12

95 13 4
                                    

Maaf jika typo bertebaran 🙏

-

-

-

Matahari sudah mulai menampakkan sinarnya, menggulirkan kehangatan lembut yang menyelimuti setiap sudut Mension Zayyan. Sing, pemuda tampan dengan rambut hitam legam dan mata tajam, perlahan membuka matanya. Ia merasa aneh terakhir kali ia tertidur di rerumputan, ditemani Zayyan . Namun kini, ia terbangun di dalam kamar tamu yang nyaman, dengan dinding berwarna hangat dan aroma kopi yang menggoda dari bawah.

"Apakah Zayyan yang memindahkanku?" pikirnya sambil menggosok-gosok matanya. Ia merasa berat, seolah ada sesuatu yang mengikat tubuhnya. "Mana mungkin Zayyan bisa mengangkatku? Tubuhnya jauh lebih kecil dari milikku."

Rasa penasaran itu menggelora dalam benaknya, namun ia segera mengusirnya dan bangkit dari tempat tidur. Setelah membersihkan diri dan menata rambutnya, Sing melangkah turun ke lantai bawah. Suara dentingan sendok yang beradu dengan cangkir kopi memanggilnya mendekat.

Dan benar, di meja makan yang sederhana namun elegan, Zayyan sedang menikmati kopi dengan ekspresi puas. "Kau sudah bangun, Sing?" sapa Zayyan, senyumnya mengembang. "Tampaknya tidurmu nyenyak sekali sampai kau tak mendengar panggilan ku tadi."

"Maafkan aku, Zayyan. Aku benar-benar tak mendengar mu tadi," jawab Sing dengan nada penuh penyesalan. Ia mengambil kursi dan duduk di hadapan Zayyan, mencuri pandang pada cangkir kopi yang beruap.

"Tak apa," balas Zayyan sambil menuangkan sedikit kopi ke dalam cangkir Sing. "Ayo makanlah. Hari ini aku akan mengantarmu pulang."

Sing mengangguk, matanya menatap piring berisi nasi goreng yang dihidangkan dengan telur mata sapi di atasnya. Aromanya menggugah selera. Dengan lahap, ia mulai menyantap makanannya, merasakan kombinasi rasa yang mendamaikan. Dalam keheningan pagi itu, hanya suara sendok dan tawa kecil Zayyan yang mengisi ruangan.

Selesai makan, Sing menatap Zayyan, ingin tahu lebih banyak tentang kejadian semalam. "Zayyan, bagaimana aku bisa sampai di sini?" tanyanya, mengernyitkan dahi.

Zayyan menatapnya dengan tatapan lembut, seolah mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Kau tertidur di rerumputan setelah kita menghabiskan sore bersama. Melihatmu begitu lelah, aku... aku tidak tega membiarkanmu tidur di luar. Jadi, aku membawamu ke sini."

Sing terdiam, hatinya bergetar. Kebaikan Zayyan sangat berharga baginya. "Terima kasih, Zayyan. Kau selalu tahu apa yang harus dilakukan."

Zayyan tersenyum, lalu berdiri dan merapikan meja. "Sekarang, ayo bersiap. Kita tidak boleh lama-lama di sini, aku ingin kau sampai di rumah sebelum siang."

Dengan semangat, Sing bangkit dan mengikuti Zayyan ke luar Mension. Pagi itu terasa cerah, seolah dunia menyambut mereka dengan hangat. Namun, di dalam hati Sing, ada pertanyaan yang menggelitik: adakah lebih dari sekadar persahabatan antara mereka?

Hari itu, Sing dan Zayyan melangkah bersama, menapaki jalanan yang dipenuhi cahaya. Namun, bayang-bayang perasaan yang tak terucapkan mulai membayangi langkah mereka, seolah matahari yang bersinar tidak cukup untuk menerangi kegelapan yang menyimpan rahasia di antara mereka.

-

-

-

Sesampainya di mansion milik Sing, hati Sing tiba-tiba dilanda rasa panik. Ia merasa takut sekaligus cemas. Apa yang akan terjadi? Apakah ia akan mendengar pertengkaran antara orangtuanya? Atau ia malah akan kena marah karena kabur dari rumah? Dalam kebingungannya, Zayyan yang menyadari kegelisahan Sing segera menggenggam tangan Sing seolah memberikan kenyamanan dan dukungan.

different world ( xodiac sing zayyan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang