Lee Haechan, mahasiswa magang, tidak menyadari bahwa CEO Seo Jeno jatuh cinta pada nya. Apakah Haechan akan menemukan cinta sejati?
Nohyuck area
Jeno Top
Haechan Bot
REAL KHAYALAN SENDIRI
NO COPY KARYA ORANG 🚫🚫
KALAU COPY SAMA NGGA GUNA PUNYA OTAK
"Cantiknya anak Mae," ujar Ten dengan senyum penuh kasih sayang.
"Kan Mae-nya juga cantik," balas Haechan, matanya berbinar.
Keduanya tertawa bersama, hingga akhirnya tamu yang mereka tunggu pun tiba. Ten dan Taeyong menyambut mereka dengan senyum hangat, menciptakan suasana yang penuh keakraban.
Namun, Haechan tiba-tiba terdiam di tempatnya. Ternyata, yang datang adalah keluarga Jeno. Jeno pun terkejut, matanya melebar saat melihat Haechan di sana. Ternyata, tanpa sepengetahuannya, orang tua mereka sudah merencanakan perjodohan ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mereka duduk, dan mata Jeno tak lepas dari Haechan. Malam ini, Haechan terlihat begitu cantik dan mempesona dalam setelan putih yang sederhana, namun elegan. Sedangkan Jeno, dengan kemeja hitamnya, memancarkan karisma dan pesona yang tak terelakkan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Restoran itu memang sudah dipesan khusus untuk mereka ber-enam. Suasana yang intim, membuat semuanya terasa lebih personal.
Tak lama kemudian, seorang wanita masuk, mengenakan pakaian yang menawan dan sopan. Parasnya yang cantik, dengan rahang yang lembut dan kecantikan alami, membuat siapa saja yang memandangnya tak bisa mengalihkan pandangan.
"Maaf, aku telat," ucapnya, lalu duduk di samping Jeno.
"Apa ini Dami?" tanya Ten, dengan nada penuh keingintahuan
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hehe, iya tante," jawab wanita itu dengan senyum manis.
"Kau sangat cantik, nak, saat sudah dewasa," puji Ten, mata penuh kekaguman.
"Terima kasih, tante," jawab Dami, sopan.
Tapi saat itu, terdengar bisikan halus antara Jeno dan Dami, penuh gurauan yang meskipun pelan, tetap jelas terasa.
"Kau lama," bisik Jeno.
"Diam kau," balas Dami dengan suara yang hanya bisa didengar oleh Jeno.
"Kau sok cantik," kata Jeno lagi dengan gurauan.
"Diam, atau ku lakban mulutmu itu," balas Dami, dengan nada serius namun tetap ringan.
Semua itu hanyalah percakapan ringan, yang tak bisa menghilangkan perhatian kepala keluarga Seo, yang langsung melontarkan pertanyaan yang lebih serius.
"Lalu, bagaimana dengan perjodohan ini? Jeno dan Haechan, kapan kira-kira pernikahannya?" tanyanya tanpa basa-basi.
Haechan membelalakkan matanya, terkejut mendengar pertanyaan itu. "Secepatnya," sahut Taeyong, dengan tegas, meskipun Haechan merasa seperti ada sesuatu yang menekan dadanya.
"Minggu depan?" tanya kepala keluarga Seo, seolah tidak sabar.
"Boleh," jawab Taeyong mantap. "Jadi, minggu depan kita akan langsungkan pernikahan Jeno dan Haechan."
Haechan merasa kehilangan kata-kata, mulutnya terasa kaku. Bagaimana mungkin semuanya terjadi begitu cepat?
Jeno, meskipun senyumnya lembut, hatinya terasa lebih ringan. Ia merasa bahagia bisa memiliki Haechan seutuhnya, meskipun perasaan Haechan belum jelas.
"Mae, Echan ke toilet sebentar," bisik Haechan kepada Ten.
"Iya, sayang," jawab Ten dengan lembut.
Haechan pergi ke toilet, berjalan cepat menuju salah satu bilik. Di sana, ia duduk di closet, meremas wajahnya kasar. "Gue belum suka sama Jeno, kenapa harus Jeno? Gue masih belum bisa lupain kejadian 12 tahun lalu. Kenapa? Kenapa?" pikirnya dalam hati, emosinya terguncang.
Kenangan itu kembali menyerbu. Dulu, mereka satu sekolah dasar, dan Jeno adalah murid populer yang sering menjadi sumber penderitaan Haechan. Semua teman-teman Jeno menertawakannya, bahkan menguncinya di gudang dan membuat kepulan asap yang membuatnya hampir kehabisan nafas. Sejak saat itu, asmanya kambuh. Haechan dipindahkan ke sekolah lain, dan di sana ia bertemu dengan Renjun, sahabatnya yang sekarang.
Namun, Haechan tak pernah mengungkapkan perasaannya. Ia menutupi segala luka di hatinya, seolah tidak ada yang pernah terjadi. Padahal, tindakan Jeno dan teman-temannya meninggalkan bekas yang sangat dalam—trauma akan kegelapan, suara keras, dan ketakutan yang tak terucapkan.
Ketika Haechan kembali ke meja, Ten melihatnya dengan perhatian.
"Tumben lama, sayang?" tanya Ten, sedikit khawatir.
"Benerin baju, Mae. Tadi baju-nya kurang nyaman," alibi Haechan, berusaha tersenyum.
"Eumm," Ten hanya mengangguk, tidak banyak bertanya.
Setelah makan malam yang terasa berat, kedua keluarga pun berpamitan dan kembali ke mansion masing-masing. Haechan merasa lelah, lelah akan semuanya. Saat kembali ke kamar, ia langsung terjatuh ke ranjang, tidur tengkurap tanpa sadar.
Keesokan paginya, ia harus berangkat ke kampus, diantar oleh Taeyong. "Belajar yang rajin, sayang," pesan Taeyong, dengan lembut.
"Oke, Daddy," jawab Haechan, melambaikan tangan pada mobil sang ayah yang mulai menjauh.
Di kampus, Haechan hanya fokus pada tugas terakhirnya sebelum wisuda yang jatuh pada minggu depan—bertepatan dengan hari pernikahannya dengan Jeno.
"Jen, lo beneran mau nikah sama Haechan?" tanya Jaemin, penasaran dengan keputusan Jeno.
"Iya, ini sudah keputusan Daddy dan ayahnya Haechan. Tapi gue suka. Gue bisa memiliki Haechan seutuhnya," jawab Jeno, dengan senyum yang penuh arti.