Setiap hari, Sing merasa seolah hidupnya dipenuhi dengan drama yang tak ada habisnya. Melihat kedua orang tuanya bertengkar kembali sudah menjadi makanan sehari-hari baginya, dan kini, ia sudah mulai muak. Dengan langkah berat, ia melewati orang tuanya yang sedang terlibat dalam perdebatan sengit, tanpa ingin mendengarkan lagi. Sing bergegas menuju kamarnya, merasakan beban emosional yang semakin berat."Aku hanya ingin mereka akur," bisiknya pelan, menahan air mata. "Sedikit perhatian saja, itu sudah cukup."
Namun, kenyataannya sangat berbeda. Mereka terlalu sibuk dengan masalah mereka sendiri, mengabaikan keberadaan Sing yang merindukan kasih sayang. Kelelahan dan rasa sakit di hatinya membuatnya tertidur, hingga tanpa sadar ia melewatkan makan malam yang seharusnya menjadi waktu berkualitas bersama keluarga.
Keesokan harinya, Sing berusaha untuk melupakan masalah di rumah dan berkonsentrasi di sekolah. Di kantin, ia duduk bersama sahabat-sahabatnya, Davin dan Beomsu, menikmati makanan yang sederhana namun hangat. Tawa dan canda mengisi suasana, meskipun hatinya masih terasa hampa.
Namun, momen tenang itu tiba-tiba terganggu. Ketika sedang menikmati bakso, kuah panas tiba-tiba mengenai bajunya, membuatnya terkejut. "Apa yang kau lakukan?!" teriak Beomsu pada pemuda yang kini bergetar memegang mangkuk bakso itu.
"Kau melukai sahabatku, sialan!" Davin ikut berteriak, tidak kalah marah.
Sing hanya diam, merasa lelah dengan semua drama yang terjadi. Ia tidak ingin terlibat dalam pertikaian yang tidak ada habisnya. Dengan rasa sabar yang semakin menipis, ia hanya menatap bajunya yang kotor, merasa seolah semua ini adalah takdir yang mengerikan.
Di sudut ruangan, Leo yang menyaksikan semua kejadian itu tersenyum tipis. Ia tahu bahwa rencananya berhasil. Dengan sengaja, ia mengulurkan kakinya untuk membuat pemuda itu tersandung, sehingga kuah bakso menempel di tubuh Sing. Namun, senyumnya mendadak menghilang saat seseorang membisikinya.
"Sekarang kau tampak senang, tapi nanti tak akan kubiarkan kau menyakiti dia," bisik Zayyan sambil berjalan mendekati Sing. Zayyan memiliki cara yang tenang namun tegas saat menghadapi Leo.
Leo merasakan ketegangan di udara, tetapi ia hanya tersenyum sinis. "Oh, jangan terlalu berlebihan . Ini hanya sebuah kecelakaan."
Zayyan menatap Leo dengan tajam. "Kau tahu ini bukan hanya soal kecelakaan. aku tau apa maksudmu ."
Dari awal zayyan sudah mengetahui kalau Leo berasal dari Dunia hitam yang artinya misinya pasti membuat sing menderita, beberapa hari yang lalu hyunsik sempat memberitahu zayyan untuk berhati hati karena di dunia manusia akan datang seseorang dari dunia hitam yang bertentangan dengan misinya.
Sing, yang masih duduk dengan ekspresi lelah di wajahnya, merasa ada sesuatu yang berbeda di antara mereka. Dengan langkah mantap, Zayyan menghampiri Sing memintanya untuk berganti pakaian. "Ayo, Sing. Kau perlu membersihkan bajumu."
Sing menggeleng lemah. "Tidak apa-apa. Ini hanya baju."
"Tapi kau tidak pantas diperlakukan seperti ini," balas Zayyan, berusaha meyakinkan Sing.
Dengan paksaan Zayyan, Sing akhirnya memutuskan untuk pergi ke ruang ganti dan mengganti bajunya. Dia merasa nyaman dengan kehadiran Zayyan yang selalu siap membelanya. Di dalam ruang ganti, Sing merenung tentang semua yang terjadi. Mengapa ia selalu terjebak dalam situasi yang tidak adil?
Setelah insiden di kantin, Zayyan merenung di sudut taman sekolah. Kejadian itu membuatnya berpikir bahwa misinya untuk menyatukan keluarga Sing akan sedikit terhambat oleh kehadiran Leo, pemuda dari dunia hitam yang kini kembali muncul dalam hidupnya. Rasa khawatir menggelayuti hatinya. Ia takut bahwa hal-hal buruk akan terjadi pada Sing jika Leo terus hadir.
KAMU SEDANG MEMBACA
different world ( xodiac sing zayyan )
FantasyDi tengah jagat raya yang terpisah oleh tirai tak terlihat, terdapat tiga dunia yang saling berinteraksi dengan cara yang sangat berbeda: Dunia Manusia, Dunia Putih yang penuh dengan keajaiban dan kebaikan, serta Dunia Hitam yang diliputi oleh kegel...