AM 17

382 38 12
                                    

Renjun tiba di ruangan Jaemin tanpa mengetuk, merasa malas dengan segala bentuk formalitas.


"Nih, makan siangmu," ucap Renjun, sambil meletakkan bungkusan makanan di atas meja.

Jaemin hanya melirik, tanpa beranjak dari kursinya. "Taruh saja di meja," jawabnya singkat.

"Oke, aku pamit," kata Renjun, namun langkahnya terhenti saat Jaemin memanggilnya.

"Njun, tunggu," seru Jaemin, membuat Renjun menoleh.

"Apa?" jawab Renjun, sedikit bingung.

"Kamu merokok?" tanya Jaemin dengan nada lebih serius.

Renjun mengangguk pelan, "Aku seorang perokok pasif. Kebiasaan ini sulit dihilangkan, sudah sejak sekolah menengah."

"Tapi itu tidak baik, Njun," sahut Jaemin dengan penuh perhatian.

"Aku tahu, tapi sudah menjadi kebiasaan sejak lama. Aku hanya lelah... kadang rokok menjadi cara untuk menenangkan diri," ujar Renjun.

"Jangan dibiasakan, apalagi rokok elektrikmu itu. Kandungannya jauh lebih berbahaya," ucap Jaemin tegas.

"Iya, makasih sudah mengingatkan," Renjun mengangguk sebelum akhirnya meninggalkan ruangan itu.

Setelah jam kerja berakhir, Jeno pulang bersama Haechan. Biasanya, mereka berdua selalu bersama, tetapi kali ini, Renjun pulang sendirian.

Ia duduk di depan minimarket, sibuk dengan ponselnya, dengan sebatang rokok di tangan. Bukan rokok elektrik, melainkan rokok biasa yang baru saja dibelinya.

Jaemin yang melihat Renjun dari kejauhan hendak menghampirinya, namun sebelum dia sempat mendekat, Renjun sudah pergi setelah menghabiskan dua batang rokok.

Dering ponsel Renjun mengalihkan perhatiannya.

"Ya, Jaem," jawab Renjun tanpa semangat.

"Mau nebeng nggak?" tanya Jaemin, nada suaranya terdengar ramah meski ada rasa khawatir di baliknya.

"Hah?" Renjun celingukan, mencari sosok Jaemin di sekitar.

"Ngga usah celingukan gitu, aku ada di sini."

"Mau kemana?" tanya Jaemin setelah Renjun menjawab tidak ingin nebeng.

"Ngga, aku nggak pulang."

"Dicariin Baba lo," goda Jaemin.

"Ngga kok, udah izin tadi."

"Kelihatan lelah banget," ujar Jaemin, sedikit khawatir.

"Ngga juga, cuma lagi bad mood aja."

"Mau jalan-jalan?" tawar Jaemin, berusaha mengalihkan perhatian Renjun.

"Terima kasih, Jaem. Tapi aku butuh waktu sendiri. Jangan ganggu dulu ya," jawab Renjun, lalu mematikan teleponnya.

Sementara itu, Haechan merasa gelisah. Jeno terus-menerus bertanya, mencari tahu mengapa Haechan menjauh darinya. Namun, Haechan hanya diam, seperti ada sebuah tembok besar yang memisahkan mereka.

"Kenapa?" tanya Jeno dengan raut wajah cemas.

"Ga apa-apa," jawab Haechan, namun nada suaranya tak meyakinkan.

Anak Magang  (nohyuck)✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang