13

359 96 26
                                    

Chika berjalan lambat keluar rumah, paginya selalu disambut oleh Ara yang sedang membersihkan body mobil sampai mengkilap.

Sejujurnya Chika masih sangat malu jika mengigat kejadian kemarin, dirinya dengan berani dan lancang ingin melakukan yang tidak senonoh kepada Ara. Tetapi bukannya Ara yang mulai duluan? Dia hanya ingin membalasnya saja.

Chika mengetuk kepalanya kesal mengingat kejadian itu. "Non". Sapa Ara dengan senyuman manis nya di pagi hari ini. Chika melihat Ara yang membuka pintu mobil untuknya, dilihat dari raut wajah Ara dia seperti tidak pernah terjadi sesuatu kemarin pada mereka.

Chika sedikit kesal, merasakan jika hanya dia yang merasa seperti ada masalah, sementara Ara hanya biasa biasa saja.

Mobil keluar dari rumah Chika berjalan santai di jalanan yang baru saja basah oleh hujan, bahkan rintik rintik hujan masih terasa.

Ara mengambil sesuatu di saku celananya. Lampu merah, semua kendaraan berhenti dengan tertib.

"Non". Ara berbalik kebelakang melihat Chika sambil menyodorkan sesuatu pada perempuan yang sedari tadi menatapnya dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Apaan?". Jawab Chika melihat suatu benda kecil di tangan Ara.

"Arisa titip ke Non, maaf ya, dia yang bikin". Ara menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Mana mungkin Chika mau menerima benda seperti ini. "Saya udah larang, gak usah kasih tapi anaknya tetap maksa, kalo Nong gak mau gak papa, tapi nanti ijin saya bilang ke Arisa kalo Non mau ya". Mata teduh Ara menatap Chika penuh harapan.

"Suuzon aja lo sama gue. Emangnya gue sejahat itu?". Chika mengambil benda yang ada di telapak tangan Ara. 

"Ini adek lo yang buat?". Chika memperhatikan gantungan kunci atau bisa di gantungkan di tas juga. Berbentuk boneka dengan tulisan namanya, Chika". 

Ara mengangguk. "Arisa suka ngerajut, kadang bikin tas, gantungan dan boneka kecil kayak gitu, dijualin disekolah". Jelas Ara masih menatap Chika di belakangnya.

"Jiwa pengusahanya kuat banget loh, masih kecil suka dagang". Chika membawa gantungan boneka tadi menggantungnya di tas kuliahnya.

Ara tersenyum, ekspektasinya salah tentang Chika. Maaf kan dia yang kadang menaruh kecurigaan tidak baik terhadap Chika.

"Makasih Non". Ucap Ara sambil tersenyum mendengar respon baik dari Chika untuk adiknya.

"Gue yang harus nya makasih sama adek lo, kapan kapan bawa gue ketemu dia lagi ya". Chika jadi ikut tersenyum.

"Kayaknya gue suka deh sama adek lo" Chika tersenyum senyum sendiri. Namun Ara malah terdiam sebelah tangannya meremas setir erat.

"A-ardi Non?". Mendadak Ara tergagap entah karena apa.

"Kok jadi Ardi? Arisa lah kan lagi ngomong adek lo yang bungsu". Chika menatap aneh Ara yang tidak nyambung tiba tiba.

Ara berdehem, kenapa dia tadi sempat gugup dan tidak nyaman sendiri. Menggelengkan kepalanya ketika merasa dirinya mulai tidak jelas.

"Oh iya Non". Ara menunduk tiba tiba dia malu.

"Arisa imut tau, lucu lagi, gue suka deh punya adek kayak dia, penyayang kayaknya. Buat gue aja boleh gak sih, kan lo punya Ardi".

"Jangan Non". Ara berujar cepat.

"Kenapa? Buat gue aja".

"Gak boleh Non, Arisa adik saya gak boleh ada yang ambil, saya sayang banget dia".

"Gue juga sayang". Chika melirik Ara yang menatap arah lain.

"Y-ya terserah Non, kalo mau, adop aja Non, kayaknya di panti banyak". Ara kekeh tidak ingin memberikannya kepada Chika. Tetapi apa Ara tidak menyadari jika Chika hanya bercanda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mine DRIVER (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang