14. Wawancara Kerja

368 70 18
                                    

Dengan cermat, Arumi terus membaca profil mengenai PT. Ronseri Textile.

Sebuah pabrik besar yang bergerak di bidang produksi pakaian jadi, kain, serta perlengkapan rumah tangga lain.

Mata Arumi masih meneliti dengan seksama.

"Nama pemiliknya Richard Kevin. Usia 37 tahun. Dia menggantikan ayahnya yang sakit-sakitan. Belum menikah." Arumi menyebutkan biografi dari CEO PT. Ronseri Textile.

Pabrik yang menjadi perusahaan tempat warga di sini bekerja.

Sementara Arumi mengamati layar laptop, Elang justru terlihat waspada memperhatikan Arumi di sebelahnya.

"Mas, kayaknya perusahaan ini ada hubungannya sama jaringan ilegal di wilayah sini," tutur Arumi menoleh sebentar ke Elang.

Elang menggeleng. "Ngga pakai, Rum. Kamu jangan macem-macem ya. Biar aku yang kerja sekalian nyelidikin di sana. Kamu selidikin di sini aja."

"Mas tapi kalau posisi aku bisa lebih dekat sama orang ini, informasi yang kita dapet bisa jauh lebih akurat," cetus Arumi.

"Kamu mau deketin dia? Kamu mau narik perhatian dia?" tuding Elang mulai panas.

"Aku aja, Rum. Aku yang gali informasi di sana. Kamu gali informasi di sini. Mencari informasi di 2 tempat, jauh lebih cepat hasilnya." Elang berdiri meninggalkan Arumi dengan rasa kesal.

"Mas, tapi cowok lebih bisa luluh dengan cewek." Arumi berhasil menahan langkah Elang.

Laki-laki itu berbalik dengan tatapan membunuh.

"Maksudnya kamu mau pacarin dia? Kamu mau gali informasi dengan deketin dia?" Suara yang keluar dari mulut Elang terdengar berat dan pelan.

"Kamu mau pacarin dia di depan pacar kamu sendiri?" Elang menunjuk dirinya.

"Kamu mau selingkuh terang-terangan di depan aku?"

Arumi mendengkus keras.

"Bukan gitu, Mas," sanggah Arumi.

"Terus apa maksud dari kata-kata kamu, cowok lebih bisa luluh sama cewek?" Elang mencecar Arumi dari ucapan sebelumnya.

"Maksudnya gini loh. Kita harus bisa diterima di lingkungan mereka. Kita harus bisa ambil hati dan kepercayaan mereka.

"Kalau aku jadi asisten Richard, otomatis aku bisa lebih cepet menarik kepercayaan dia. Dapetin kepercayaan Richard, semua informasi akan mengalir dengan sendirinya."

Elang duduk di atas kursi makan tapi matanya mengarah pada Arumi yang masih lesehan di lantai.

"Kenapa kamu bisa yakin banget kalau kegiatan di sini berpusat di kantor itu?" selidik Elang.

"Analisa aku ngga mungkin salah, Mas. Aku bisa pastiin itu. Semua kuncinya ada di Richard Kevin. Dia motornya. Dia penggeraknya," tegas Arumi.

Elang nampak berpikir keras. Dia melihat Arumi begitu yakin dan percaya kalau analisa yang dia berikan adalah benar dan tidak akan salah.

"Tapi kamu harus janji, kalau dia macem-macem --"

"Tendang aset berharganya," potong Arumi memutus ucapan Elang yang belum selesai.

Arumi nampak tersenyum lebar dan berbanding terbalik dengan Elang yang justru merengut kesal.

"Kamu ngapain harus sekolah intel sih, Rum?" celetuk Elang dengan intonasi dongkol.

"Karena aku suka main petak umpet," jawab Arumi enteng.

"Ngga ada hubungannya." Elang beranjak dari tempatnya duduk dan mengarah masuk ke kamar tidur.

ELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang