11

82 11 5
                                    

Maaf jika typo bertebaran 🙏

-

-

-

Di sebuah Kota di dunia manusia terbakar dalam kobaran api yang menyala-nyala, menyebarkan kepanikan di antara penduduknya. Asap hitam membubung tinggi ke angkasa, menutupi sinar bulan yang seharusnya menerangi malam. Di tengah kekacauan, dua pemuda, Lex dan Wain, berlari menuju sumber api, berusaha memahami apa yang sedang terjadi. Tanpa mereka ketahui, semua ini adalah akibat dari kemarahan Leo, pemuda dari dunia hitam yang terjebak dalam perasaannya sendiri.

“Berhentilah, Leo! Kau mengundang petaka dirimu sendiri!” teriak Lex, wajahnya dipenuhi kekhawatiran saat melihat api semakin meluas. Ia tahu betul sifat Leo yang pendendam, tetapi ia tidak menyangka kemarahan itu akan membakar segalanya.

“Leo, hentikan ini!” Wain menambahkan, suaranya tegas dan marah. Ia tidak bisa membiarkan sahabatnya menghancurkan segalanya hanya karena perasaan cemburu yang membara.

“Diam kalian! Kalian tidak tahu apa-apa!” Leo membentak, matanya berkilau dengan kemarahan yang memuncak. Api di sekelilingnya seolah merespons emosinya, semakin membara dan tidak terkendali.

“Apa yang kami tidak tahu, Leo?” Lex menantang, berusaha mengingatkan sahabatnya akan konsekuensi dari tindakannya. “Kami tahu kau marah karena cemburu dengan manusia itu, bukan? Karena dia telah merebut hati sahabat kecilmu, Zayyan.”

Kata-kata Lex seperti dentuman guntur dalam kesunyian malam. Amarah Leo mulai mereda, dan sekejap wajahnya menunjukkan keraguan. Ia merasa egois. Perasaannya selama ini tidak hanya membahayakan dirinya sendiri, tetapi juga Lex dan Wain. Misi ini sangat penting jika salah satu dari mereka gagal, seluruh dunia hitam akan hancur lebur.

Di dunia hitam, peraturan yang mengikat adalah hal yang mutlak. Mereka tidak hanya berjuang untuk diri sendiri, tetapi juga untuk keberlangsungan dunia mereka. Leo menyadari bahwa semua ini adalah akibat dari ketidakmampuannya mengendalikan emosinya. “Aku… aku tidak ingin melihat kalian terluka,” Leo akhirnya mengakui, suaranya mulai lembut.

“Lalu berhentilah, Leo. Kita bisa menyelesaikan ini bersama,” Wain berkata, berusaha meraih kepercayaan Leo kembali. “Kau tidak perlu menghadapi semuanya sendirian. Kami ada di sini untukmu.”

Leo menatap kedua sahabatnya, merasakan kedalaman cinta dan persahabatan yang mereka tawarkan. Api di sekelilingnya mulai mereda, tidak lagi menjadi simbol kemarahannya, tetapi sebagai pengingat akan perasaannya yang telah mengganggu misi mereka. “Maafkan aku,” katanya, suaranya bergetar. “Aku tidak ingin menghancurkan dunia kita hanya karena rasa cemburu yang bodoh.”

Lex dan Wain saling bertukar pandang, merasakan harapan yang mulai tumbuh kembali. “Kami akan menemukan cara untuk menyelesaikan semua ini,” Lex menyemangati. “Kita akan mendekati Zayyan dan menjelaskan semuanya. Kita tidak perlu mengatasi ini dengan kekerasan.”

Dengan tekad baru yang menyala dalam hati mereka, ketiga pemuda itu bersatu kembali, bersiap untuk menghadapi tantangan yang ada di depan. Api yang pernah melahap kota itu kini menjadi simbol perubahan, sebuah pelajaran berharga tentang mengendalikan emosi dan pentingnya persahabatan.

Di bawah langit yang gelap, mereka berjanji untuk tidak hanya berjuang demi dunia hitam, tetapi juga untuk menjaga satu sama lain. Dalam perjalanan mereka selanjutnya, Leo bertekad untuk menemukan cara baru dalam menghadapi perasaannya tanpa menghancurkan segalanya.

-

-

-

Di dunia putih yang damai, Gyumin dan Hyunsik berdiri di tepi tebing, menatap ke arah cakrawala yang dipenuhi dengan cahaya lembut. Namun, pemandangan yang indah itu tidak mampu menghapus kecemasan yang mendalam di hati mereka. Di bawah sana, dunia manusia sedang mengalami kehancuran akibat tindakan Leo, pemuda dari dunia hitam yang terjebak dalam amarah dan cemburu.

“Kau lihat, Hyunsik,” Gyumin menarik napas panjang, suaranya bergetar. “Kemarahan pemuda itu menghancurkan segalanya. Itu yang aku takutkan jika Zayyan sampai berurusan dengan dia.”

Hyunsik mengangguk, wajahnya serius. “Benar, Gyumin. Aku juga merasa seperti itu. Semoga misi Zayyan cepat selesai dan dia bisa kembali ke dunianya sebelum semuanya semakin buruk.”

Keduanya terdiam sejenak, memikirkan kemungkinan terburuk. “Jika nantinya pemuda itu ingin menghancurkan hidup Sing, maka itu bukan tanggung jawab Zayyan lagi akan hal itu,” Hyunsik melanjutkan, berusaha meyakinkan dirinya.

“Tapi, Hyunsik,” Gyumin melanjutkan, “apakah Zayyan akan membiarkan itu? Kurasa dia tidak akan diam saja melihat Sing dalam kehancuran.”

Hyunsik menunduk, meresapi kata-kata sahabatnya. “Aku tahu itu, Gyumin. Tetapi jika Zayyan sudah berada di dunia putih, dia tidak akan bisa kemana-mana tanpa alasan yang jelas. Itu adalah peraturan yang harus dipatuhi.”

“Kau benar, Hyunsik,” Gyumin mengangguk, matanya menatap jauh ke depan. “Semoga besok misi Zayyan selesai dan semuanya kembali seperti semula.”

Keduanya saling menatap, penuh dengan rasa sayang dan kekhawatiran untuk sahabat mereka. Zayyan adalah bagian dari dunia putih yang tak tergantikan, dan mereka tidak ingin melihatnya terjebak dalam konflik yang tidak seharusnya. Rasa cemas mereka semakin mendalam saat membayangkan apa yang akan terjadi jika Zayyan tidak dapat menyelesaikan misi dengan baik.

“Aku tidak mau Zayyan kenapa-kenapa,” Hyunsik berbisik, suaranya penuh dengan harapan dan ketakutan. “Dia adalah sahabat terbaik yang pernah kita miliki. Kita harus melakukan sesuatu.”

Gyumin mengangguk sepakat, meskipun ia tahu bahwa mereka terikat oleh batasan dunia putih yang tidak bisa mereka langgar. “Kita harus percaya pada Zayyan. Dia kuat, dan dia akan menemukan cara. Kita hanya bisa menunggu dan berharap.”

Saat matahari mulai terbenam, memancarkan warna oranye keemasan di langit, Gyumin dan Hyunsik berdoa dalam hati agar Zayyan selamat. Mereka tahu bahwa dunia putih dan dunia hitam terikat oleh nasib yang rumit, dan hanya Zayyan yang bisa membawa perubahan.

Dengan harapan yang menggelora di hati mereka, keduanya melangkah menjauh dari tebing, bertekad untuk mendukung Zayyan dari jauh, meskipun mereka tidak dapat berada di sampingnya terus menerus. Mereka percaya bahwa persahabatan dan cinta akan menjadi kekuatan terbesar untuk mengatasi segala rintangan yang ada.





happy Reading 🥰🔥

different world ( xodiac sing zayyan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang