Semuanya mendesah kecewa, tak ada senyum yang terpancar kecuali senyum khusus untuk para lelaki ganteng yang baru saja datang dengan motornya. Setelah itu, mereka mengumpat dalam-dalam meruntuki para osis yang sudah kerepotan membawa barang-barang persiapan upacara ke lapangan. Beberapa siswa keluar dari dalam kelas, menatap langit seolah meminta hujan agar upacara di tiadakan namun, tak ada yang berubah kecuali dengan sinaran matahari yang menantang ke arah mereka.
Mereka benci microphone yang bertengger di tengah lapangan itu. Seolah benda itu seperti magnet yang menarik mereka untuk segera menuju lapangan setelah suara dari salah satu guru waka kesiswaan melengking indah di seluruh penjuru sekolah.
"Upacara ya?" Tanya Kayra seraya melongokkan kepalanya ke luar kelas.
"Menurut lo? Hebat kalau sekolah ini nggak upacara dengan kondisi cuaca yang bagus kayak gini" balas Alena seraya memasuki kelas.
Kay mengendikkan bahu, belum ingin masuk kelas. Kay malah asyik menopang dagu melihat beberapa siswa yang terburu-buru memasuki gerbang dengan motor-motor mereka. Ia tersenyum bahkan tertawa kecil kala melihat mereka memohon mohon pada satpam agar gerbangnya jangan di tutup lebih dulu. Sungguh pemandangan yang sudah biasa ia lihat.
"Kay ngapain sih diluar? Ambil topi" teriakan dari Alena membuat Kay dengan segera memasuki kelasnya.
Suasana kelas memang ricuh ketika akan menghadapi sesuatu tertentu. Semisal akan upacara seperti pagi ini. Bukannya menyiapkan topi ataupun segera ke lapangan, kelas dengan jumlah siswa perempuan 14 itu malah asyik berdandan. Sebotol bedak bayi bahkan sudah tinggal setengah karena terlalu sering di pakai setiap harinya selama 2 minggu ini.
Sementara 16 lelakinya hanya asyik mengamati teman-teman perempuannya berdandan sembari mengganggu mereka.
"Kaca woy kaca mana" heboh seorang gadis yang sudah siap dengan sedikit bedak bayi di telapak tangannya.
Dia Asifa gadis paling ribet kalau mau upacara ya dia. Dengan hebohnya dia akan berteriak dan mengobrak-abrik tempat pensil temannya untuk mendapatkan sebuah cermin yang ia butuhkan.
"Heboh banget sih, kan cuma mau upacara" ucap Alena gregetan seraya menyerahkan sebuah cermin persegi panjang kepada Asifa.
"Biarin, siapa tau ada cogan yang nempel" ujarnya dengan genit.
Alena hanya memutar bola matanya jengah seraya mengeluarkan topi upacara dari dalam tas nya.
"Ya allah kalau bedakan yang bener dong" kekeh seorang gadis dengan tubuh gempal-Tisya
"Mana-mana?" Heboh Sifa seraya sibuk mengaca, membenahi lagi bedakannya yang terkenal absurd itu.
"Eh sif mau Lo dandan sampai bedak sebotol abis juga nggak ngaruh buat tu muka. Kayak Kay noh, natural aja udah cantiknya minta ampun." Teriakan dari seorang lelaki di pojok- Dewa membuat semuanya tertawa. Memang, benar sih dikelas ini mengakui bahwa Kay memang yang paling cantik mungkin 1 sekolahan juga mengakuinya.
"Eh dewa kembarannya Nakula. Kalau nggak mau tu mulut gue masukin cabe mending diem deh Lo. Lagian Kay nggak dandan pun udah punya Gavin, lah gue jomblo siapa tau ada cogan yang nyantol." Jawab Sifa.
"Mana ada yang mau sama Lo nyet? Bedakan kayak bayi gitu hahaha"
"Ada wa, ada kok yang mau sama Sifa" sambung Kay membuat Sifa menatap Dewa bangga.
"Tu denger kata Kay ada yang mau sama gue Yee"
"Siapa Kay yang mau sama Sifa?" Tanya Alena menimbrung
"Itu Abang Abang yang jualan cilok depan sekolahan? Yang sering godain Sifa kalau pulang sekolah"
Jawaban Kay membuat satu kelas tertawa. Terlebih Dewa, cowok itu sampai memukul mukul meja saking nyaring tawanya. Sementara Sifa hanya diam mengerucutkan bibirnya kesal. Ah, Kay sama sekali tidak berpihak kepada satu spesiesnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAYVIN
Teen FictionCerita ini mungkin membosankan Cerita ini mungkin monoton Cerita ini mungkin sudah banyak dijumpai Tapi, alangkah baiknya jika kalian mengetahui isi dari cerita ini. Tentang seorang Gavin Adhiaz Aditama yang memacari gadis satu sekolahnya, Kayra Sha...