Di halaman sekolah yang mulai ramai, para orangtua murid berdatangan, mencari tempat duduk di deretan bangku yang telah disediakan. Suasana pagi itu terasa hangat dan penuh antusiasme, dengan anak-anak berlarian dan suara obrolan bercampur tawa memenuhi udara. Tana duduk bersama gilang, matanya berkeliling mengamati lingkungan sekolah yang asri dan nyaman. Ia tersenyum ramah setiap kali orangtua atau guru lewat dan menyapa, merasa senang bisa ada di sana menemani adiknya.
Tak lama, sebuah mobil perlahan memasuki halaman sekolah. Perhatian orang-orang pun tersita, beberapa bahkan berbisik-bisik sambil menoleh ke arah mobil itu. Tana dan Gilang sempat melirik, namun tak ingin terlalu larut dalam rasa penasaran, mereka kembali pada percakapan kecil mereka, berbincang sambil menunggu acara dimulai.
Tana menatap adiknya dengan senyum lembut. "Kan gilang bilang ada perlombaan hari ini," ujarnya dengan nada penasaran. "Gilang ikut lomba apa?"
Dengan riang, Gilang menjawab sambil menyengir lebar, "Gilang ikut lomba menggambar!" Ekspresi semangatnya membuat tana tersenyum semakin lebar. Melihat gilang yang begitu antusias, Tana merasa bangga dan bersyukur bisa hadir untuk memberikan dukungan, berharap keberadaannya memberi gilang rasa percaya diri yang ia butuhkan di hari istimewa ini.
🦋🦋
Mobil berwarna gelap berhenti, menarik perhatian sebagian besar tamu yang hadir. Pintu mobil terbuka, dan sang sopir keluar terlebih dahulu, bergegas membantu seorang pemuda yang duduk di dalam. Dengan penuh kehati-hatian, ia mengangkat pemuda itu, membantunya berpindah ke kursi roda yang sudah dipersiapkan di samping pintu. Di dekat mereka, seorang wanita anggun berdiri, menunggu dengan senyum lembut penuh kasih sayang. Mereka adalah Aryan dan ibunya, Tiara.
Tiara tampak menatap putranya dengan kebanggaan yang jelas terlihat di wajahnya. Tanpa ragu, ia mengambil posisi di belakang kursi roda, tangan lembutnya memegang gagang kursi sambil memberi isyarat kecil pada Aryan. Perlahan, ia mendorong kursi roda tersebut melewati kerumunan orang tua dan murid yang memperhatikan mereka dengan penasaran dan hormat.
Sambil menghindari pandangan orang-orang, Tiara membimbing Aryan menuju ruang kepala sekolah. Setiap langkah yang mereka ambil terasa begitu bermakna, terutama bagi Tiara yang bangga melihat Aryan hadir di sekolah milik keluarga mereka. Aryan menatap bangunan sekolah yang megah itu, perasaan campur aduk di dalam hatinya, teringat masa-masa lalu yang penuh perjuangan. Bagi Tiara, kehadiran Aryan di sini adalah lebih dari sekadar perayaan, tetapi juga sebuah bukti kekuatan dan cinta mereka sebagai keluarga.
🦋🦋
Gilang tiba-tiba berkata "Kakak, Gilang mau pipis," Tana tersenyum, mengangguk. Mereka pun bangkit dari kursi, dan tana menggenggam tangan gilang dengan erat, menuju toilet. Sambil berjalan, Tana mendengarkan cerita gilang yang riang, suaranya penuh antusias, membuat suasana sekitar terasa hangat.
Di depan mereka, seorang wanita sedang mendorong kursi roda. Tana yang tengah berjalan sambil berbicara dengan gilang, tiba-tiba menoleh ke arah depan. Pandangannya langsung tertuju pada sosok pemuda yang duduk di kursi roda, wajahnya begitu tampan namun penuh dengan keheningan. Meski pemuda itu menatap lurus ke depan, Tana merasakan ada sesuatu yang berbeda. matanya yang kosong, seolah tenggelam dalam dunia yang jauh dari hiruk-pikuk sekitar.
Tana tertegun sejenak, perasaannya tak menentu, seakan ada sesuatu yang tak terungkap di balik pandangan pemuda itu.
"Kakak, di sini toiletnya," suara gilang membuyarkan lamunannya. Tana tersentak, lalu menatap adiknya yang sambil menunjuk ke arah pintu toilet. Sambil menahan debaran kecil di dadanya, Tana mengangguk dan menunggu gilang yang sedang masuk kedalam toilet. sesaat, masih terbayang sosok pemuda di kursi roda tadi yang tak sengaja menarik perhatiannya.
🦋🦋
Setelah tiba di depan ruang kepala sekolah, Tiara merapatkan kedua telapak tangannya, memberi salam dengan penuh hormat. Senyuman ramah terlukis di wajahnya saat menyapa kepala sekolah yang menyambut kedatangannya. Dengan lembut, Tiara melirik Aryan yang duduk di kursi rodanya, siap mengajaknya masuk.
Namun, saat ia hendak mendorong kursi roda Aryan ke dalam ruangan, Aryan tiba-tiba menggeleng pelan. Tiara terdiam, sedikit terkejut dengan reaksi putranya. Ia berlutut di samping kursi roda Aryan, wajahnya penuh perhatian. "Kenapa nak? Kamu tidak mau masuk?" tanyanya lembut, memastikan apa yang membuat aryan ragu.
Aryan kembali menggeleng, matanya menunjukkan keengganan yang lembut namun tegas. Melihatnya, Tiara tersenyum penuh pengertian dan bertanya, "Ingin di sini saja?" Aryan mengangguk kecil, pandangannya beralih ke arah pintu ruang kepala sekolah, seakan ingin memberikan ibunya ruang tanpa keberadaannya.
Tiara menghela napas, lalu membelai pundak aryan dengan sayang. "Baiklah, kamu di sini saja ya. Mama masuk sebentar," katanya dengan penuh kasih, memastikan aryan merasa nyaman. Setelah aryan kembali mengangguk, Tiara pun berdiri, melangkah masuk ke ruang kepala sekolah dengan tenang, sesekali menoleh ke belakang memastikan putranya tetap baik-baik saja di luar sana.
Aryan memandang sekeliling, menikmati suasana yang jarang ia temui. Anak-anak berlarian dengan tawa riang, memenuhi halaman sekolah yang tampak hidup dengan canda dan kegembiraan. Di panggung, suara mikrofon berbunyi, mengisyaratkan bahwa acara akan segera dimulai. Aryan merasakan sedikit debaran, aneh namun hangat, berada di tengah hiruk pikuk anak-anak dan para orang tua yang berkumpul untuk perayaan ini.
Dari arah kanannya, Aryan mendengar suara ceria seorang anak kecil, suaranya penuh semangat dan keriangan khas usia mudanya. Aryan menoleh, melihat seorang anak laki-laki tampan yang tengah berbicara penuh antusias dengan seseorang yang berdiri di sampingnya. Senyum lembut terlukis di wajah orang itu, yang Aryan tebak pasti kakaknya, karena beberapa kali Aryan mendengar anak kecil itu menyebut “kakak” dengan nada manis dan menggemaskan.
Seketika, Aryan merasa ada seberkas kehangatan mengalir di hatinya. Meski hanya sekejap, Aryan menikmati momen itu, mengizinkan dirinya merasakan kedamaian yang terpancar dari kebersamaan mereka di tengah keramaian acara di sekolah itu.