X MEI
Semenjak kejadian dimana Yauga datang ke rumahnya, Karya jadi uring-uringan. Sumpah, ya. Padahal pintu rumahnya sehat wal'afiat. Tapi kenapa ia harus resah begini?
Apalagi Mahesa, bocah itu mendadak ngotot ingin ke rumah Yauga setelah pulang sekolah keeesokan harinya.
Awalnya Karya menolak dengan dalih mereka pasti akan bertemu di tempat kerja. Namun dugaannya patah ketika Yauga tak kunjung datang bahkan disaat malam mulai merayap di sepanjang nabastala.
"Rumahnya kenapa horor banget?"
"Ssstt! Mulutnya dijaga!"
Beginilah akhirnya. Mereka berdua mendatangi rumah Yauga-yang seperti kata Mahesa, ini rumah kek habis dipakai buat syuting film horor, bor! Dimulai dari lumut hijau yang bercecer di beberapa bagian dinding, lalu dedaunan liar yang melambat di sini dan sana.
Oh goshhh.
Bulu kuduk Mahesa goyang dumang!
"Diketuk pintunya coba, Sa. Saya susah nih bawa buah-buahan."
"Nggak mau, Buya. Nanti kalau aku dicomot kek Jarjit gimana?"
"Ini real life, teman. Bukan dunia fiksi bertajuk 'Upin & Ipin'. Cepetan, gih. Atau kamu tek tinggal?"
Mahesa diam-diam mengiyakan.
Tapi... kalau tiba-tiba ia menghilang bagaimana? Nanti Buya-nya sendirian, dong?
"Cepetan!"
Mahesa tarik ulur nafas sebentar. Maka, bersama keberanian sebesar ujung kuku jari, ia angkat tangannya dan-
BRAKKKKK
"BUYAAAAAA!"
"Sakit, kambingkk!!!"
Sama-sama bego ya begitu. Pintunya roboh. Benar-benar roboh sampai seisi rumah kelihatan semua-termasuk Yauga di pojok ruangan sana yang nampak tengah berkacak pinggang.
"Hehehehehehe, assalamualaikum!"
"Buya salam ke siapa?"
Karya lekas menolehkan kepala, "Mas Yo, lah. Itu dia di-kok ilang?!"
"Mana ada Mas Yo?"
"T-tadi d-dia-
Karya jadi gagap. Sumpah demi buntelan kepala kulfi, tadi dia lihat Yauga di dalam sana!
Pakai baju ala-ala profesor dan rambut ambruladul selayak orang tak tidur selama beberapa hari. Masa bisa hilang secepat itu?! Mas Yo ini alien apa gimana?! Batin Karya tersedu-sedu.
"Pulang yuk, Buya. Hehe, aku nggak mau mati muda, nih." Mahesa terkekeh meski raut mukanya tampak terpencet. Bukan Mas Yo yang Mahesa lihat, melainkan sepasang manik jelaga yang menatapnya dari balik jendela. Sekilas memang, tapi tetep bae! Merinding a**ir!
"O-oke? Y-yaudah, deh. K-kita p-pulang aja."
Mahesa maupun Karya segera berbalik. Yang muda menggandeng tangan yang tua sembari melangkah menyusuri halaman megah tak terawat itu untuk menuju pintu utama. Bahkan mulut Mahesa ikut komat-kamit baca ayat kursi.
Tapi..
"Mau kemana?"
"BUYAAAAAA! Aku nggak mau mati hiks.. abang.. aku mau ketemu abang sama Kakek.. hiks."
Karya segera menggebuk kepala kecil itu dengan tak pelan. "Suara kamu tuh kayak tikus kecempit! Sakit telinga saya tau!"
"Alay."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilusi Tonggak Nabastala
RandomPercaya atau tidak, dia sudah terlalu lama menetap.