Kisah Cheon Ma

Bab 38

Empat hari kemudian,

Di hutan lebat tidak jauh dari perkebunan Yeon Mok Sword Manor,

Seorang lelaki mengenakan topi bambu dan menenteng ransel berisi buku-buku tua dan perkakas, berpakaian jubah Tao biru tua dengan simbol yin-yang, tengah berjalan ke suatu tempat, memegang segel tangan teknik pedang di satu tangan dan jimat bertuliskan karakter “追” (mengejar) di tangan lainnya.

Lelaki itu terus menerus melantunkan mantra.

“.追…..追……..追…..追….…”

Inilah Mantra Harmoni.

Itu adalah jenis Teknik Pemanggilan Harmoni yang digunakan untuk menemui seseorang yang tidak diketahui keberadaannya, dan dia telah mencari di sekitar sambil menggunakan teknik ini selama dua atau tiga hari berturut-turut.

Biasanya, dia akan cepat menemukan seseorang dengan teknik ini.

Namun,

'Itu tersembunyi.'

Suatu energi yang sangat kuat dan tidak menyenangkan tengah mengaburkannya.

Ini bukan kasus orang hilang atau terbunuh dengan cara biasa.

Kekuatan roh jahat atau teknik terlibat.

'Siapakah orangnya?'

Sak dianggap sebagai peramal tingkat ketiga di Paviliun Roh Hantu.

Terlebih lagi, karena dia mengendalikan entitas Imaemangnyang Guyeo sebagai pelayan rohnya, dia memiliki kemampuan untuk mengusir hantu sendirian hingga ke tingkat Roh Kuning.

Namun, kekalahannya seperti ini sungguh tidak dapat dimengerti.

[Apa? Bagaimana itu bisa terjadi?]

[Ini adalah surat yang dikirim oleh istri kepala Istana Pedang Yeon Mok. Bacalah.]

Surat itu berisi protes yang bersifat ancaman.

Dinyatakan bahwa jika mereka tidak menyerahkan denda tiga ribu koin perak dan Sak, mereka akan memusnahkan Paviliun Roh Hantu.

Bila isi surat itu benar, wajar saja bila istri kepala suku marah, tetapi mustahil Sak melakukan tindakan seperti itu.

[Pasti ada sesuatu yang lebih dari itu. Temukan dia dan ungkapkan kebenarannya.]

Jadi dia telah melakukan hal itu siang dan malam tanpa istirahat.

Dia harus menemukannya dengan cepat sebelum Yeon Mok Sword Manor bergerak.

Pada saat itu, ketika dia kembali fokus pada tekniknya,

-Gemetar gemetar!

Jimat “追” (pengejaran) yang dipegang di tangan kirinya bergetar hebat.

'Di dekat sini.'

Dengan itu, lelaki itu memegang jimat itu dengan kedua tangan dan membacakan mantra.

“… Sialan!”

Begitu mantra itu berakhir,

Karakter-karakter yang bergetar pada jimat itu menjadi gelap dan melayang di udara dengan sendirinya, terbang entah ke mana.

- Tutup tutup!

Pria itu mengikuti jimat terbang.

Akhirnya, jimat itu membengkok ke bawah di suatu tempat.

Tersembunyi di balik semak-semak lebat, dan ketika ia melewatinya, tampaklah sebuah tebing yang cukup curam.

Itu adalah tempat di mana seseorang dapat dengan mudah terjatuh dan meninggal jika mereka salah melangkah.