Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Zayyan, pemuda yang dikenal baik hati dan penuh kasih sayang, kini resmi berusia 18 tahun. Dalam tradisi dunia putih, usia ini menandai saat di mana setiap pemuda harus menerima misi yang akan membentuk diri mereka. Dengan hati berdebar dan perasaan campur aduk, Zayyan bersiap untuk mendengarkan apa yang akan ditugaskan kepadanya.
Sang ayah, dengan suara penuh wibawa, membuka lembaran yang telah ditulis untuknya. Zayyan menatapnya dengan penuh harap, berharap misi yang akan dibacakan tidaklah sulit. “Misi Zayyan adalah… membuat bahagia seseorang dan menyatukan keluarganya.”
Zayyan tertegun sejenak, bingung. Ia mengerutkan kening, mencoba mencerna maksud dari misi tersebut. “Ayah, apa maksud misi ini? Bukankah di dunia putih semua orang bahagia dan damai? Siapa yang harus aku bahagiakan?”
Sang ayah tersenyum mendengar pertanyaan polos putranya. “Zayyan, misi ini bukan di dunia putih, melainkan di dunia manusia.”
Mata Zayyan membesar mendengar penuturan sang ayah. “Apa? Dunia manusia? Bukankah itu berbahaya bagi kami dari negara putih? Hidup di sana…?”
“Benar, nak. Itu cukup berbahaya. Di dunia manusia, sifat-sifat buruk bisa mempengaruhi dirimu, bahkan energi positifmu bisa terserap oleh mereka. Namun, ini adalah misimu. Mau tidak mau, kau harus melakukannya.”
Zayyan menghela napas panjang. Ragu dan ketakutan menyelimuti hatinya. Apa dia akan berhasil menjalani misi ini? Atau malah terjerumus ke dalam kegelapan yang mengintai di dunia manusia? “Baiklah, Ayah. Zayyan siap menerima misi ini. Tapi… bolehkah Zayyan bertanya mengenai siapa orang itu?”
Sang ayah menatapnya penuh pengertian. “Tenanglah, Zayyan. Kau akan diberi ingatan mengenai seseorang itu, jadi kau akan mengetahuinya nanti. Sekarang, bersiaplah untuk memasuki dunia manusia.”
Zayyan merasakan jantungnya berdegup kencang. Ia tahu bahwa hidup di dunia manusia akan menjadi tantangan besar, tetapi harapan untuk menyatukan kembali keluarga dan menemukan kebahagiaan baru membakar semangatnya. Dengan tekad yang bulat, ia berjanji dalam hati untuk melakukan yang terbaik.
Setelah beberapa persiapan, Zayyan merasakan energi aneh mengelilinginya. Dalam sekejap, ia merasa seperti ditarik keluar dari dunia putih, melintasi batasan antara dua dunia. Ketika ia membuka matanya, suasana di sekelilingnya berubah drastis. Ia mendapati dirinya berada di tengah sebuah kota yang ramai, dengan suara kendaraan, manusia, dan kehidupan yang penuh warna.
Zayyan mengamati sekeliling dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Di tengah keramaian, ia merasakan getaran energi yang berbeda. Di sinilah misi barunya dimulai. Meski ketidakpastian melingkupi dirinya, ia tahu satu hal ia harus menemukan orang yang ditugaskan untuk diberi kebahagiaan.
Saat melangkah di trotoar, Zayyan berusaha menemukan petunjuk tentang orang itu. Dalam benaknya, bayangan seseorang mulai terbentuk, namun masih samar. “Siapa dia? Apa yang harus aku lakukan?” gumamnya pelan.
Di tengah keramaian, Zayyan merasakan panggilan yang kuat dari dalam dirinya. Ia tahu bahwa di dunia manusia, tidak semua orang hidup dalam kebahagiaan. “Aku akan mencarinya,” tekadnya dalam hati.
Dengan semangat baru dan harapan yang membara, Zayyan melangkah maju, bersiap menghadapi segala tantangan yang akan datang. Misinya baru saja dimulai, dan ia bertekad untuk membawa cahaya dari dunia putih ke dalam kegelapan dunia manusia.
Hari semakin terik, sinar matahari menyengat kulit Zayyan yang lelah berjalan tanpa arah. Langkahnya terhenti di sebuah taman yang rindang, tempat di mana bunga-bunga bermekaran dan suara burung berkicau. Dalam kebingungan, Zayyan memanggil Hyunsik, sahabatnya yang memiliki kekuatan luar biasa.
"Hyunsik! Datanglah, aku butuh bantuanmu!" teriak Zayyan.
Tak lama kemudian, Hyunsik muncul dengan senyum lebar. "Ada apa, Zayyan? Kau memanggilku tiba-tiba."
Zayyan merengut, "Kau tidak kasihan melihatku luntang-lantung di dunia manusia? Tolong, buatkan aku rumah."
Hyunsik menghela napas, "Rumah seperti apa yang kau inginkan?"
Zayyan berpikir sejenak, "Aku ingin rumah yang jauh dari keramaian, dikelilingi banyak bunga di halamannya. Jika bisa, letakkan di tengah hutan, tapi harus dipagari agar tidak ada hewan buas atau makhluk jahat yang bisa masuk."
"Permintaanmu banyak sekali, Zayyan," kata Hyunsik sambil tersenyum. "Baiklah, aku akan membantumu."
Dengan sekejap, Hyunsik menggunakan kekuatannya dan dalam hitungan detik, mereka tiba di sebuah mansion besar yang dikelilingi oleh kebun bunga yang indah. Zayyan terpesona, "Wah, Hyunsik, kau hebat! Tapi... aku tidak tahu jalan menuju keluar."
"Tenanglah, Zayyan. Aku sudah menyiapkan banyak pembantu untuk membantumu. Ada juga supir untuk mengantarmu ke mana saja. Bahkan aku dan Gyumin akan mengawasimu, karena di dunia manusia, kekuatanmu akan menghilang," jelas Hyunsik.
Zayyan mengangguk, merasa lebih tenang. "Baiklah, Hyunsik. Kau boleh pergi sekarang."
"Eh? Apa-apaan ini, Zayyan? Kau mengusirku?" Hyunsik terkejut.
" Tidak, Hyunsik. Hanya saja, aku ingin istirahat," jawab Zayyan dengan lembut.
"Baiklah, jika itu yang kau mau. Tapi ingat, jika kau butuh sesuatu, panggil saja aku atau Gyumin, oke?" Hyunsik pergi dengan senyum, meninggalkan Zayyan di mansion yang baru.
Zayyan mengamati sekelilingnya. Aroma bunga yang semerbak dan suasana tenang membuatnya merasa nyaman. Di sinilah, ia akan memulai hidup baru, jauh dari keramaian yang pernah menyiksanya.
Namun, di dalam hatinya, Zayyan tahu bahwa meski ia tampak aman, tantangan di dunia manusia akan memberikan pelajaran yang tak terduga. Dengan tekad yang kuat, ia bersiap menghadapi petualangan baru yang menantinya di rumah barunya di tengah hutan dan menyelesaikan misinya.
happy Reading 🥰 🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
different world ( xodiac sing zayyan )
FantasíaDi tengah jagat raya yang terpisah oleh tirai tak terlihat, terdapat tiga dunia yang saling berinteraksi dengan cara yang sangat berbeda: Dunia Manusia, Dunia Putih yang penuh dengan keajaiban dan kebaikan, serta Dunia Hitam yang diliputi oleh kegel...