Aku kemudian bangkit dari tempat tidur, merasakan udara pagi yang dingin bertambah semakin dingin karena cuaca. Aku menoleh ke arah kamar Tasha dan melihat putri kecilku itu masihlah pulas dengan tidurnya.
Namun aku tak menemukan keberadaan Liya.
"Kemana, Mi?" tulisku di pesan yang segera aku kirimkan ke istriku.
Selang tak berapa lama, Liya membalas, "Lagi di Mang Dedi, Bi! Belanja buat sarapan. Ini udah mau pulang!"
"Oke hati-hati sayang!" balas ku berpesan.
Setelah mengetahui keberadaan Liya, aku pun memutuskan untuk ingin segera beranjak mandi karena aku akan pergi bekerja. Namun saat aku mengambil handuk di kamar, aku mendengar gemuruh hujan turun dengan sangat lebat secara tiba-tiba.
Aku pun jadi langsung teringat kepada Liya yang mungkin saja tidak berpikiran untuk membawa payung. Sehingga dengan cepat aku lalu mengambil payung dengan niat untuk menjemputnya di tempat Mang Dedi biasa mangkal berjualan.
Namun baru aku akan menutup pintu rumah, istriku tersebut ternyata sudah sampai dengan kondisi yang basah kuyup karena hujan.
"Ya ampun Umi!! Udah kayak anak kecil main hujan-hujanan!" ledek ku padanya.
Sambil mengusap wajahnya yang basah, Liya memasang wajah cemberut, "Sue banget tau Bi! Lagi jalan tiba-tiba hujan!"
"Haha! Baru mau Abi jemput tadi!" balasku menunjukkan payung.
"Iiihhh.. Romantisnya suamiku!" Liya berteriak senang.
Dengan inisiatif, aku kemudian berjalan masuk ke dalam rumah mengambilkan handuk untuk Liya. Namun ketika aku kembali ke depan, aku mendapati istriku tersebut tengah tersenyum-senyum sendiri menatap layar ponselnya.
Aku juga baru menyadari kalau saat ini Liya tampak menggunakan sebuah baju kurung berwarna peach yang bahannya lumayan tipis dari baju kurung yang biasa dipakai olehnya.
Dan karena dia sedang basah kuyup, baju itupun terlihat mengecil dan melekat pada kulit tubuhnya. Memperjelas lekukan hingga menerawangkan isi dibalik baju tersebut.
"Astagfirullah!!" ucapku dalam hati ketika aku melihat kalau ternyata istriku tidak memakai celana dalam.
Dengan agak panik aku langsung menghampiri istriku sambil melingkarkan handuk di tubuhnya yang basah. Aku celingukan ke kanan dan ke kiri karena takut kalau ada orang yang melihat.
"Kenapa, Bi?" tanya Liya bingung.
"Umi ga pake celana dalam?" ucapku balik bertanya.
Seketika Liya kaget dan melihat ke arah bawahnya, "Ya ampun!!!" ucapnya panik.
"Keliatan banget soalnya!" balas aku khawatir.
"Maaf, Bi! Kayaknya Umi lupa!" ucap Liya sambil memerah malu.
Aku menelan ludah dengan kesusahan, saat membayangkan bagaimana kalau seandainya ada orang yang melihat Liya dalam keadaan basah kuyup seperti ini sambil tidak memakai celana dalam.
Satu yang jadi pertanyaan kupula adalah, kenapa Liya begitu nekat pergi ke luar rumah tanpa menggunakan celana dalam dari awal? Apa dia tidak sengaja? Rasanya tidak mungkin, karena Liya bukanlah seorang pribadi yang ceroboh.
Lalu apa? Dia sengaja? Untuk apa? Dia hanya pergi berbelanja sayur ke tempat Mang Dedi, bukan sedang berniat untuk menggoda seseorang ataupun berkeinginan untuk menunjukkan badannya.
"Kok ga pake celana dalam sih, Mi?! Umi sengaja ya?" kekehku tertawa walau sebenarnya aku serius.
"Yakali Umi sengaja, Bi! Umi aja pake BH kok, Keliatan kan?" ucap Liya memamerkan tonjolan dadanya yang dibungkus oleh bra berwarna hitam.
"Iya keliatan sih!" balasku mencibirnya. Tapi itu tidak menjawab kenapa dia tidak memakai celana dalam.
"Lagian ini gara-gara ujan aja kok, Bi! Makanya keliatan."
"Tapi apa alasan Umi pergi belanja sayur tanpa celana dalam?" Kali ini aku hanya bertanya dalam hati, tidak mau memperumit masalah yang mungkin saja memang Liya sedang ceroboh atau lupa.
Aku kemudian membantu Liya membersihkan dirinya dengan handuk yang digelar di tubuhnya. "Untung keliatannya waktu basah aja! Coba tadi pas belanja di Mang Dedi. Bisa gawat!" ucapku tak tahan ingin mengomelinya.
"Namanya juga lupa, Bi!" sungut Liya. "Tapi kalau misalnya keliatan sama Mang Dedi gimana?" sambung Liya bertanya dengan senyum aneh.
"Ya gila aja! Amit-amit!" balasku tidak terima.
"Ya kan misalnya doang nih! Abi mau ngapain?" tanyanya lagi.
Aku berdiam sejenak dan mencoba berpikir, "Gak adalah Mi! Namanya juga gak sengaja!" balasku.
"Nah iya itu tau! Kenapa tiba-tiba cemburu?!" ledek Liya padaku.
Bersambung ....
Kelanjutan cerita ada di link komentar berikut :
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Masa Kehamilan Istriku (Cuckold's Story)
FantasyAku tak bisa percaya dengan apa yang kulihat. Pulang ke rumah untuk mendapati sebuah kejutan tak terduga. Mataku terbelalak, dan dadaku dipenuhi oleh perasaan kaget saat aku mendapati Liya, istri muslimahku yang selama 6 tahun ini sudah mendampingik...