Bab XVI

865 40 0
                                        

Pagi nya saat sarapan, cesar tak melihat keberadaan amera di rumah nya. Padahal masih pagi, tapi pelayan mengatakan bahwa amera sudah pergi ke kantor lebih awal. Jadi tinggal lah dia sarapan sendiri. Kemudian pergi ke rumah kakak nya.

Tak butuh waktu lama, sekitar 25 menit cesar sudah berada di kediaman sang kakak. Rumah yang megah bergaya vintage, dengan taman yang begitu luas di bagian depan. Setelah cesar memarkirkan mobil nya, ia pun menuju pintu rumah tersebut. Beberapa pelayan menunduk ketika pria itu melenggang masuk. Tak hanya interior depan nya saja yang bergaya vintage, tapi di dalam nya juga, pria bernama bryan itu memang sangat penyuka barang-barang vintage yang berkualitas mahal.

"Kau kemari?" Ternyata bryan sudah menunggu nya sejak tadi di ruang tamu. Mereka pun saling berpelukan, layaknya pelukan pejantan. Kemudian mereka duduk berhadapan.

"Dimana calisa?" Tanya cesar melirik keberadaan ponakan nya itu tapi tampaknya ia tak melihat nya sejak datang tadi.

Bryan terkekeh. "Dia dan kakak ipar mu sedang pergi berlibur ke tempat mertua ku."

"Jadi kenapa kau tak ikut juga?" Tanya cesar dengan penasaran, bukan kah ada baiknya jika mereka sekeluarga berlibur, bukan nya hanya berdua.

"Sayang sekali aku sedang banyak pekerjaan, apalagi sekarang kau sedang sakit jadi mau tak mau aku harus mengambil alih proyek tersebut."

Bryan tampak kecewa, pria itu memang ingin berlibur bersama putri dan istrinya tapi karena pekerjaan, ia jadi tak bisa. Sangat disayang kan.

"Kau bisa pergi jika kau mau, masalah pekerjaan biar aku saja yang urus. Lagipula aku sudah sehat."

Bryan menggeleng tanda tak setuju dengan perkataan adik nya, walaupun dirinya sangat ingin berlibur dengan keluarga nya tapi ia juga tak bisa memberikan pekerjaan menumpuk seperti itu pada cesar, apalagi jika cesar masih sakit. Ia tak ingin mengambil resiko, masalah berlibur sudah ia putuskan bahwa bulan depan ia baru bisa pergi berlibur bersama keluarga nya ke swiss.

"Jangan seperti itu, kau masih sakit jika kau memaksakan nya maka nanti sakit mu jadi bertambah. Masalah liburan, aku bisa pergi lain kali saja."

"Tapi ngomong-ngomong kenapa kau datang kemari secara tiba-tiba? Aku terkejut saat kau menelepon ku pagi ini bahwa kau akan datang kemari."

Cesar mendeham sesaat, tampak sekali ia ragu-ragu untuk menanyakan nya pada sang kakak. Tapi mau bagaimana lagi, ia ingin tahu segala bahkan kemarin malam ia sampai tak bisa tidur sangking memikirkan nya.

"Kakak sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu terkait cassie."

Bryan sedikit terkejut juga penasaran bagaimana adiknya bisa bertanya mengenai cassie. Tapi ia berharap jika cesar tak menanyakan hubungan nya bersama cassie.

"Ada apa dengan nya?"

"Aku mencoba menghubungi elio tapi ia tak mengangkat telepon ku, sepertinya dia mengganti nomor ponselnya. Apa kakak memiliki nya?" Tanya cesar dan membuat bryan menelan ludah nya dengan kasar. Bagaimana ia harus mengatakan pada cesar, bahwa elio sudah meninggal tiga tahun yang lalu.

"Cesar, kau mungkin tak ingat tapi elio sebenarnya sudah...tiada beberapa tahun yang lalu dalam insiden kecelakaan."

Cesar yang mendengar itu langsung terkejut, bagaimana mungkin sahabatnya sudah tiada bahkan ia tak ingat. Ia menjadi merasa bersalah.

"Ba-bagaimana bisa terjadi?"

