Tapi tidak apa-apa, sekarang dia akan membuat anaknya bahagia, dan menghukum semua orang yang berani menyakitinya, siapa pun itu."Kalian harus MATI."
•••
"Kadang diam lebih bermakna
daripada seribu kata yang tak pernah dimengerti.""Aku belajar menjadi kuat bukan
karena aku ingin, tapi karena aku harus."( Nael Arthemis Sylvester Valtierra)
•••
Pagi hari yang cerah, suara burung berkicau lembut terdengar di luar, menambah suasana tenang, Nael terbangun dari tidurnya, matanya masih setengah terpejam, melihat sekeliling dengan rasa ingin tahunya.
Hari baru dimulai, dan dengan itu, harapan dan tantangan baru pun menanti.
Nael masih diam di tempatnya. Sesaat kemudian kesadaran nya perlahan kembali.
"Ah aku lupa, sepertinya aku berada di kamarku yang baru."
Nael diam beberapa saat sebelum berjalan ke arah kamar mandi dan mulai mandi.
Beberapa saat kemudian dia keluar dari sana dengan handuk di pinggangnya. Berjalan menuju cermin dan melihat tubuhnya yang hanya tertutupi setengah.
Tubuhnya putih pucat dan mulus tapi ada beberapa luka di punggung nya. Rambutnya yang basah dibiarkan tergerai.
Dia memandang tenang bayangannya di cermin.
Melangkah menuju ruangan di mana semua pakaiannya berada. Matanya menatap seluruh baju yang ia beli bersama Daddy nya sudah tertata rapi di dalamnya. Memilih kaos lengan panjang putih dengan garis hitam tipis dan celana pendek cokelat tua.
Keluar dari sana Dia melihat Daddy nya yang sedang duduk di sofa pojok ruangan.
Als yang melihat Nael sudah selesai, menepuk sofa yang kosong di sampingnya. Nael yang mengerti berjalan menuju sofa dan duduk di dekatnya.
"Kita makan sekarang, hm." ucapnya sambil mengelus rambut Nael yang masih basah.
"Kenapa tidak mengeringkannya?"
"Malas."
"Hah, sini biar Daddy yang mengeringkannya."
Nael mengangguk, berdiri dan mengambil pengering rambut yang ada di meja.
Menyerahkannya ke Als dan duduk di depannya. Als mengeringkan rambut Nael dengan teliti.
"Apa tidurnya nyenyak?"
"Emm."
"Kalau begitu, apa kita jadi latihan hari ini ini?"
Nael yang mendengar itu langsung berbalik ke arah Als dan mengangguk dengan semangat.
Als yang melihat itu tertawa pelan sebelum mengelus rambut anaknya yang sudah rapi.
"Baiklah, ayo kita makan terlebih dahulu."
Nael mengangkat tangannya ke arah Als yang dibalas senyuman olehnya.
"Mintalah, biasakan berbicara pada Daddy."
Nael yang mendengar itu mendengus.
"Ayo, apa Nana ingin berjalan saja?"
Nael melihat Als, membuka mulutnya dan menutupnya kembali.
"Tidak mau? Baiklah jalan saja kalau begitu, Nana tau, menuju ruang makan itu sangat jauh, pasti melelahkan."
ucapan itu membuat Nael berpikir 'benar juga, huh'
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTRUIST
Teen FictionDimulai dari Nael anak berumur 9 tahun, yang harus mengikuti orang asing untuk tinggal bersamanya karena keluarganya, yang ternyata keputusannya untuk meningggalkan mansion yang ia anggap sebagai neraka malam itu, mengubah hidupnya, hidupnya yang...