XX MEI
"Hewan apa yang deket sama teman-temannya?"
"A crab."
"Sabun, sabun apa yang paling genit?"
"Sabun colek."
"Uang 100 ribu kalau dilempar jadi apa?"
"Jadi rebutan, lah."
"Gajah apa yang paling baik hati?"
"Gajahat."
"Kenapa air mata warnanya bening."
"Kalau cokelat namanya air comberan."
"Siapa pemain bola yang beratnya 3 kg?"
"Bambang tabung gas."
"Hewan apa yang kalau diinjek nggak marah?"
"Kera mik."
"Huruf apa yang paling kedinginan?"
"Huruf B, karena berada di tengah-tengah AC."
"Apa yang kalau dipotong malah makin tinggi?"
"Celana."
"Kenapa burung terbang ke selatan waktu musim dingin?"
"Karena kalau jalan, kejauhan."
"Kenapa air laut rasanya asin?"
"Karena ikan-ikannya pada berkeringat."
"Buah apa yang penampilannya tidak segar?"
"Buah alpucat."
"Gendang apa yang tidak bisa dipukul?"
"Gendang telinga."
Bisakah Martha berkata kalau Anggar sangat menyebalkan? Bisa-bisanya jokes receh yang ia tutur di genk sebelah dapat dijawab dengan sebegitu mudahnya! Mana nggak ketawa pula. 'Kan kesannya jadi tambah garing kayak sale pisang.
Malah Bi Antari yang kikikkikik tuh di pojok.
Syukur alhamdulillah, Anggar sudah sadar. Bi Antari lihat wajah Anggar juga tidak pucat-pucat amat seperti kemarin lusa. Ahh... terimakasih kepada Tuhan yang telah mengirimkan bantuan-Nya lewat manusia waktu itu. Terimakasih banyak..
Bi Antari meringis. Ia menatap bergantian antara Nagen dan Anggar yang sama-sama terbaring lemah. Bedanya, Anggar tidur dengan bangsal orang biasa, sedangkan Nagen, mungkin bisa disebut juga dengan bangsalnya orang luar biasa.
Artama dan Krystal sedang di perjalanan menuju Indonesia. Mereka berdua langsung cus meluncur pulang ketika mendengar kabar Nagen drop karena penyakitnya.
Bukankah perbedaannya sangat kentara?
Ceklek!
Atensi Bi Antari teralih ke arah pintu utama. Di sana—di ambang pintu, terlihat seorang pemuda manik rubah yang tengah memandanginya tanpa ekspresi.
Ia berjalan mendekat. "Kalau Anggar udah sadar, tolong kasih dia obat ini, ya. Dosis dan aturan minumnya ada di sini semua. Terus buat yang nggak ada keterangannya, kasih ke Nagen aja." Ujarnya seraya memberikan sekeresek plastik berwarna hitam yang berisi obat-obatan.
"Kamu siap—
—nggak usah tanya siapa. Nggak penting. Yang penting, Anggar sembuh. Itu aja. Permisi."
Bi Antari hendak mengejarnya. Namun yang tak disangka, pemuda itu menghilang beribu kali lebih cepat dari kilatan cahaya.
"Astagfirullahal'adzim, siang-siang begini ada hantu? Astagfirullahal'adzim, oh my goshhh! I don't believe ma ey—!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilusi Tonggak Nabastala
RandomPercaya atau tidak, dia sudah terlalu lama menetap.