Suara hentakan peluru terus terdengar dari dalam ruangan kotak di mana banyak terlihat deretan senjata api dari berbagai type.
Papan target pun tak henti-henti berlubang terkena satu butir timah panas.
Arumi dengan rambut terkuncir sedikit berantakan dan lengan kemeja yang dia lipat hingga siku.
Tanpa mengenakan pelindung mata dan telinga, terus membidik papan target penuh dengan emosi.
Peluh yang tergambar dari wajahnya seolah tertutupi dengan emosi yang berkecamuk sejak pertemuannya dengan Nadia tadi sore.
Arumi bahkan mengabaikan panggilan telepon dari Elang sejak satu jam lalu.
Suara tembakan yang dilepaskan oleh Arumi seperti ingin meluapkan kemarahannya.
Puluhan peluru telah berhasil dia keluarkan dari sarangnya tanpa jeda.
Bahkan salah satu rekannya yang sejak tadi memperhatikan Arumi cukup tercengang dengan tembakan yang Arumi muntahkan.
"Nesh, lo lagi kesurupan?" tanyanya pada Arumi.
"Mana mungkin gue kesurupan, kalau gue setannya," jawab Arumi tanpa menoleh sedikit pun.
Rekannya itu membalas dengan tawa terbahak.
"Iya juga sih, ya udah buruan lo selesein tembakan lo terus angkat tuh telepon dari My Eagle. Dari tadi ada ampe jutaan kali," kelakar si rekan berlebihan.
Arumi langsung menengok ke samping. Dia melihat rekannya yang seorang laki-laki berwajah khas Indonesia timur.
"Lo ngintip?" Mata Arumi memicing.
"Lo naroh hp asal geletak aja," jawab laki-laki tersebut.
Sedikit melempar, Arumi menjatuhkan pistol yang sejak tadi dia mainkan begitu saja tanpa beban sedikit pun.
Kemudian dia berjalan ke belakang, mengambil ponsel yang dia letakkan di samping tas kecil miliknya.
Setelah melihat jumlah panggilan yang cukup banyak serta isi chat yang dikirim oleh Elang, seketika membuat wajah Arumi pucat pasi.
Buru-buru dia menghubungi Elang balik sebelum meletus perang dunia ke-3.
Akan tetapi, Elang langsung menolak panggilan tersebut dan menggantinya dengan panggilan video.
Cepat-cepat Arumi menekan tombol jawab dan tanpa hitungan menit, wajah Elang sudah terlihat begitu beringas.
"Ke mana aja?"
Arumi membalas dengan satu cengiran lebar dan lambaian tangan.
"Itu, ngga dari mana-mana."
"Ke mana Arumi?" Kali ini suara Elang terdengar penuh penekanan.
"Abis ketemu sama tante Nadia, kan?"
"Terus mana rekamannya? Kenapa ngga dikirim?"
Tiba-tiba terdengar suara tembakan berulang yang berasal dari teman Arumi tadi dan membuat Elang terdiam waspada.
Mata Arumi langsung teralihkan ke depan. Semakin mengundang kecurigaan Elang.
"Kamu di mana?" Raut wajah Elang berubah penuh selidik.
"Coba kamera belakang."
Elang langsung memerintahkan Arumi untuk memutar kameranya agar dia bisa melihat lebih luas.
"Lagi di kantor. Tempat latihan nembak," jawab Arumi sembari mengarahkan kameranya ke sudut ruangan.
"Terus kamu berdua doang?" Suara Elang mulai memperlihatkan ketidak sukaan saat mendapati satu orang laki-laki berdiri memunggungi Arumi tengah membidik target.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG
RomanceElang Putra Dirgantara Anak dari Satria Putra Caraka (SPECIAL FORCES & KETUA BEM) Konflik antara Indonesia dengan negara tetangga kembali pecah. Perebutan wilayah kembali dilakukan oleh pihak negara tersebut yang ingin mengklaim bahwa pulau Natuna...