Setelah selesai mendiskusikan tentang Aruna, Rajif, Rizky, Agung, dan Mayor Teddy berkumpul di ruang kerja. Mereka semua terlihat bersemangat, bertekad untuk mencari tahu lebih dalam mengenai calon anggota tim baru mereka itu.
“Sebagai langkah awal, kita perlu cari tahu latar belakang Aruna,” saran Rajif dengan penuh keyakinan. “Kalau kita paham tentang pendidikan dan pengalaman kerjanya, pasti kita bisa lebih mengerti potensi apa yang dia bawa ke tim ini.”
Rizky, yang duduk di depan laptop, mengangguk setuju. “Oke, aku akan cari informasi tentang pendidikan dan karir dia. Sepertinya dia punya rekam jejak yang cukup bagus.”
“Kalau aku nggak salah ingat, setelah lulus SMA, dia diterima di Universitas Indonesia dengan jurusan Ilmu Psikologi. Dia masuk sana lewat jalur tes,” ucap Rajif sambil berusaha mengingat lebih jauh.
Agung langsung menimpali, “Oh iya! Benar! Dia itu lulusan S1 Psikologi dari Universitas Indonesia, dan kabarnya dia lulus dengan predikat cumlaude, nilai 4.0!” Agung tampak bangga saat mengungkapkan informasi ini.
Mayor Teddy, yang mendengarkan dengan seksama, penasaran. “Lalu, setelah itu dia ngapain?”
Rajif melanjutkan, “Setelah dua tahun bekerja, dia menjadi relawan bencana di Sigi, Sulawesi Selatan. Itu pengalaman yang berat, tapi dia melakukannya demi membantu orang lain. Setelah itu, dia melanjutkan studi magisternya di Cambridge University di jurusan yang sama. Dan kabar baiknya, dia dapat penghargaan sebagai top student di sana! Dia juga sempat menjadi asisten peneliti. Wow… Aruna yang aku kenal sudah sehebat ini!”
“Wah, hebat juga ya,” Teddy berkomentar sambil merenung. “Pasti dia punya banyak pengalaman berharga. Pantas saja Bapak mau mengundangnya.”
Rizky melanjutkan, “Oh, dan dia juga berbakat di bidang seni! Selain itu, dia mengikuti pelatihan intervensi krisis. Itu pasti bikin dia semakin cocok dengan tim kita yang butuh perspektif baru dan keterampilan yang bervariasi.”
Agung menambahkan, “Kalau gitu, kita harus segera mencari tahu di mana dia sekarang dan bagaimana cara menghubunginya. Sayang banget kalau kita sampai melewatkan kesempatan untuk mengajaknya bergabung.”
“Coba cek di sosial media, mungkin ada informasi terbaru tentang dia,” saran Rajif.
Tiba-tiba, Teddy yang masih memeriksa teleponnya dengan semangat berkata, “Eh, gue ketemu nomor teleponnya!”
Mendengar itu, ketiga temannya yang tadinya fokus dengan layar masing-masing langsung menengok ke arah Teddy, tampak tidak percaya.
“Serius?!” tanya Rajif dengan mata yang membulat, penuh rasa ingin tahu.
“Iya serius. Ini nomornya,” jawab Teddy sambil menunjukkan layar ponselnya dengan bangga.
“Coba nanti gue hubungi deh. Nanti gue kabarin langsung ke Bapak kalau udah berhasil,” kata Mayor Teddy kepada mereka sambil menyiapkan diri untuk pergi.
Sebelum Teddy keluar dari ruangan, Rizky menimpali, “Kalau kamu berhasil menghubungi Aruna, pasti kita bisa segera mengatur pertemuan. Aku pengen banget tahu bagaimana dia bisa berkontribusi di sini.”
“Pastinya! Kalo dia benar-benar mau bergabung, kita harus mempersiapkan segala sesuatunya. Tim ini bisa jadi lebih solid dengan tambahan satu orang yang berbakat seperti dia,” Agung bersemangat.
Rajif mengangguk setuju, “Iya, kita bisa brainstorm ide-ide baru bersama dia. Mungkin dia punya cara baru untuk melihat masalah yang selama ini kita hadapi.”
“Bener banget! Kita bisa membentuk kelompok diskusi agar Aruna bisa merasakan atmosfer kerja kita,” kata Rizky.
Mereka semua mulai membayangkan berbagai kemungkinan setelah Aruna bergabung. Pembicaraan mereka semakin ramai dan penuh antusiasme. Tidak terasa waktu berlalu, dan satu per satu ide mulai muncul mengenai bagaimana mereka bisa membuat tim ini lebih dinamis dan kreatif.
“Eh, kalau Aruna bisa membagi pengalamannya dari Tanoto Foundation dan pengalamannya di luar negeri, pasti banyak hal baru yang bisa kita pelajari. Kita bisa ngambil insight dari berbagai perspektif yang dia miliki,” ujar Rajif.
Mayor Teddy, yang sudah bersiap untuk pergi, menambahkan, “Oke, kalau gitu aku akan hubungi dia dan berusaha mendapatkan informasi lebih lanjut. Ini penting untuk kita.”
“Semoga saja Aruna bisa dihubungi dan mau bergabung. Kita tunggu kabar baik dari kamu, Bang Teddy!” seru Rizky dengan penuh harapan.
Setelah Teddy pergi, Rajif, Rizky, dan Agung kembali ke layar komputer mereka, mulai meneliti lebih jauh tentang Aruna dan apa yang bisa mereka lakukan untuk mempersiapkan kedatangannya. Dalam hati mereka, rasa optimis semakin berkembang. Jika semua berjalan lancar, Aruna bukan hanya akan menjadi anggota tim baru, tetapi juga bisa menjadi kunci untuk membuka pintu-pintu baru bagi proyek-proyek mereka di masa depan.
- Hope u guys love it! Xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
woven fates | MT
FanfictionDi Jakarta yang sibuk, Aruna Sarasvati Amartya, seorang psikolog berbakat dengan catatan akademis yang luar biasa, ditunjuk sebagai salah satu posisi yang sangat tepat di bawah pimpinan presiden Prabowo Subianto. Terlepas dari prestasinya di bidang...