IV

127 13 1
                                    

Keesokan harinya, di sebuah rumah di Jalan Kertanegara nomor empat, terdapat empat orang yang sedang membicarakan sesuatu. Suasana di dalam ruangan terasa hangat dan penuh semangat, sementara Rizky dan Agung tak bisa menahan antusiasme mereka untuk membahas Aruna.

"Jadi, Rajif," Rizky bertanya dengan wajah penuh rasa ingin tahu, "apa yang bisa kamu ceritakan tentang Aruna?"

Rajif berpikir sejenak, mencoba merangkai kata-kata yang tepat. "Dia itu sosok yang menarik. Selalu punya pandangan yang unik, dan berpikir di luar kebiasaan. Dia juga sangat berbakat dalam banyak hal."

Tiba-tiba, Mayor Teddy masuk ke ruangan, mendengar percakapan mereka. "Kalian lagi ngomongin siapa? Serius banget," tanyanya dengan nada penasaran.

Rizky yang masih asik menyeruput kopinya langsung menjelaskan, "Kita lagi bahas Aruna, Bang. Kandidat yang mungkin kita ajak ke sini."

Teddy mengerutkan dahi, tampak sedikit bingung. "Aruna? Kenapa bisa dipanggil ke sini? Bapak tahu hal ini?"

Rajif menjawab, "Iya, Bang. Sebelumnya, Bapak yang mengundang dia. Kami pikir dia bisa membawa energi baru untuk tim. Tapi masalahnya, ketika aku ingin menghubungi dia, ternyata nomornya sudah tidak aktif. Jadi, kami tidak tahu harus bagaimana. Aku juga sudah mencari tahu ke seluruh teman angkatannya. Sayangnya, mereka semua tidak punya nomor telepon Aruna, seakan dia menghilang."

Mayor Teddy terlihat merenung sejenak, merasa bingung dengan siapa orang misterius ini. "Hmm, baiklah. Jadi kalian yakin dia bisa beradaptasi dengan cara kerja kita yang cepat?"

Agung mengangguk mantap. "Iya, Bang. Dia sudah terbiasa bekerja di bawah tekanan, dan selalu berhasil menyelesaikan proyek dengan baik."

Teddy mengangguk, meskipun terlihat masih meragukan, dia merasa ada potensi. "Baiklah, kita lihat saja nanti. Pastikan kalian tetap fokus pada pekerjaan yang lebih penting," katanya sebelum melangkah pergi.

Namun, sebelum pergi, Rajif dan Agung dengan cepat menyuruh Teddy untuk ikut membantu mereka mencari tahu lebih banyak tentang Aruna. "Eh, Bang, kita butuh bantuanmu juga. Ayo kita cari tahu lebih dalam tentang Aruna!" seru Rajif.

Rizky menambah semangat, "Iya, Bang! Ini juga permintaan Bapak. Kami nggak mau menyia-nyiakan kesempatan ini."

Mayor Teddy terkejut, tetapi akhirnya setuju. "Oke, kalau begitu kita cari tahu tentang dia bersama-sama," jawabnya, menambahkan bahwa ini adalah bagian dari tanggung jawabnya juga.

Setelah Teddy bergabung, mereka semua kembali membahas kemungkinan kedatangan Aruna dan bagaimana dia bisa berkontribusi dalam tim.

"Kalau dia bergabung, pasti suasana kerja jadi lebih hidup, ya?" Rizky berkata, membayangkan momen-momen seru di masa depan.

Agung mengangguk. "Iya, dan suara dia yang keren itu pasti bikin semua orang betah! Aku udah denger dia menyanyi sekali, dan itu luar biasa."

Rajif menambahkan, "Belum lagi kemampuannya untuk memecahkan masalah. Dia bisa melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, dan itu bisa sangat berharga."

Mereka semua tampak bersemangat membayangkan bagaimana kehadiran Aruna bisa mengubah dinamika tim mereka. Namun, di tengah percakapan yang penuh harapan itu, Rizky tiba-tiba mengalihkan topik. "Ngomong-ngomong, tentang Professor Stella Christie. Dia keren banget ya."

Agung menyetujui omongan Rizky, "iya benar, aura orang pintar itu tidak bisa bohong, ya. bahkan katanya beliau sempat terjebak macet dan ke sini naik Go-Jek."

Rizky menjelaskan, "Benar. Dia jadi guru besar di Tsinghua University, dan dikenal sebagai salah satu ilmuwan terkemuka di bidang teknologi. Tapi, dia tetap rendah hati. Keren banget, ya? Banyak yang bilang kalau dia adalah sosok yang inspiratif dan bisa membangun inovasi besar."

Mayor Teddy menanggapi, "Iya, bahkan Bapak juga sudah meminta kita untuk mencari tahu tentang beliau agar bisa datang ke sini. Kita semua tahu betapa berpengaruhnya beliau dalam bidangnya."

Rajif menambahkan, "Dan katanya, Professor Christie juga sangat terbuka untuk kolaborasi. Mungkin, kehadirannya bisa membawa perspektif baru dan membantu kita mengembangkan ide-ide baru untuk proyek kita."

Agung terlihat bersemangat. "Wah, bisa jadi, kan? Kalau Aruna dan Professor Christie bisa bertemu, itu pasti jadi kesempatan emas. Bayangkan apa yang bisa terjadi jika mereka berdiskusi bersama. Pasti banyak ide brilian yang bisa muncul!"

Rizky setuju. "Dan kita bisa belajar banyak dari pengalaman dan keberhasilan mereka. Jika Aruna memang memiliki koneksi dengan Professor Christie, itu bisa jadi jembatan bagi kita untuk mengakses pengetahuan dan sumber daya yang lebih luas."

Mayor Teddy mengangguk, tampak lebih terinspirasi. "Kehadiran Professor Christie bisa memberi kita banyak inspirasi. Kita bisa belajar bagaimana dia membangun jaringannya dan menerapkan pengalaman itu dalam tim kita."

Agung menambahkan, "Ah aku jadi tidak sabar untuk bertemu dengan Aruna! Gebrakan yang sudah dia lakukan, kepribadiannya, walaupun Rajif sudah menceritakan sedikit tentang nya tapi pasti akan lebih menyenangkan jika mengetahui langsung. Dia pasti sangat cocok denganku! Agung dan Aruna. Bukankah keren?"

Mendengar hal itu, Mayor Teddy pun menegurnya. "Hei, tidak boleh begitu. Ibu Aruna adalah orang yang harus kita hormati. Karena dia adalah kandidat bapak! Mana tau dia lebih tua daripada kamu, Gung!"

"Siap salah! Tapi, bang. Aruna itu lebih muda dari kita semua, kecuali rajif sih. Mereka kan satu SMA." Ucap agung serius sembari memperagakan posisi hormat nya.

Kehangatan dalam diskusi itu semakin meningkat, dengan mereka saling bertukar ide dan harapan mengenai kedatangan Aruna dan Professor Christie. Meskipun mereka tahu sangat sedikit tentang sosok Aruna, rasa penasaran dan harapan mereka semakin besar, menciptakan atmosfer optimis dalam tim yang penuh semangat. Diskusi ini tidak hanya membuat mereka lebih bersemangat untuk mencari tahu lebih banyak tentang Aruna, tetapi juga tentang bagaimana mereka bisa memanfaatkan kesempatan yang ada dengan kehadiran Professor Christie di tim mereka.

 Diskusi ini tidak hanya membuat mereka lebih bersemangat untuk mencari tahu lebih banyak tentang Aruna, tetapi juga tentang bagaimana mereka bisa memanfaatkan kesempatan yang ada dengan kehadiran Professor Christie di tim mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


woven fates | MTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang