Sebelas

692 69 16
                                    

Maaf ini ceritanya amburadul soalnya pas bikin itu rada ga fokus :') selamat membaca gaes *sruput es melon*

--------------------

Gue melihat koko berjalan menuju bule itu. Gue sendiri duduk memperhatikan mereka dari dalam rumah makan.

Dan...

Koko menepuk pundak Greysen. Gue gatau mereka ngomong apa. Yang jelas, muka Greysen kicep dan mereka noleh ke gue sambil jari koko nunjuk ke gue lalu ke muka Greysen.

Mereka ngomong apa sih -_-

"Mia sini!"

Gue meniup poni. Bisa ga sih gak nyusahin?

"Bener dia udah minta maaf?" Tanya koko.

"Iya. Aku juga udah ditraktir sama dia. Di situ," gue nunjuk warung bubur ayam (yang sekarang lagi ga jual bubur).

"Kali ini lu lolos. Sekali lagi lu apa-apain Mia, gua hajar lu!"

Kita meninggalkan Greysen di sana. Dia masih menatap gue pas gue udah sampai di dalam rumah makan.

"Ini pesanannya."

"Oh iya! Makasih."

Itu orang udah gila kali ya? Liatin gue kayak punya utang.

Motor koko melewati Greysen di sana. Dari gayanya dia keliatan kayak orang kabur dari rumah. Bawa tas, jaket, kacamata gantung di kerah baju, pegang hp pula kayak nyari alamat.

Tapi...

Emang gue peduli? -_-

Satu minggu kemudian...

Koridor sekolah masih sepi. Apa gue keluarnya kecepetan ya? Gue pun duduk sendiri di anak tangga. Tadi gue kabur dengan alasan mau ke wc. Biasa, pelajaran sejarah. Baca buku juga beres.

"Ngapain kamu?" Tanya pak Mujahidin. Mampus gue. Dia melihat gue dari atas kacamatanya. "Kamu ndak belajar?"

"Anu, pak. Lagi mau ke wc! Iya. Hehe."

"Ke wc kok duduk di tangga. Cepat sana!"

Yee... -.-

Akhirnya gue pura-pura ke wc. Pas pak Mujahidin pergi, gue balik lagi ke situ.

Dan kebetulan mangsa gue lewat.

"Dijah stop!"

Langkahnya terhenti. Dia noleh pelan lalu nyengir kuda ke gue.

"Yes...?"

"Yes-yas-yes. Sok inggris lu. Sini!"

Dijah berjalan ke arah gue. Dari atas ke bawah dia make aksesoris kuning. Udah makin mirip kuning-kuning yang ngambang di kali.

"Udah dapet?"

"Dapet apa ya...?"

"Pake nanya lagi. Mana??" Tangan gue menagih ke arahnya.

"M-mana apanya? (º̩̩́• ̯•º̩̩̀)"

Gue memutar bola mata.

"Password wifi David. Temen kelas lu yang sering main game online di pojokan kelas."

"Anu..."

"Password ga ada, ilang jepitan lu." Gue menunjukkan jepitan kuning miliknya. Gue suka ngambil barang-barang Dijah biar dia bisa gue manfaatin. Sejauh ini udah banyak yang gue balikin. Tapi ga sedikit juga yang gue ambil. Tenang aja, gue ga nyuri kok. Cuman minjem.

"Tapi aku ga kenal sama Dapit..."

"Ya kenalan dong. Gimana sih."

"Besok ya. Besok," Dijah nyengir.

Tiang Listrik, I'm in Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang