"Yang, kalo ngomong ama kamu pake lu-gue aja atau aku-kamu? Masih suka bingung soalnya."
Errrr. Kuping gue rasanya mau gue copot dengerin mereka. I know they have married and it's up to them but mesti ga sih kalian bikin gue geli? -_-
Gue mengganti posisi sambil yawning beberapa kali.
"Terserah. Mau pake ane-ente juga gapapa," ucap Tanner lalu nyium dagu Dhani. PISO MANA PISO.....
Jujur gue masih suka kebakar liat mereka berdua. Bukan karna gue jomblo ngenes dimakan rayap, tapi ya... lu tau lah I was her first kiss tapi dia malah berakhir sama abang gue. Hadeh. Kretek ni ati.
"Jadi gimana? Mau pindah ke indo kan?"
Dhani mencubit Tanner lalu melirik gue.
"Jangan kenceng-kenceng, nanti dia denger..."
Dikira gue ini bolot apa -_-)? Bisik kaya gitu aja masih kenceng. Gue pun pura-pura tidur. Daritadi juga gue udah pura-pura yawning.
"Greyson udah tidur blum ya?" Gue rasa dia lagi nengokin gue di sofa.
"Mungkin. Udah ngomong cepetan."
"Ish... iya iya. Aku tuh gamau pindah bukan karna gamau nurut. Tapi takut bakal kangen sama tante Li-"
"Mom?" Potong gue.
"Iya maksud aku mom. Kamu tau kan aku udah lama ga punya ibu dan baru kali ini ada ibu-ibu yang truly care about me. She's like my long-lost mother. Satu-satunya yang aku ga siap tinggalin di sini ya cuma mama kamu."
"Tapi kan bisa lewat skype atau telepon, socmed juga banyak. Mom juga udah pinter pake gadget. Jadi jangan takut lost contact."
"Tapi beda... emang abang ga takut tinggal jauh-jauh?"
"Udah gede gini juga."
"Iya sih tapi kan yang kita pergi nanti bukan Norman yang sekali aku molor juga langsung nyampe."
Akhirnya gue ngantuk beneran. Tahan, Grey, tahan. Demi nguping!
"Yaudah abang kasih waktu buat mikir. Paling lama 3 hari."
Dhani's POV
Tuhkan muka dia jadi bete ( ̄__ ̄) gue takut elah... kalo udah bete gini dia kaya mau mamam orang. Inget ga ekspresi dia waktu ngelamar gue tapi guenya masih mau mikir dulu? Persis kaya itu.
Tanner berdiri dari sofa. Pas mau pergi, gue menarik ujung kaosnya."Iya deh jadi pindahnya jadiii," ucap gue ga ikhlas.
"Beneran?" Tanya Tanner dengan ekspresi datar. Dia ga percayaan amat ama gue dih (¬_¬")
"Iya bener."
"Serius?"
"Kalo nanya lagi gajadi ah."
"Ehhh jangan dong hani bani kunti :3 iya iya ga nanya lagi dehhh," Tanner nyium gue lalu senyum-senyum kaya Daffa abis pup. "So... when will we announce this to them?"
"Tomorrow dah. Gimana?"
"Tapi abang mau kamu yang ngomong duluan ke mom."
"Kok aku?"
"C'mon, baby. You know her like I do, right? I don't want to hear any excuse."
Duh, bakal makin susah ngomong deh gue. Kalo rumah ini ibaratnya hutan, tante Lisa adalah singanya.
"Why won't you do it? Don't force me like that."
"It's the best way to get a permission."
"By using me? (•́-̯•̀) takut..."