11. Tetangga Baru

513 72 14
                                    

Ramai-ramai pasang mata kini tengah memusatkan pandangannya pada 2 buah kendaraan yang baru saja datang ke wilayah komplek perumahan mereka.

Bisik-bisik omongan mempertanyakan perihal pendatang yang siang ini akan menjadi tetangga baru mereka.

Satu buah truck engkel bermuatan barang-barang khas orang pindahan dengan satu mobil minibus, telah berhenti di depan sebuah rumah type 45 yang berada di paling tengah.

Beberapa pria berbadan besar turun dari atas truck dan dari dalam minibus.

Mereka bersiap menurunkan barang-barang seperti kasur, lemari pakaian, lemari kulkas dari atas truck. Disusul dengan sepasang manusia turun dari dalam minibus juga.

Dia adalah Elang dan Arumi yang sudah siap menjalankan peran mereka dengan membaur di masyarakat sekitar.

Elang memakai jaket denim warna abu-abu dengan kaos ketat warna putih serta celana jeans belel. Untuk menambah pesona penampilan, tidak lupa Elang mengenakan topi di kepalanya.

Sementara Arumi, memakai kaos kebesaran. Serta celana jeans yang juga memiliki ukuran lebih besar. Dipadukan dengan sepatu kets putih, penampilan Arumi cukup memukau ditambah rambut panjangnya yang tergerai.

Keduanya nampak begitu santai dalam berpenampilan.

Elang dan Arumi terlihat mulai menyapa ramah beberapa tetangga yang sejak tadi memperhatikan kedatangan mereka.

"Pindahan dari mana, Bang?" tanya salah satu laki-laki muda hanya memakai singlet oblong kepada Elang.

"Dari Tangerang, Bang. Haikal," jawab Elang bersalaman diikuti dengan Arumi.

"Dia?" Laki-laki itu menunjuk ke Arumi dengan nada pertanyaan.

Elang menurunkan pandangan dan memperkenalkan Arumi.

"Dia adik saya, Bang. Namanya Ririn. Kami kakak adik," jelas Elang agar tidak mengundang pertanyaan mencurigakan.

Laki-laki itu pun mengangguk dan meneliti penampilan Arumi dari atas hingga bawah.

Sementara, para pekerja yang membawa turun barang-barang pindahan sudah berlalu lalang keluar masuk rumah bergantian.

Elang nampak asik berbincang dengan tetangga barunya, sedangkan Arumi sibuk mengatur tata letak barang di dalam rumah.

Sesekali Arumi bergumam kesal melihat Elang justru santai mengobrol dan dirinya direpotkan dengan urusan penataan.

"Aktingnya menghayati banget ya," gerutu Arumi menatap dongkol Elang.

Kemudian, dia pun berjalan menghampiri Elang.

"Mas," panggil Arumi dari depan pintu dengan nada sedikit meninggi.

Namun, Elang masih belum sadar kalau Arumi sedang memanggil dirinya.

Dia tetap saja mengobrol.

"Mas." Panggilan kedua dan lagi-lagi Elang belum menyadari panggilan Mas itu ditujukan Arumi untuknya.

Akhirnya dengan terpaksa, Arumi menghampiri Elang lalu menggoyangkan pergelangan tangan Elang sembari memanggil merajuk.

"Mas ...."

"Mas, aku panggilin dari tadi ih."

Spontan Elang terdiam sejenak dengan mata membulat besar, diikuti dengan kedipan berulang-ulang.

"Mas Haikal." Arumi dengan suara merengek.

Tatapan Elang seketika menoleh melihat Arumi dengan ekspresi cengok.

"I-iya." Elang mendadak jadi gagap akibat panggilan Mas yang dilayangkan Arumi kepadanya.

"Itu yang bantuin kita nurunin barang, belum dikasih minum loh. Beliin minum dong, Mas," ujar Arumi manja.

ELANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang