Ronan baru saja pulang dari perjalanan kerjanya selama tiga hari, tampak lelah dan dingin seperti biasanya. Salsa, yang sudah menyiapkan makan malam, mencoba menjalankannya sebagai istri.
“Mas, makan dulu, aku sudah siapin makanannya,” ucap Salsa dengan suara lembut, meski dia tahu jawabannya mungkin tidak akan baik.
Ronan memandangnya sebentar dengan memunculkan sinis, lalu tanpa mengucapkan kata pun, ia mengambil sebuah piring dari meja makan. Salsa menatap dengan harapan kecil, berharap Ronan akan mulai menunjukkan sedikit perhatian. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.
Prangg!!!
Ronan melempar piring itu ke lantai, pecahan piring berserakan di mana-mana. Salsa kaget, kaget dan tak bisa berkata apa-apa.
"Gue udah bilang, gue gak butuh semua ini. Gue bisa makan di luar!" ucap Ronan dingin dengan nada marah.
Salsa hanya terdiam, matanya mulai memanas, tapi ia menahan agar air matanya tidak jatuh. Ia memandang pecahan piring di lantai, lalu berjongkok perlahan untuk membersihkannya tanpa mengucapkan satu kata pun.
Ronan menatap sekilas, sebelum akhirnya melangkah dari ruang makan tanpa menengok kembali. Salsa terus membersihkan pecahannya dengan tangan gemetar, mencoba menenangkan diri.
"Aku cuma ingin melakukan yang terbaik...kenapa semua jadi seperti ini?" gumamnya dalam hati, terasa sesak. Tapi dia tahu, melawan atau membantah Ronan hanya akan memperbesar keadaan.
Setelah selesai membersihkan lantai, Salsa duduk sejenak, mencoba mengatur napasnya yang berat. Semua terasa seperti beban yang semakin lama semakin sulit ia tanggung. Namun, dalam hati kecilnya, ia tetap berharap, suatu hari nanti Ronan akan berubah.
Salsa kembali ke kamar di lantai satu setelah membersihkan pecahan piring di ruang makan. Tubuhnya terasa lelah, namun pikirannya lebih lelah lagi. Ia mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat, berharap menemukan ketenangan di tengah ketidaknyamanan hidup yang ia alami.
Usai berdoa, Salsa berdoa dalam diam, memohon kekuatan agar ia bisa bertahan menghadapi semua ini. Setelah itu, ia berbaring di tempat tidur yang sederhana, tanpa AC dan hanya dilengkapi kipas angin yang berputar pelan. Udara panas membuatnya sulit tidur, dan banyaknya nyamuk membuatnya harus terus mengibas-ngibas. Setiap kali ia hampir terlelap, gigitan nyamuk atau suara berdengung membuatnya terbangun lagi.
“Ya Allah, berikan aku kekuatan…” bisiknya dalam hati, mencoba menahan air mata yang sudah hampir jatuh.
Akhirnya, Salsa berhasil memejamkan mata meski tidur yang ia rasakan jauh dari nyenyak. Malam itu terasa panjang, dan beban hidup yang ia rasakan semakin menekan batinnya. Namun, di tengah semua kesulitan ini, Salsa bertekad untuk tetap kuat dan sabar, meski ia belum tahu kapan semuanya akan berubah.

KAMU SEDANG MEMBACA
beRSampingan selamanya
Fanfiction"salsa hanya ingin bersampingan selalu sama mas ronan, menemani serta mengurus mas ronan sampai akhir hayat salsa" - salsa azahra