Kayra duduk di salah satu motor ketika ia sudah sampai di parkiran sekolahnya. Ia beberapa kali melihat kearah pintu gerbang yang memunculkan murid-murid yang baru saja datang dengan naik jalan kaki, naik motor ataupun mengendarai mobil sendiri. Sekolahnya ini memang sedikit bebas dengan aturan berkendara.
Siswa boleh mengendarai mobil asalkan ia sudah mempunyai SIM A, sekolah juga menyiapkan parkir khusus untuk mobil yang terpisah dengan motor. Kayra sendiri memilih untuk selalu diantar jemput abangnya daripada mengendarai mobil sendiri meskipun ia sudah mempunyai SIM karena ia pasti akan kesulitan memarkirkan mobil yang sudah diberi jarak khusus per mobilnya padahal, Kayra sendiri kalau parkir mobil masih sembarangan.
Kayra melihat motor Arkan disusul di belakangnya ada motor milik Fano, yang juga merupakan teman dekat pacarnya, Gavin.
"Eh neng Kayra nunggu siapa? Abang ya? Maaf ya tadi Abang nggak jemput soalnya nganterin calon adek ipar kamu berangkat sekolah." Fano sudah mengeluarkan leluconnya ketika ia sudah membuka helm dan motornya sudah terparkir di samping Kayra.
Arkan menoyor kepala Fano pelan membuat si empunya meringis seraya menatap Arkan tajam, "apaan sih babang awetkan, cemburu Abang godain neng Kayra pagi-pagi? Pengen di godain juga?" Ujar Fano makin nggak jelas
"Arkan A R K A N Arkan nama keren gini Lo ganti-ganti." Ujarnya seraya mengeja namanya yang memang kerap di ganti oleh Fano itu. "Lagian gue juga masih normal buat nerima godaan lebay Lo itu." Sambungnya yang saat ini melepas jaketnya, lalu ia letakkan di atas jok motor sembarang.
"Bodo Awerkan bodo nama Lo bagus pake wer wer gitu." Jawab Fano enteng
"Fano." Panggil Kayra
"Kenapa ayang?." Tanya balik Fano dengan wajah di imut-imutkan mebuat Arkan di sebelahnya menahan mual melihatnya.
"Kapan sih Lo matinya? Gue eneg banget liat muka Lo sumpah nggak boong" ucapan laknat Kayra membuat Arkan tertawa berbeda dengan Fano yang menatapnya tajam.
"Doain gue mati Lo Kay? Ntar kalo gue mati yang mau ngasih anak yang lucu buat Lo?."
"Apa hubungannya Bambang?" Tanya Arkan bingung
"Kay kan jodoh gue Ar, kalau gue mati yang mau nikahin dia siapa? Bisa jadi perawan tua dia Ar."
"Sok tau Lo, emang Lo tahu gue masih perawan?."
"Astagaaa ayang Kay udah nggak perawan?."
Teriak Fano syok membuat Kayra ingin sekali menyumpal mulutnya menggunakan kaos kaki yang belum dicuci selama sebulan."Tanya lah sama Gavin" ujar Kayra enteng membuat Fano dan Arkan semakin melongo mendengarnya.
"Gavin mana?" Kali ini Kayra mengganti topik daripada melihat wajah cengo Arkan dan Fano, Kayra menanyakan sosok Gavin yang belum berangkat padahal 5 menit lagi bel masuk berbunyi.
"Nggak bareng kita sih." Ujar Arkan membuat Kayra membuang nafasnya kasar.
"Lo nggak ada chat-an sama dia?." Tanya Arkan yang diberi gelengan pelan oleh Kayra. Memang sejak kemarin Gavin dan Kayra tidak ada saling mengabari satu sama lain. Kayra cukup paham karena memang mereka jarang chat-an sekalinya chat-an pasti Gavin akan slowresponnya minta ampun padahal Kayra sudah mati-matian fast respon.
"Kok betah sih Kay?" Kali ini Fano yang bertanya
Kayra mengerutkan keningnya tak mengerti, "kok betah apa?"
"Ya elo, kok betah gitu sama manusia pendingin ruangan kayak Gavin? Kalian pacaran pun Gavin tetep aja kayak bodoamat ke Lo, padahal juga Lo selalu sabar buat dia. Nggak capek Kay?" Kini pertanyaan sekaligus fakta yang di ucapkan Fano membuat Arkan setuju dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAYVIN
Teen FictionCerita ini mungkin membosankan Cerita ini mungkin monoton Cerita ini mungkin sudah banyak dijumpai Tapi, alangkah baiknya jika kalian mengetahui isi dari cerita ini. Tentang seorang Gavin Adhiaz Aditama yang memacari gadis satu sekolahnya, Kayra Sha...