Bryan menghela napas panjang, akan sulit jika menceritakan kebenaran nya pada cesar tapi mau tak mau ia tetap harus mengatakan nya. Bagaimana pun cesar masih sahabat elio, tentu ia ingin tahu kejadian semuanya.

"Saat itu kau dan elio tengah berada di trotoar depan sebuah hotel. Dan sebuah mobil terus melaju kencang menuju ke arah mu dan kau tak tahu tentang itu karena sedang menelepon, elio yang melihat nya segera menolong mu namun malang nya ia mengalami luka yang parah."

"Dia di larikan ke rumah sakit, memang butuh 24 jam untuk dia sadar dari kritis. Namun tiba-tiba dokter bilang bahwa dia memiliki penyakit kanker yang sudah lama. Dia juga baru mengatakan nya padamu saat itu, dan setelah dua hari kecelakaan tersebut elio di nyatakan wafat. Kematian nya membuat mu merasa bersalah, jadi kau berusaha menjaga cassie untuk membuat mu bisa menebus rasa bersalah mu kepada elio padahal semua itu sudah takdirnya. Kau tak salah cesar."

"A-aku tak mengerti semua ini. Mengapa cassie bisa menjadi kekasih ku di saat aku sudah memiliki istri."

Fakta tersebut membuat cesar bingung namun beberapa ingatan samar-samar terlintas di benak nya.

"Cassie memang menyukai mu sejak lama, dia menyatakan cinta nya pada mu dan kau tak enak jika menolak nya. Kau hanya menganggap cassie seperti adik mu tapi kau malah salah arti tentang hal tersebut. Itu lah yang membuat mu seperti ini."

"Lalu apakah amera tahu tentang semua ini?"

Bryan terkekeh rendah, baru pertama kali nya ia melihat caser terlihat panik seperti sekarang.

"Sayang nya dia tahu, bahkan sebelum kau kecelakaan saja ia sudah menggugat cerai pada mu. Tapi kau tak mau."

"Lalu kenapa dia berpura-pura tidak tahu?" Tanya cesar penasaran, jika amera tahu segala nya bukankah ia harus mengatakan nya pada cesar. Tapi mengapa ia tak mengatakan apapun, bahkan bersikap seolah olah tidak tahu.

"Aku juga tidak tahu, kau harus menanyakan nya sendiri kepada amera. Mungkin kah ia berubah pikiran? I don't know."

Cesar tampak masih memikirkan sesuatu, juga masih keliatan bingung akan situasi yang kini ia hadapi. Bagaimana bisa ia bersikap rendah seperti itu pada amera-istrinya sendiri.

"Jadi apakah kau masih memilih cassie?"

Cesar menarik napas panjang kemudian menghembuskan nya. "Tentu saja tidak, aku sudah memiliki istri jadi untuk apa aku mencari wanita lain lagi. Aku tak ingin menjadi pria brengsek."

Bryan terkekeh mendengar kata brengsek yang cesar ucapkan.

"Kau sudah lebih dulu brengsek dasar bajingan."

"Tapi aku tak ingin seperti itu lagi, istri ku hanya akan satu dan dia hanya amera seorang."

Bryan tersenyum menatap cesar, kini adiknya sudah benar-benar dewasa.

"Apa sekarang kau sudah mulai jatuh cinta pada nya?" Goda bryan terkekeh, sedangkan cesar. Wajahnya memerah padam kemudian memalingkan wajahnya.

"Aku tak tahu apa yang kau maksud kak, tapi aku ini suaminya sudah kewajiban ku untuk bertanggung jawab penuh padanya."

"Kau benar, tapi kau juga harus menyelesaikan hubungan mu dengan cassie dengan baik-baik. Jangan buat gadis itu patah hati akan sikap mu yang brengsek."

"Tentu saja, tapi sebelum itu bisakah kau mengantarkan ku ke makan elio? Aku jadi merasa bersalah pada nya karena dia sudah menolong ku."

"Sudah adik ku, itu semua sudah takdir tuhan. Kau tak perlu merasa bersalah atas kematian nya. Dia sudah bahagia disana."

"Kau benar kakak, dia pasti bahagia disana, bersama tuhan."

his farewell attempt (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang