk di hubungan kita ini. Dia yang udah ngerusak semuanya"
Gadis itu menduduki sebuah kursi yang ada di dekat mereka. Ia menunduk menahan tangis. Selalu saja seperti ini. Disaat mereka bertemu yang seharusnya mereka habiskan waktu untuk bercerita dan layaknya pasangan yang lain malah selalu habis untuk memperdebatkan masalah yang sama.
"Kita udah sering kayak gini Je, dan aku juga udah berkali-kali jelasin ke kamu. Tapi kenapa kamu belum ngertiin aku juga?," tanya Gavin seolah sudah frustasi dengan apa yang terjadi.
Gadis itu menatap Gavin tidak percaya, sekarang matanya sudah berkaca-kaca mungkin dengan sekali kedipan air matanya akan terjun bebas melewati dua pipi putihnya, "belum ngertiin kamu? Terus selama 7 bulan ini kamu anggep apa pengorbanan aku Gavin? Selama 7 bulan ini kamu anggep apa aku yang selalu ngalah dan selalu jadi yang nomer 2 padahal kita sama-sama tahu kalau Kayra yang ngerusak hubungan kita. Aku yang jadi pacar pertama kamu tapi malah Kayra yang terekspos sebagai pacar satu-satunya kamu. Aku kurang apa Gavin?,"
Benar, air mata gadis itu sudah turun tak beraturan. Nafasnya juga ikut tak teratur karena emosinya yang tak terkontrol. Ia memandang Gavin dengan penuh kepedihan. Lukanya terbuka kembali saat ini.
"Aku udah coba buat nggak ninggalin kamu karena aku sayang banget sama kamu Vin. Apa itu kurang buat kamu?,"
Gavin tidak tega melihat gadis yang mengisi salah satu dari 2 ruang kosong di hatinya menangis di hadapannya. Dengan segera Gavin mendekap erat tubuh gadis itu guna untuk menenangkannya agar tidak tersulut emosi.
"Lebih ngertiin aku lagi Je, jadi aku nggak gampang" setelah mengatakan itu Gavin melepaskan pelukannya lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Menyisakan gadis dengan isakan tangis yang belum reda, masih memikirkan nasib hubungan terlarangnya dengan Gavin besok. Memang menyakitkan berada di posisi yang seakan-akan kita yang jahat padahal ada yang lebih jahat menurutnya. Dan menyakitkan ketika kita harus berbagi laki-laki yang sama terlebih dengan sahabat kita sendiri.
°°°°°
"Bengong mulu, kesambet setan dapur baru tau rasa," celetukan itu berasal dari mulut Reyhan. Kayra yang baru tersadar dari lamunannya segera menoleh kearah Reyhan dengan wajah kesal. Kakak laki-lakinya itu sekarang dengan santainya duduk di samping Kayra seraya mengacak gemas rambut hitam legam milik Kayra.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAYVIN
Teen FictionCerita ini mungkin membosankan Cerita ini mungkin monoton Cerita ini mungkin sudah banyak dijumpai Tapi, alangkah baiknya jika kalian mengetahui isi dari cerita ini. Tentang seorang Gavin Adhiaz Aditama yang memacari gadis satu sekolahnya, Kayra Sha...