9. Adik?

1.2K 101 1
                                    


~~~

"Yang terbaik sering kali datang saat kau belajar melepaskan."

"Sebuah langkah kecil sudah cukup, asalkan kau tak menyerah"

~~~

Hari sudah semakin malam, Als bahkan sudah menyuruh helikopter untuk berkeliling di sekitar hutan, tapi Nael tetap belum di temukan, sampai-

"Tuann, kami menemukan jejak darah yang mengarah ke selatan, kemungkinan itu Tuan Muda, ta-tapi-

"TAPI APA!" Tanya nya tidak sabaran.

bawahan itu menundukkan kepalanya.

"Ada dua bekas darah seperti bukan hanya satu manusia tapi dua manusia, se-sedangkan Tuan Muda hanya seorang diri..dan kami menemukan beberapa mayat lain yang sama mengenaskannya dengan yang tadi kita jumpai...juga kita menemukan beberapa orang yang kita curigai adalah musuh yang sedang mencari sesuatu, kami rasa dia mencari orang yang bersama Tuan Muda jadi kami menangkap mereka."

Als yang mendengar itu sedikit lega tapi juga khawatir, siapa yang bersama anaknya?

"Kita kesana!"

"SIAP TUAN!" Berjalan menyusuri jalan yang di maksud tadi dan benar saja, ada bercak darah disana, tapi itu seperti sudah kering dan jalan yang di lewati sedikit berantakan.

Als yang melihat itu mempercepat langkahnya.

•••

Sementara itu beberapa jam yang lalu...

Brukk

Mata Nael langsung terbuka mendengar itu, dia melihat sekeliling nya.

"Itu...

Mengintip dari balik semak-semak dan saat tidak melihat ada musuh, perlahan dia berdiri dari duduknya walau sangat sakit dia tetap memaksa untuk berdiri dan berjalan perlahan ke arah suara tadi masuk ke dalam hutan.

Belum lama berjalan, dari kejauhan dia melihat sikuet seseorang tidak jauh dari dasar jurang.

Dengan langkah gontai, dia mendekati tubuh kecil yang terbaring diam itu. Kakinya hampir menyerah saat dia tiba di samping anak tersebut.

Berjongkok di samping anak tersebut, Nael menyentuh bahunya dengan lembut. Bocah itu tidak pingsan, napasnya terengah-engah, tapi stabil. Siapa dia?

Rasa sakit yang tadinya memenuhi pikirannya seketika tergantikan oleh satu dorongan kuat.... entah kenapa dia ingin melindungi anak ini. Meskipun tubuhnya terluka dan terasa seperti akan runtuh, Nael memapah bocah itu dengan hati-hati. Anak itu membuka mata, tatapannya kosong dan tubuhnya gemetar. Dengan susah payah, dia membantu bocah itu berdiri, memapahnya meski tubuhnya sendiri sudah hampir menyerah.

Sementara bocah itu menatap orang yang menyentuhnya, dia ingin melawan tapi tidak memiliki tenaga.

"Jangan takut." Mendengar kalimat dingin namun perhatian itu entah kenapa bocah itu langsung diam.

Pergi meninggalkan daerah itu, Nael ingin kembali ke tempatnya tadi.

Baru beberapa langkah, dia mendengar beberapa suara langkah kaki dari kejauhan.

Awalnya dia berpikir itu adalah Daddynya namun dilihat dari jauh, dia tidak mengenal satupun dari mereka.

Melihat anak di sampingnya dia segera bersembunyi di semak semak di sekitar situ. Nael menatap bocah itu sejenak.

Rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya seolah sirna saat melihat anak itu yang tak berdaya. "Kenapa aku melakukan ini?" pikirnya. Satu dorongan kuat menjalar dalam dirinya.

ALTRUIST Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang