---
Pertengkaran yang terjadi antara Chika dan Christy ternyata tidak berakhir dengan mudah. Setiap hari, ketegangan yang terjadi di antara mereka semakin terasa. Meskipun mereka masih saling peduli, namun ada jarak yang tak terlihat di antara mereka. Seolah-olah, pertengkaran sebelumnya meninggalkan bekas luka yang dalam dan sulit untuk dihilangkan.
Chika semakin sering merasa kesepian. Waktu yang ia habiskan bersama Christy kini terasa seperti kewajiban yang hambar. Ia mencoba untuk menerima kenyataan bahwa Christy sedang berfokus pada pekerjaannya, tetapi perasaan terluka dan kecewa selalu menghantuinya setiap kali Christy membatalkan janji atau pulang terlambat.
Suatu malam, ketika Christy akhirnya datang ke apartemen Chika, ia tampak lebih lelah dari biasanya. Tanpa basa-basi, ia langsung duduk di sofa dan menatap kosong ke arah televisi yang menyala. Chika memperhatikannya dari dapur, hati kecilnya merasakan kekhawatiran yang mendalam. Di sisi lain, kemarahan yang selama ini ia pendam semakin membara.
"Christy, kita bisa bicara sebentar?" suara Chika terdengar tegang.
Christy menghela napas dan menoleh. "Apa yang ingin kamu bicarakan, Cha? Aku benar-benar lelah."
Chika tidak bisa lagi menahan emosinya. "Christy, aku nggak minta banyak. Aku hanya ingin kita bisa kembali seperti dulu. Apa kamu nggak sadar kalau hubungan kita semakin berjarak?"
Christy mengalihkan pandangannya, berusaha menahan diri. "Aku sadar, Cha. Tapi kamu juga harus mengerti. Ini semua aku lakukan untuk kita."
"Tapi apa gunanya kalau kamu malah mengabaikanku sepanjang waktu?" Chika semakin tak bisa menahan kemarahannya. "Aku merasa seperti kamu lebih memilih pekerjaan daripada aku. Kita bahkan jarang berbicara lagi seperti dulu!"
Christy memejamkan matanya sejenak, mencoba meredam emosinya yang mulai memuncak. "Aku nggak pernah memilih pekerjaan di atas kamu, Chika. Aku cuma berusaha untuk masa depan kita."
Chika menggeleng, hatinya terluka mendengar penjelasan yang sama berulang kali. "Tapi kamu nggak ada di sini, Christy. Kamu mungkin nggak sadar, tapi aku merasa kesepian. Aku merasa nggak dianggap penting."
Kata-kata itu membuat Christy terdiam. Ia mencoba memahami perasaan Chika, namun lelah dan tekanan pekerjaannya membuatnya kesulitan untuk melihat masalah dari sudut pandang pasangannya. "Aku nggak tahu harus bagaimana lagi, Cha. Aku sudah berusaha sebisa mungkin untuk membagi waktu, tapi kenyataannya ini nggak cukup buat kamu."
Chika merasa hatinya semakin hancur. "Kalau kamu merasa aku nggak cukup penting untuk diperjuangkan, mungkin kita harus mulai berpikir ulang soal hubungan ini."
Christy tercengang mendengar pernyataan Chika. Ia tidak menyangka bahwa masalah ini akan membuat Chika berpikir untuk mengakhiri hubungan mereka. "Jadi kamu mau menyerah hanya karena aku sibuk?"
"Aku nggak mau menyerah, Christy. Aku hanya ingin tahu apakah kamu benar-benar ingin mempertahankan hubungan ini atau tidak."
Suasana semakin tegang, dan percakapan itu berakhir tanpa solusi. Christy akhirnya meninggalkan apartemen Chika dalam keheningan, merasa bingung dan marah pada dirinya sendiri. Ia tahu bahwa pekerjaannya telah menjadi penghalang, namun di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikan tanggung jawab yang ada.
Hari demi hari berlalu, dan keduanya semakin tenggelam dalam rasa sakit masing-masing. Christy merasa frustasi karena tidak mampu memberikan perhatian yang cukup, sementara Chika terus diliputi oleh perasaan kecewa dan kesepian. Pertemuan-pertemuan mereka tidak lagi diwarnai oleh tawa dan canda seperti dulu, melainkan hanya perbincangan singkat yang penuh kecanggungan.
Dalam diam, Christy menyadari bahwa ia harus membuat pilihan. Ia tidak bisa terus-menerus menjalani hubungan yang penuh konflik seperti ini, namun ia juga tidak ingin kehilangan Chika. Akhirnya, ia mencoba untuk membicarakan masalah ini dengan teman dekatnya di kantor, berharap bisa mendapatkan perspektif baru.
"Menurutku, kamu harus jujur pada dirimu sendiri," ujar teman Christy. "Jika kamu benar-benar mencintai Chika, kamu harus bersedia berkorban lebih banyak. Tapi kalau kamu tidak bisa melepaskan sebagian dari pekerjaanmu, mungkin hubungan ini akan sulit untuk bertahan."
Christy terdiam, merenungkan kata-kata tersebut. Selama ini, ia berpikir bahwa pekerjaannya adalah bentuk perjuangan untuk masa depan mereka, namun ia mulai menyadari bahwa mungkin caranya salah. Ia telah mengorbankan waktu dan perhatian yang seharusnya ia berikan kepada Chika.
Sementara itu, di sisi lain, Chika semakin sering mempertimbangkan untuk mengakhiri hubungan mereka. Ia mencintai Christy, tapi hubungan yang dipenuhi dengan kekecewaan dan kesepian membuatnya lelah. Setiap kali ia melihat pasangan lain yang bahagia, ia merasa semakin tertekan dan merasa tidak yakin apakah ia bisa menjalani hubungan ini lebih lama lagi.
Konflik yang berkelanjutan ini menjadi semakin nyata ketika Chika mengirim pesan kepada Christy, menyatakan bahwa ia butuh waktu untuk berpikir. Christy menerima pesan tersebut dengan perasaan hampa. Ia tahu bahwa hubungan mereka semakin berada di ujung tanduk, dan itu membuatnya merasa kehilangan arah.
Dengan hati yang berat, Christy memutuskan untuk meminta izin cuti dari pekerjaannya. Ia menyadari bahwa hanya ada satu cara untuk memperbaiki hubungan ini: dengan menunjukkan kepada Chika bahwa ia benar-benar peduli dan ingin mempertahankan hubungan mereka.
Namun, Chika kini berada dalam kebingungan. Di satu sisi, ia masih mencintai Christy dan ingin hubungan mereka berhasil. Namun di sisi lain, luka yang semakin dalam membuatnya sulit untuk percaya bahwa mereka bisa kembali seperti dulu. Di akhir minggu yang penuh dengan keraguan dan penantian, Chika menerima undangan dari Christy untuk bertemu dan membicarakan hubungan mereka secara langsung.
Mereka bertemu di tempat favorit mereka, sebuah kafe kecil yang menyimpan banyak kenangan. Dengan hati yang penuh luka dan ketidakpastian, mereka berdua saling menatap, menyadari bahwa keputusan besar harus segera dibuat.
---
bad ending kah ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
True Story: Penulis Favoritku Adalah Kekasihku (ch2) end
FanfictionBercerita tentang Chika Daniella, seorang perempuan yang sangat mengidolakan karya-karya penulis terkenal bernama Christy Harlan. Chika menghabiskan hari-harinya membaca buku-buku Christy, mengagumi gaya menulis dan pandangannya tentang cinta. Namun...