sepuluh

26 6 0
                                    

Dan sekarang suasana sekolah terasa khidmat saat acara dimulai. Tiara dengan lembut mendorong kursi roda Aryan, mengarahkannya ke tempat duduk yang telah disediakan untuk para tamu kehormatan. Mereka duduk di barisan depan, dikelilingi oleh para guru dan panitia yang telah bekerja keras demi suksesnya acara ini. Di belakang mereka, para wali murid duduk dengan rapi, wajah-wajah mereka penuh antusias menantikan rangkaian acara perayaan ulang tahun sekolah yang diadakan hari ini.

Setelah suasana tenang, pembawa acara mempersilakan Tiara untuk memberikan sambutan. Tiara berdiri dengan anggun dan melangkah menuju podium, mengenakan senyum hangat yang memancarkan kebahagiaan dan kebanggaannya. Ia membuka sambutan dengan penuh ucapan syukur dan harapan, suaranya tenang namun penuh semangat. Dalam setiap kata yang diucapkannya, tersirat betapa besarnya dedikasi Tiara dalam membangun sekolah ini, menciptakan tempat yang aman dan penuh kasih bagi anak-anak untuk tumbuh dan belajar.

“Terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada seluruh orang tua yang telah mempercayakan anak-anaknya untuk menempuh pendidikan di sini. Doa dan harapan kami selalu menyertai mereka agar dapat meraih mimpi dan menjadi generasi penerus yang membawa kebaikan ” ujar Tiara dengan penuh ketulusan, matanya menyapu barisan para wali murid yang mendengarkannya dengan penuh perhatian.

Tiara pun melanjutkan sambutannya, tak lupa memberikan penghargaan khusus untuk para guru yang tak kenal lelah mengajar dan mendidik. “Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada para guru yang telah dengan sabar dan penuh kasih sayang mengasuh dan mendampingi anak-anak di sekolah ini. Tanpa kalian, sekolah ini tak akan pernah menjadi tempat yang begitu istimewa seperti sekarang.”

Kata-kata Tiara bergema, membawa suasana haru yang terasa hangat dan menyatukan. Di depannya, Aryan duduk tenang, matanya menatap ibunya dengan kekaguman terselip di dalamnya. Meski ia jarang ikut dalam acara seperti ini, ada sesuatu yang membuat aryan merasa bangga, menyadari dedikasi yang luar biasa dari sang ibu untuk membangun masa depan bagi banyak anak-anak.

Dan di antara puluhan pasang mata yang tertuju ke arah podium, Tana duduk bersama gilang, mendengarkan sambutan yang hangat dan penuh makna dari pemilik sekolah. Saat pemilik sekolah mulai menyampaikan tentang dukungan putranya yang selalu menjadi sumber penyemangatnya, Tana tiba-tiba menyadari sesuatu. Pemuda yang tadi ia lihat duduk di kursi roda, yang pandangannya kosong ternyata adalah putra dari pemilik sekolah ini.

Tana menoleh perlahan ke arah pemuda itu, yang duduk di barisan depan. Ada rasa kagum yang mendalam muncul dalam dirinya. Meski tidak mengenalnya, Tana merasakan ada kekuatan besar yang tersembunyi dalam pemuda itu, seseorang yang mungkin banyak mengalami cobaan namun tetap menjadi inspirasi bagi ibunya dan, mungkin tanpa disadari, bagi orang lain di sekitarnya.

Gilang yang duduk di samping tana menatap kakaknya dengan bingung. "Kenapa Kak?" bisiknya, tak ingin mengganggu acara.

Tana tersenyum kecil, mengusap lembut kepala gilang “Tidak apa-apa dek. Kakak cuma kagum,” jawabnya dengan lirih, seolah bicara pada dirinya sendiri.

🦋🦋

Setelah Tiara menyelesaikan sambutannya, suasana di sekolah semakin hidup. Kepala sekolah mengambil alih microphone, memberikan ucapan terima kasih atas kehadiran semua orang dan menjelaskan rangkaian acara yang telah disiapkan. Dengan semangat, dia mengajak semua murid untuk bersiap mengikuti perlombaan yang telah dipersiapkan oleh panitia.

“Acara ini bukan hanya tentang menang atau kalah,” ujarnya dengan senyum ramah. “Tapi tentang bersenang-senang dan saling mendukung satu sama lain. Semua peserta akan mendapatkan hadiah, jadi mari kita berpartisipasi dengan penuh semangat!”

Suara sorakan dan tawa anak-anak memenuhi udara, membawa semangat dan keceriaan yang meluap-luap. Tana melihat gilang yang bersemangat, matanya berbinar menantikan lomba menggambar yang akan diikutinya.

Panitia mulai membagikan perlengkapan lomba, dan anak-anak berlarian ke berbagai lokasi yang telah ditentukan. Tiara dan aryan pun menyaksikan dari tempat duduk mereka, bangga melihat kebahagiaan anak-anak yang berlari dengan ceria, tertawa satu sama lain, dan bersiap untuk menunjukkan bakat mereka. Aryan, meskipun duduk di kursi roda, terlihat terhibur dengan riuhnya suasana, dan senyum di wajahnya menunjukkan betapa berartinya momen ini baginya.

“Ini adalah hari yang penuh keceriaan,” pikir Tana, saat dia menatap gilang yang sudah siap dengan peralatannya. Dia tahu, hari ini bukan hanya tentang perlombaan, tetapi juga tentang kebersamaan dan kenangan indah yang akan dibawa pulang oleh setiap murid sekolah.

Cinta Tulus Tana [ BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang