02. Gaung Kekejian Keluarga Lebah

2 0 0
                                    

Ditengah malam bulan Juni, kesunyian menyelimuti ladang bunga aster saat itu. Semua mahkluk enggan keluar, terkecuali kelelawar. Karena malam hari adalah waktu baginya berburu makanan. Malam sunyi itu tiba-tiba menjadi malam ricuh dikediaman keluarga lebah, salah satu anggota keluarga lebah tiba-tiba sakit parah. Tubuhnya tak dapat digerakkan sama sekali. Hanya suaranya saja terus menerus berteriak dan mengerang kesakitan. Dengan sigap, sang kepala keluarga memindahkan lebah dengan tubuh terkulai itu, memisahkannya dari anggota keluarga lainnya. Lalu kepala keluarga menenangkan seluruh anggota keluarga lebah, dan menyuruh mereka semua untuk kembali bergegas tidur.

Pagi hari pun tiba, anggota keluarga lebah kembali memulai kesibukan mereka seperti pada hari-hari biasanya. Kekacauan tadi malam sudah tak lagi terdengar, kepala keluarga lebah sudah mengurus anggota keluarganya yang sakit dengan baik.

Lili, anggota keluarga lebah muda, baru saja mendapatkan tugas baru hari itu. Biasanya ia hanya menunggu dirumah sambil menjaga para adik bayi larvanya. Namun, mulai hari itu ia mendapatkan tugas penting, yakni mengumpulkan nektar dan melakukan penyerbukan. Tentu saja hatinya bersorak gembira. 'Ini adalah hari pertamanya, ia akan melakukan tugasnya dengan baik' Begitulah kira kira pikiran Lili pagi itu.

Lili pun terbang sambil bersenandung ria diatas hamparan bunga aster mekar dengan beragam warna. Tak lama Lili berhenti disalah satu Bunga Aster mekar berwarna biru cerah. Bunga itu menarik perhatian Lili.

"Selamat pagi Bunga Aster indah nan cantik!" Sapa Lili ramah. Namun, tak ada balasan dari Bunga Aster tersebut. Lili tak ambil pusing, menurutnya hal itu terjadi karena Bunga Aster tak mendengarnya. Akan tetapi, hingga petang pun, semua bunga berprilaku sama seperti Bunga Aster tadi pagi. Semua bunga tersebut bersikap acuh tak acuh kepada Lili. Tentu Lili merasa sedih, karena dibayangannya, hari pertama akan menjadi hari menggembirakan dimana ia dapat bertemu dan berkenalan dengan banyak teman baru.

Pikiran Lili sangat berkecamuk sehingga dengan tak sengaja membawanya menuju ke tengah hutan. Tempat itu tentu tak pernah ia lewati. Karena kebingungan dan lelah, ia memutuskan untuk beristirahat di ranting pohon bunga sepatu. Hanya ada setangkai Bunga Sepatu disana. Lili mencoba peruntungan terakhirnya, ia menyapa Bunga Sepatu tersebut, "Hai Bunga Sepatu indah nan cantik"

"Oh, hai!"

Lili terbelalak, apa Bunga Sepatu ini baru saja membalas sapaannya?, "Apa kau baru saja membalas sapaanku?" Tanya Lili bingung.

Bunga sepatu itu tertawa ramah lalu berkata, "Tentu saja!"

Lili kemudian berputar-putar gembira apakah akhirnya ia akan mendapatkan teman baru? "Apa yang membuatmu begitu gembira? Aku sungguh merasa tersanjung diperlakukan begitu" ujar Bunga Sepatu terkekeh melihat tingkah Lili. Lili pun menceritakan harinya kepada Bunga Sepatu, bagaimana sedihnya ia diperlakukan acuh oleh semua Bunga yang ia temui. Mendengar cerita Lili, Bunga Sepatu tertegun, sepertinya ia tahu alasan para Bunga tersebut. Dengan hati-hati Bunga Sepatu bertanya, "Sungguhkah kau tak tahu alasan mereka?", "Tentu saja tidak" jawab Lili cepat.

Bunga sepatu menghembuskan nafasnya kasar. "Sebenarnya alasan mereka sangatlah konyol. Tersebar rumor bahwa keluargamu adalah keluarga sombong nan keji. Semua hal itu bermula dari kancil. Ia mendengar kalau bahkan lebah terkecil dikeluargamu pun dipekerjakan. Hal tersebut menyebar, bunga-bunga itu pasti beralasan bahwa mereka tak mau terlibat dengan makhluk keji. Tapi menurutku semua itu hanyalah omong kosong mereka. Jangan terlalu kau pikirkan."

Lili terdiam mendengar penjelasan Bunga Sepatu. Tentu saja semua rumor itu tak benar adanya. Mereka saling melakukan tugas masing-masing dengan satu tujuan, yakni kebahagian seluruh anggota keluarga tanpa kecuali. Tak ada satupun anggota keluarga lebah yang keberatan. Pikiran buruk tentang keluarganya tentulah membuat Lili bersedih.

"Aku harus menjelaskan semuanya pada mereka!" Ucap Lili sambil siap-siap untuk beranjak pergi dari tempatnya.

"Sungguh? Kepada semua Bunga itu? Tahukah kamu bahwa rumor itu sudah seperti gaung hebat hingga terdengar jauh ke tengah hutan disana?" Perkataan Bunga Sepatu membuat langkah Lili terhenti. Lili sangat frustasi hingga rasanya ia ingin menitikkan air mata.

"Lalu apa aku bisa melakukan sesuatu untuk memperbaiki segalanya?" Suara Lili kini sudah mulai bergetar. Bunga Sepatu sangat iba kepada Lili.

"Lanjutkan saja hidupmu, buatlah kebahagiaanmu sendiri. Percuma menjelaskan segalanya, kakak-kakakmu sudah pernah melakukannya. Namun bukannya reda, rumor malah kembali beredar semakin liar. Jangan habiskan energimu untuk mereka, mereka menikmati semua drama dari setiap pergerakan orang lain, lalu melupakannya ketika muncul drama baru. Jangan buat dirimu terpuruk karenanya, lebah muda" kali ini Bunga Sepatu sebisa mungkin merancang kalimatnya dengan lebih berhati-hati agar Lili dapat menangkap maksud dari perkataannya.

Mendengar perkataan Bunga Sepatu, Lili semakin terisak. Entah mengapa ia merasa bisa mempercayakan ceritanya kepada Bunga Sepatu. Setelah beberapa menit dihabiskan dengan cerita tentang rumor itu, menit-menit berikutnya mereka habiskan dengan perkenalan ulang dan perbincangan hangat serta canda gurau. Hingga Lili tersadar bahwa matahari sudah mulai terbenam. Lili pun berpamitan kepada Bunga Sepatu, dan berjanji akan datang esok harinya.

Pada keesokannya, Lili kembali menghampiri Bunga Sepatu. Namun kali ini dengan wajah  murung. Bunga Sepatu langsung mengetahui masalah Lili. "Aku turut berduka atas kepergian anggota keluargamu, Lili" Ya, anggota keluarga lebah kemarin tak dapat diselamatkan. Itu bukan satu-satunya alasan Lili bersedih, rumor jahat tentang betapa keji keluarganya kembali terdengar. Kali ini keluarganya dikatakan kejam karena membungkus mayat anggota keluarganya itu dengan struktur lilin. Tanpa diceritakan pun Bunga Sepatu tahu tentang kembali menyebarnya rumor tersebut. Namun, Bunga Sepatu ingin membuat pengakuan lain kepada Lili.

"Lili, jika perhitunganku tak salah, besok adalah waktuku untuk kembali kuncup. Karena seperti yang kau lihat, dahanku sudah mulai membusuk"

Bak disambar petir di siang hari, perkataan Bunga Sepatu mencabik hati Lili yang sedang bersedih, seketika tanpa malu Lili menangis "Lalu bagaimana denganku? Kaulah temanku satu satunya, aku tidak ingin kehilangan teman"

"Bagaimanapun, ini akan terjadi Lili. Esok pergilah berjalan menyusuri sungai diujung hutan ini, nanti kau akan melihat perahu kecil terparkir dibawah pohon cemara. Di pohon itulah kau dapat bertemu dengan Burung Hantu yang bijak. Bertemanlah dengannya, dia sangat baik dan berilmu. Disamping itu pasti dia sangat senang mendapatimu menjadi temannya."

"Tidak! Adakah cara untuk membuat dahanmu kembali kuat? Aku akan melakukan apapun!"

Bunga sepatu tersenyum, senyuman untuk menutupi kesedihannya. "Lili, kau tak perlu melakukan apapun, kau tak akan bisa. Bukan meremehkan kemampuanmu, tapi memang ini sudah waktuku telah tiba. Aku sudah ikhlas, kau pun juga harus begitu"

Kesedihan menyelimuti dua sahabat itu. Meski baru bertemu kemarin, persahabatan mereka sudah terasa nyata. Saat itulah mereka berjanji untuk saling mengingat satu sama lain. Lili juga belajar banyak dari Bunga Sepatu, Lili juga mulai mengerti maksud setiap perkataan Bunga Sepatu. Kini ia sudah mulai berdamai dengan segala rumor buruk tentang keluarganya.

Dibagian hutan lainnya, para hewan sedang heboh membicarakan tentang kematian anggota lebah. Mereka bergidik ngeri mendengar cara para lebah memperlakukan mayat anggota keluarganya. Kehebohan itu terdengar oleh Burung Hantu. Para hewan itu berkumpul tepat dibawah rumahnya. Karena tak ingin mendengar keributan itu lagi, mau tak mau Burung Hantu keluar dari rumahnya.

"Hei bisakah kalian berhenti mengurusi urusan orang lain? Tentu saja cara berduka setiap orang berbeda. Dan tahukah kalian? Mayat lebah itu dibungkus dengan struktur lilin agar bakteri saat mayatnya terurai tidak menyebar dan menyebabkan penyakit bagi makhluk lain. Jika perut kalian berbunyi, cobalah sesekali isi dengan membaca buku. Siapa tahu tubuhmu lapar akan ilmu pengetahuan. Karena makan terlalu banyak akan membuat kosong mulutmu saja" Setelah mengatakan itu Burung Hantu kembali merasa puas lalu masuk ke rumahnya. Sementara hewan-hewan lain merasa malu kepada diri mereka sendiri. Dengan sendirinya mereka bubar dengan perasaan bersalah.

Kidung Rimba: Lantunan Kisah Tak Terukir Para Fauna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang